AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Area 21+ Bocil wajib mlipir.
Senja di Nottingham berakhir dengan dengan hadirnya kebahagiaan antara ibu dan anak itu. Senyum manis menghiasi wajah Anne. Tak ada yang dapat menandingi kebahagiaan seorang ibu saat bertemu pertama kali dengan putrinya, walau hanya lewat video call, saling menatap dan berbincang.
Keberhasilan John walau belum dinyatakan seratus persen dalam menemukan Palupi, menumbuhkan harapan Beldiq untuk bersatu kembali dengan sang kekasih masa silamnya, semakin jelas di depan mata.
Beldiq menatap sang kekasih dengan penuh cinta. Matanya berbinar karena mimpinya untuk bersatu kembali dengan pujaan hatinya secara pelan namun pasti, akan terwujud.
"My dear Anne, di depan tidak ada celah lagi buatmu untuk menghindariku lagi. Suratan takdir telah mempertemukan kita kembali, kita tak dapat menghindar. Aku selalu berdoa, agar kita kembali dipertemukan, dan Tuhan sudah menjawab doaku."
Kembali Beldiq mengungkapkan rasa dengan hati-hati tanpa pemaksaan, "Kurasa cukup sudah penantianku selama ini. Anne, menikahlah denganku dan aku tidak mau ada penolakan. Aku mencintaimu Anne, kita akan menua bersama. Kita akan mendampingi Gulizar."
Beldiq tetap saja berharap. Kali ini dia menginginkan tidak ada kata penolakan dari Anne, walaupun putrinya belum hadir di antara mereka.
Wajah Anne semburat malu-malu. Dengan langkah perlahan Anne mendekat dan langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Beldiq. Hangatnya pelukan seorang lelaki yang sangat dicintainya, namun terpaksa berpisah karena sebuah perjodohan.
Tatapan penuh permohonan Beldiq yang terpancar dari sorot matanya mulai memberikan sebuah tuntutan untuk Anne.
Dengan lembut tangan kokoh itu memberikan pelukan.
Wajah keduanya saling menatap penuh kerinduan. Beldiq menge*cup dahi Anne, kemudian ujung hidungnya. Anne hanya pasrah dan memejamkan matanya, menikmati ke*cupan demi ke*cupan di wajahnya.
Beldiq mulai melu*mat bibir wanita yang sangat didambanya.
Tak ada penolakan dari Anne. Ci*uman Beldiq yang kian menuntut membawa keduanya pada rasa yang semakin memicu hasrat. Rasa canggung pada diri Anne lambat laun luntur juga.
Gelora asmara itu nyatanya mampu mengubah segala rasa, tanpa dendam tanpa kebencian. Semua yang terjadi adalah rasa ingin memiliki saat kini dan mendatang.
Anne melepaskan tautan bibir mereka. "Beldiq, kau telah menyakitiku, karena kau membiarkan diriku menerima perjodohan itu. Kau malah pergi tanpa kabar, padahal kita sama-sama tersakiti oleh perjodohan itu." Anne tertunduk dengan mata masih terpejam, dan menyandarkan kepalanya di dada Beldiq. Detak jantung keduanya yang semakin kencang, berdebar penuh kerinduan saat merasakan sentuhan bibir lembut sang kekasih hati.
Tangannya masih memeluk Beldiq dengan erat. Anne mendongak ke atas menelisik mata Beldiq yang bersinar penuh kerinduan. Namun pandangan Beldiq justru terarah ke leher jenjang yang yang putih dan indah.
"Anne..." Bibir Beldiq kembali menyusuri setiap inci kulit putih bersih itu hingga ke tulang selangka yang menimbulkan gairah. Keduanya merasakan desiran hangat yang memacu darah mengalir kembali pada rongga sendi-sendi, membawa tuntutan untuk menyemaikan rasa yang lebih.
"Beldiq, kau jangan menggodaku! Aku tak mampu, oh-hh..!" Erangan lembut Anne semakin membuat Beldiq melupakan duka, status dan cerita masa lalu yang melahirkan duka tiada tara.
"Anne, please.. I need you, let me bring you to the happiness. Aku mencintaimu dan selalu menantimu, dan kali ini tidak mungkin aku lepaskan begitu saja untuk yang kedua kalinya."
