Gwen Prameswari dan Daniel Artajaya telah menikah lebih dari 3 tahun. Namun hingga saat ini mereka belum juga di karuniai seorang anak.
Ibu mertua Gwen yang terus menuntut untuk agar segera memiliki cucu semakin membuat Gwen frustasi dan di ambang perceraian.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BPH 27
Ceklek!
Suara pintu di buka membuat Gwen seketika membalikkan tubuhnya.
Deg!
Seketika itu juga jantung nya berdetak semakin cepat, napasnya semakin sesak dan hatinya semakin perih. Daniel, Daniel datang dengan senyum di wajahnya dan menggandeng seorang wanita.
Wanita itu? Wanita itu yang ku buatkan gaun pengantin kala itu, batin Gwen menahan sesak dalam hati.
"Oh ada tamu, maaf ya kamu harus pergi," ujar Daniel kepada Cintya membuat bibir Cintya cemberut kesal.
"Jangan lama lama," ucap Cintya lalu ia menatap Gwen sekilas, meneliti dari ujung kepala sampai kaki.
Seperginya Cintya, Daniel langsung menghampiri Gwen dan duduk di kursi kerjanya.
"Ada apa?" tanya Daniel datar. sungguh hati Gwen semakin tersayat mendapat perlakuan seperti ini dari Daniel.
Gwen hanya diam, hatinya menjerit ingin berteriak namun lidahnya terasa kelu. Ia tak sanggup berucap apapun, mengapa sesakit ini? batin Gwen.
"Apa kamu datang untuk meminta maaf? Harusnya kamu datang ke apartemen, karena orang yang kamu sakiti ada di sana," ucap Daniel masih dengan wajah datar nya dan memainkan hape nya.
"Kamu masih menyalahkan ku Mas? kamu masih menganggap bahwa aku yang mencelakai ibumu?" gumam Gwen dalam hati, sungguh ia sangat ingin menjerit. Air mata terus lolos membasahi pipinya namun secepat kilat ia menghapusnya.
"A—apakah ini memang kemauan kamu Mas" tanya Gwen pada akhirnya.
"Hem," jawab Daniel singkat.
"Berulang kali ku katakan, aku tidak pernah mencelakai Ibu, kenapa kamu gak percaya sama aku Mas? bahkan kamu tega giniin aku, kamu tau gak gimana sakitnya aku hah!" kata Gwen dengan terisak.
"Jadi untuk apa tujuan kamu kemari? Apakah kamu mau minta maaf kepada Ibu, atau kamu mau menyerahkan surat perceraian kita yang sudah kamu tanda tangani?" hanya Daniel tanpa melihat ke arah Gwen, mata nya masih fokus pada hapenya.
"Mas Daniel!" teriak Gwen yang sudah tidak sanggup menahan amarahnya.
Deg!
Hati Daniel sama hancurnya seperti Gwen, namun Daniel berusaha kuat agar tak terlihat kalau dirinya masih sangat mencintai Gwen. Daniel tak ingin Gwen terus menderita di dekatnya, ia tak ingin goyah maka dari itu dia pura pura sibuk dengan hape nya. Dan kini mata mereka saling menatap membuat hati Daniel semakin sakit dan tak kuasa menahan air matanya.
"Aku tau kamu masih cinta sama aku mas, aku tau kamu juga gak mau perceraian inikan? katakan Mas katakan!" ucap Gwen.
"Kamu masih mikirin aku, kamu masih menyimpan fotoku dan kamu masih ingin bersamaku kan? katakan mas katakan hiks hiks. Jangan bohongi diri kamu sendiri mas, jangan menyiksa diri, itu juga menyiksaku hiks hiks hiks," kata Gwen terisak, kini tubuh Gwen sudah luruh ke lantai dan dirinya sudah menangis dengan terisak.
"Kalau aku masih mencintaimu aku tidak akan melayangkan gugatan padamu. Dan juga masalah foto? ah aku lupa membuangnya." Jelas Daniel lalu ia berjalan menuju tempat sampah dan membuang foto nya dengan Gwen di sana.
"Kenapa kamu berubah sejahat ini Mas kenapa?" teriak Gwen.
"Karena aku sudah bosan denganmu," jawab Daniel datar.
"Aku laki laki, mapan dan tampan. Jadi aku tak ingin terikat dengan mu lagi, aku akan menikmati hidupku sekarang. Kamu tau Gwen, aku tersiksa selama ini menikah denganmu. Aku kesepian, dan aku tidak bisa bebas!" imbuh Daniel.
"Kesepian? Kamu bilang kamu kesepian?" tanya Gwen mengulangi pertanyaan Daniel.
"Pakai otak kamu mas, dimana otak kamu hah! kamu yang sering keluar kota ninggalin aku, kamu yang selalu sibuk dengan kerjaan kamu dan kamu bilang kamu kesepian? apa gak kebalik hah!" pekik Gwen bangkit dari posisinya. Kini ia berdiri tepat di hadapan Daniel.
"Oh ya? apakah itu juga alasan mu selingkuh dari ku Gwen Prameswari?" tanya Daniel dengan senyum sinis.