Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembuktian Kendra.
Suti merasa heran saat melihat Kendra yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar yang sudah lama tidak pernah lagi dia sambangi.
"Tumben tuan muda masuk ke kamar itu, apa tuan muda masih ngarep perempuan itu? CK.. Tuan muda kenapa bucin banget sama perempuan macam Nadia itu sih.." Suti hanya bisa memperhatikan tuan mudanya dari jauh.
Sementara itu, Dania yang baru saja keluar darah kamarnya saat ingin ke dapur melihat Suti yang terlihat melamun dengan sikap anehnya.
Dania yang penasaran pun langsung mendekati Suti. Di tepuk nya bahu Suti membuat perempuan itu terkejut.
"Astaghfirullah..Dania, bikin kaget saja kamu!" dengan mengelus dadanya karena detak jantungnya yang tiba-tiba saja berdetak kencang .
"Lagian bibi ngapain disini ngendap-endap begitu, hayooo..lagi ngintip yaa?"
"Hushh...sembarangan, bukan ngintip kok..lebih tepatnya takut ketahuan tuan muda."
"Sama saja bi, memangnya kenapa bibi sampai begitu sih? lagi ngintip siapa, jujur !" Suti menarik tangan Dania untuk menjauh dari area ruang belakang menuju ke dapur.
Sebelum benar-benar bercerita, Suti terlihat menatap kanan kiri seperti takut ketahuan.
"Kenapa sih bi, kenapa kayak maling gitu sih!" Dania di buat kesal melaju Suti yang belum juga buka suara.
"Tadi bibi lihat tuan muda masuk ke kamar belakang. Bibi hanya aneh saja liatnya, nggak pernah tuan muda masuk ke kamar itu sejak batal nikah. Apa mungkin tuan muda lagi kangen sama mantan nya yaa?"
Dania yang mendengar penuturan bi Suti pun tersenyum kecut. "Sebenarnya, kamar itu kamar apa bi?" Dania tak bisa lagi membendung rasa ingin tahunya.
"Kamar itu...
"Ternyata bi Suti sama Dania disini?" sebuah suara membuat bi Suti mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Dania.
"Eehhh..non Gita, maaf ya non..bibi nggak tahu kalau non Gita sudah pulang. Biasanya kalau ke rumah den Angga malam baru sampai,kok tumben sekali sekarang sudah ada di sini?"
"Angga ada panggilan darurat bi, maklum lah dia kan tenaga medis pastinya harus siap 24 jam siaga sewaktu-waktu di butuhkan." Dania dan juga bi Suti hanya mengangguk.
"Ngomong-ngomong, kalian lagi ngapain? Kayaknya serius banget."
"Kita lagi mikir mau masak apa buat makan malam non, kira-kira masak apa ya non?" Dania mengernyitkan dahinya mendengar penuturan bi Suti.
"Kalau mau ngomong jujur salah juga, maaf non Gita..bibi harus bohong." bi Suti melirik ke arah Dania dan kemudian menggenggam tangan Dania erat sebagai tanda untuk Dania juga merahasiakan hal yang mereka bahas tadi.
"Gimana kalau buat soto ayam bi, kayaknya enak deh.. malam-malam makan soto ayam. Stok ayam sama bahan-bahan nya ada kan bi?"
"Kayaknya Nia lihat ada deh bi, gimana kalau kita masak soto ayam sesuai dengan request non Gita?"
"Baiklah kalau gitu, kita mulai buat yuk...non Gita istirahat saja dulu, pasti non Gita lelah kan?" Gita mengangguk dan memang rasanya tubuhnya sedang tak baik-baik saja.
"Iya juga bi, kalau gitu Gita ke kamar dulu yaa..?" Nia dan juga Suti mengangguk cepat.
Sedangkan di sisi lain, Kendra yang masuk ke dalam kamar yang sudah lama tak pernah dia buka, kini dia masuk ke dalam ruangan itu.
Saat masuk ke dalam ruangan itu dia mulai berjalan ke arah tumpukan kardus yang besar.
Dia membukanya dengan perlahan. Disana ada lumayan banyak pigura besar yang tersusun rapi. Dia angkat salah satu pigura dan menatapnya.