Tatapan sendu mata Anne bagaikan sebuah jawaban untuk Beldiq, tangan Anne meremas lembut punggung Beldiq, seiring gigitan lembut pada leher jenjangnya yang membawa keduanya dalam sebuah lena.
"Anne please...!" Kembali Beldiq melu*mat bibir Anne. Gigitan pada bibir bawah Anne membuatnya membuka mulut dan dengan cepat lidah keduanya saling membelit dan bertukar saliva, hingga keduanya tersengal-sengal tak mampu mengeluarkan sebuah kata. Tubuh keduanya semakin merapat. Cubitan dan belaian sayang Anne di punggung Beldiq secara intens, seolah jawaban untuk sebuah harapan.
Satu persatu kancing baju itu terlepas dengan paksa, "Beldiq, bukan di sini sayang, ke tempat yang lebih nyaman, hhemm." Mulut Anne yang mencoba mengeluarkan sebuah ide pun, harus terbungkam oleh bibir Beldiq, bibir yang selalu haus akan se*sapan manis yang pernah ia kubur berpuluh tahun lamanya.
Dengan sigap Beldiq menggendongnya seakan enggan melepas pagutan yang semakin memanas itu.
Jari-jemari tangan Anne pun, juga mulai membalas dengan sentuhan menggoda. Dengan lembut Beldiq merebahkan tubuh Anne yang sudah berantakan karena ulahnya.
"Beldiq, bisakah kau sedikit lembut. Aku takut kau akan mati tercekik karena ulah singa betina yang kehausan di padang luas ini," senyum menggoda Anne. Rintihan lembut Anne semakin menambah gairah keduanya yang ingin segera menyatu.
Belalai Beldiq kian menegang di balik boxer yang semakin mengetat. Tubuh mereka mulai saling menuntut untuk menemukan muara cinta. Satu demi satu mereka saling melepaskan pakaian yang masih melekat hingga tanpa sehelai benang pun yang tersisa pada kulit mereka.
Anne menutup matanya karena malu tapi mau, sementara itu Beldiq semakin terkesima memandang bentuk pahatan indah yang memanjakan matanya. "Sweetheart, buka matamu, lihatlah dan rasakan betapa cinta ini masih tetap utuh untukmu." Bibir Beldiq turun ke bawah. Rasa hangat pada lidahnya yang bercengkerama di kedua bukit indah yang masih terlihat kokoh dan kenyal milik Anne.
"Aahh, sayaang. Aku sangat merindukanmu, izinkan aku menyatu. Aku sudah tidak sanggup lagi akan adanya penolakan." Bisik Beldiq sambil menggigit cuping telinga Anne yang semakin membuatnya tak sanggup menjawab.
Gerakan tangan intens Beldiq yang meraba dari atas ke bawah semakin tersambut dengan senada oleh Anne. Hingga alunan nada kerinduan berganti dengan kemesraan.
Angin malam melambaikan deru kenikmatan tiada tara, desiran cinta itu nyata tanpa paksaan. Mata mereka saling bertaut, hati mereka saling berbunga benang yang putus itu kini tersambung kembali.
Perlahan namun pasti, dengan ritme yang sangat menggoda, mereka berlomba menuju puncak lagi dan lagi.
Hingga sebuah hentakan membuat Anne terpekik manis, "Beldiq, go on" tangan itu mencengkeram kuat, semakin tidak terkendali.
"Sweetheart, teriakkan namaku, bukalah matamu sayang," mereka hanyut dalam kenikmatan yang mereka capai.
Desa*han dan leng*uhan panjang membawa mereka pada pengakhiran yang indah.
Deru nafas mereka saling berkejaran, peluh mereka membasahi tu*buh dan senyum mereka menyatu dalam genggaman tangan yang enggan terlepaskan.
"Sweetheart, my Anne. Aku akan melamarmu sehari setelah John kembali dari Indonesia. Kita akan menikah di saksikan Gulizar, anak kita," kerling mata Beldiq menggoda Anne yang masih terengah mengatur nafas.
"Aku mencintaimu Beldiq," jawab Anne, mata mereka beradu. Senyum Beldiq terkembang dan kembali keduanya hanyut dalam ci*uman mesra.
...****************...
huufft🤧🤧akhirnya...
semangat lagi yuk ✌️ love and kiss always by: RR 😘
TBC....
klo palupi dia terlalu baik