Truth Or Dare?
Permainan yang sudah tidak asing lagi kita dengar.
Lalu bagaimana jika yang dipilih adalah tantangan dan isi tantangan nya adalah "Menaklukkan Hati Seorang Pembunuh"?
Itulah yang di alami oleh Barbara Alexio. Di malam acara perpisahan kampusnya, ia terjebak dalam permainan yang menguji adrenalin itu dan mendapatkan tantangan yang tidak masuk akal.
Ia diberi waktu tiga bulan oleh teman-teman nya.
Mampukah ia menyelesaikan tantangan tersebut?
Atau justru dirinya yang terjebak dalam permainan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Pernikahan
Felix, Barbara, dan keluarga nya tampak sedang sibuk mengatur segala yang mereka perlukan untuk pernikahan Barbara dan Felix.
Fanco bahkan sengaja mengambil cuti dari perusahaan nya khusus untuk mengurus persiapan pernikahan putri tercintanya.
Mereka sedang berada di sebuah hotel bintang lima yang disewa khusus oleh Fanco untuk acara pernikahan putri tercintanya.
"Duh, tu kan ribet." Barbara mengeluh melihat kesibukan kedua orang tuanya.
"Sabar sayang. Mereka pengen kasih yang terbaik buat kamu kan?" Felix membujuk calon istri nya.
Barbar memanyunkan bibir nya.
"Sayang, aku gigit ya." Felix menggoda Barbara.
"Udah sering juga. Coba bosan sesekali napa Fel." Barbara menggerutu kesal, walau tidak benar-benar kesal.
"Mana bisa bosan sayang, kamu itu bikin aku panas tiap saat." Felix lagi-lagi menggoda kekasihnya.
"Aww..sakit sayang." Felix mengerang kesakitan saat Barbara mencubit kuat perutnya.
"Apa aku bisa jadi istri yang baik buat kamu nanti nya?" Barbara bertanya menatap dalam mata Felix.
"Pasti bisa sayang. Tugas kamu nanti kalo udah jadi istri aku cuma satu." Felix tidak pernah bosan menggoda Barbara.
"Apa?" Barbara bertanya bingung.
"Tiap saat pake lingerie sexy dan nungguin aku di atas ranjang." Felix berbisik sensual di telinga kekasihnya.
"Felix.." Barbara kembali mencubit perut Felix kuat.
"Haha..aku serius sayang. Cuma itu tugas kamu sebagai istri aku. Yang lain biarin pelayan atau aku yang lakuin buat kamu." Felix menatap dalam mata Barbara membuat Barbara menunduk malu.
"Ya ampun, malah beduaan romantis disini." Kimberly mendekati dua orang yang sedang dimabuk cinta itu sambil pura-pura mengomel.
"Ekhem..Mama." Felix menegur Kimberly.
"Bar, ayo ikut Mama. Kamu juga Fel." Kimberly menarik pelan tangan Barbara.
Felix mengikuti dari belakang.
Kimberly membawa putrinya kedalam salah satu suite room.
"Ada apa Ma?" Barbara bertanya bingung.
"Liat. Kamu coba pake deh. Mumpung masih ada waktu, jadi kalo ada yang nggak cocok masih bisa di edit." Kimberly memerintah putrinya untuk mencoba gaun pengantin yang dipilih Barbara saat itu.
"Iya." Barbara menurut.
Kimberly pun akhirnya memanggil dua orang pelayan nya untuk membantu Barbara mengenakan gaun pengantin itu.
"Aduh, semoga aja Bar cocok deh sama pilihan nya." Kimberly menggerutu gugup. Ia gugup harus melihat putrinya mengenakan gaun pengantin.
"Ma..Fel.." Barbara memanggil dua orang kesayangan nya secara bergantian.
Felix dan Kimberly memandang ke arah Barbara secara bersamaan.
Felix terperangah melihat kecantikan calon istrinya dalam balutan gaun pengantin.
Kimberly meneteskan air mata haru.
Barbara tampak sangat cantik walau tanpa didukung polesan make up khas untuk pengantin.
"Anak Mama cantik banget." Kimberly langsung menghampiri Barbara dan memeluk erat putrinya.
"Yakin Ma?" Barbara bertanya ragu.
"Yakin sayang. Pilihan kamu emang nggak salah." Kimberly memuji putrinya.
Felix tersenyum, tanpa diminta air mata haru nya menetes.
Ia tidak pernah menyangka bisa menikah seperti pria normal pada umum nya.
Felix merasa sangat bersyukur karena bertemu Barbara dalam hidupnya.
Kimberly melepaskan pelukan nya.
"Fel, anak Mama di diamin aja nih?" Kimberly menggoda Felix yang sedari tadi mematung melihat Barbara yang sangat cantik.