"Kenapa nggak sedari awal aku musnahkan ini semua. Disaat aku mencoba untuk memulai dengan yang baru, kenapa terdengar menyakitkan saat perempuan yang aku cintai tak percaya dengan perasaan yang aku kasih. Tapi, wajar...bahkan namamu ku sebut dalam mimpi. Ini bukan rindu , sakit hati ini rasanya tak ada ujungnya."
Kendra menatap pigura itu dengan tatapan yang terlihat marah, sedih, kecewa dan juga sakit hati menjadi satu.
"Aku akan melakukan apapun untuk membuat hati nya tergerak untuk mau memulai dengan ku."
Kendra membuka pintu kamar itu dan menyeret kardus besar itu keluar kamar.
Saat pintu itu terbuka lebar, bertepatan dengan Dania yang ingin ke arah kamarnya untuk bersiap-siap sholat ashar. Kedua nya terdiam di posisi mereka.
Dania bisa melihat sebuah pigura yang tergeletak di kardus. Dia segera mendekati Kendra.
"Tuan..
"Menyingkir lah !!" tepat Dania berdiri di depan Kendra dan menatap pigura yang ada di kardus. Doa bisa melihat foto Kendra dengan seorang perempuan sedang berpose mesra layaknya foto prewedding. "Nia, kamu dengar ucapan saya, hahh!!" sebuah suara keras layaknya bentakan Kendra meminta Dania menyingkir dari hadapannya.
Dania terjingkat kaget dan perlahan dia pun menarik nafas dalam-dalam, lalu kemudian membuangnya perlahan. Ada rasa sakit di hatinya saat dia mendengar suara bentakan keras Kendra. Tapi, Dania hanya diam dan perlahan menyingkir dari hadapan Kendra.
Kendra yang terlepas membentak Dania meraup wajahnya dengan frustasi saat melihat ekspresi kaget Dania. Saat melihat Dania mulai menyingkir dari hadapannya Kendra maju dua langkah dan berdiri tepat di depan Dania.
"Maaf, aku nggak bermaksud...
"Nggak apa-apa tuan, maaf kalau saya terlalu ikut campur dengan urusan tuan." Kendra menggelengkan kepalanya menatap Dania frustasi.
"Bukan gitu Nia, aku melakukan ini karena aku ingin membuktikan apa yang aku ucapkan sama kamu itu nggak bohong, aku nggak bermaksud untuk menjadikan kamu pelarian, tapi aku butuh kamu untuk jadi obat luka ku yang tak kunjung sembuh ini." Kendra memegang lengan Dania dengan begitu erat dan kini tatapan mereka saling bertemu.
Mereka saling tatap dengan begitu dalam. Rasanya mereka sedang saling menyelami satu sama lain.
"Aku akan membuktikan kalau aku benar-benar serius dengan segala perkataan ku sama kau Dania."
Dania menggelengkan kepalanya pelan. " Mas, ah...tuan jangan seperti ini. Saya...
"Biarkan dia buktikan keseriusan nya sama kamu Dania, kita cukup lihat dan kamu akan bisa menilai kata-katanya benar atau cuma hanya untuk sekedar keisengan dia!" Dania dan Kendra menatap ke arah dimana Gita sudah ada diambang pintu keluar dapur.
Tadi sebenarnya Gita sudah ada di dalam kamarnya dan saat dia menatap ke arah taman, dia bisa melihat Kendra yang keluar dari kamar yang sudah lama tidak pernah ada berani membukanya.
"Mba Gita..." Dania menyebut nama Gita dengan lirih.
Terlihat Gita mendekat ke arah Kendra dan Dania. Dia berdiri dia samping Dania dengan tatapan tajamnya menatap sang adik.
"Buktikan sama Dania seberapa seriusnya kamu dengan dia, kakak nggak akan pernah ijinkan kamu melukai hati perempuan yang tidak bersalah. Ingat, kakak akan di pihak Dania. Kalau sampai kamu menyakiti Dania, itu berarti kamu juga menyakiti kakak." Dania benar-benar tidak menyangka jika Gita bisa berkata seperti itu dengan Kendra.
Kendra adalah adik kandungnya. Sementara dirinya hanya orang asing bahkan posisi Dania hanya seorang pembantu rumah tangga di rumah besar itu.
Bersambung