Felix tersenyum gugup, perlahan ia menghampiri Barbara.
Hati nya terasa hangat melihat cantik nya Barbara.
"Kamu cantik sayang. Bukan bukan cantik, tapi indah." Felix memuji kekasihnya.
Ia kemudian memeluk Barbara erat.
Felix benar-benar tidak akan pernah melepaskan Barbara walaupun Barbara sudah tidak menginginkan nya lagi.
Terbersit ide gila di otak Felix.
"Beneran aku cantik?" Barbara bertanya iseng pada kekasihnya.
"Kamu indah sayang. Sangat indah." Felix memuji kekasihnya lagi dan lagi
Barbara tertawa geli saat merasakan deru nafas berat kekasih nya di leher nya.
"Ya udah, kalian lanjut lah ngobrolnya. Mama mau ngurus yang lain lagi. Fix okay kan Bar gaun nya? Atau ada yang perlu di ubah?" Kimberly bertanya memastikan.
"Nggak ada Ma. Bar udah nyaman make nya." Barbara berucap semangat.
"Ya udah. Mama tinggal dulu." Kimberly pun akhirnya keluar dari suite room itu.
"Aku ganti dulu sayang." Barbara meminta Felix melepaskan pelukan nya, dan Felix menurut.
Segera Barbara berjalan kembali ke ruang ganti lalu mengganti kembali pakaiannya yang tadi.
"Udah. Yuk kita lihat apa yang bisa kita bantu didepan." Barbara mengulurkan tangannya untuk Felix.
Felix tersenyum menerima tangan Barbara, namun Felix bukan nya membawa Barbara kembali ke tempat dimana orang-orang sedang sibuk, ia malah membawa Barbara masuk kedalam lift dan menekan tombol pada panel lift yang akan membawa mereka ke roof top hotel bintang lima itu.
"Sayang, kita mau ngapain ke atas? Orang-orang pada sibuk dibawah." Barbara protes.
Felix tidak menjawab dan malah menatap tajam kekasihnya.
Barbara bergidik ngeri, entah apa lagi kesalahannya pada Felix, pikirnya.
Saat sampai di roof top, Felix membawa Barbara menuju ke tepian roof top.
Ia kemudian meraih pisau lipat dari saku celana nya.
Ia menyayat lengan kanan Barbara kemudian juga menyayat miliknya.
"Aw..sayang sakit. Apaan sih kamu?" Barbara bertanya kesal.
Entah apa yang ada dalam pikiran Felix hingga Felix melakukan hal gila lagi.
Felix tidak peduli pada protes Barbara.
Ia memencet luka sayatan di lengan Barbara agar darah nya keluar lebih banyak dan menadah nya dengan wadah yang entah sejak kapan sudah ada dalam genggaman nya.
Setelah milik Barbara, ia kemudian menekan luka miliknya agar darah nya keluar lebih banyak dan menadah nya dengan wadah yang sama.
Barbara bingung melihat kelakuan Felix.
Diluar batas wajar seorang manusia normal.
"Sayang, aku mau kita melakukan sumpah darah disini." Felix berucap dingin.
Wajah nya menampilkan ekspresi yang menakutkan.
Barbara hanya mengangguk seperti terhipnotis.
Felix pun mulai mengucapkan kata-kata yang sudah ia rangkai dalam otak nya untuk mengadakan sumpah darah itu bersama Barbara.
"Aku Felix Lorenzo, memilih dan menerima engkau Barbara Alexio sebagai istri ku dan wanita ku satu-satunya. Tidak ada yang dapat memisahkan kita bahkan maut sekalipun." Felix berucap lalu ia meminum darah nya dan darah Barbara yang sudah bercampur tadi hingga setengah.
Felix kemudian memberikan sisa nya pada Barbara.
Barbara akhirnya juga melakukan dan mengucapkan hal yang sama.
"Aku Barbara Alexio, memilih dan menerima engkau Felix Lorenzo sebagai suami ku dan lelaki ku satu-satunya. Tidak ada yang dapat memisahkan kita bahkan maut sekalipun." Barbara berucap lalu ia juga meminum sisa darah mereka yang sudah bercampur hingga habis.
Felix menyeringai, Barbara kini benar-benar telah menjadi miliknya seutuhnya. Tidak peduli dalam keadaan hidup dan mati, Barbara hanya milik nya dan hidup Barbara dikendalikan penuh olehnya.
Sekalipun tidak akan pernah Felix ijinkan Barbara lepas dari tangannya.
"Aku cinta sama kamu Bar." Felix berucap tulus dan sigap langsung menyambar bibir Barbara tanpa perlu menunggu balasan kata cinta dari Barbara.
......~ **To Be Continue ~......
******
Ngeri2 romantis ya si Felix.
Like dan komentar jangan lupa.
Makasih**..