Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk dia yang telah kembali
Setelah lebih dulu memulangkan Hamzah, Hasbi akhirnya pulang ke rumahnya, sudah ada Nur yang menunggu, karena sebelum datang tadi Hasbi sempat menelpon Nur, dan memberi kabar jika dia akan pulang, Hasbi merindukan Naila.
"Nggak usah ngomong apa-apa, mungkin jodoh kalian cuma sampai disini, ibu kecewa Hasbi, tapi Laras juga berhak bahagia." insting seorang ibu jarang meleset.
Nur menghela napas dalam-dalam, "Dulu setiap kali membicarakanmu Laras selalu bahagia, tapi ibu tahu, dia yang kedua di hatimu. Kamu tak puas hanya memilikinya."
Hasbi menelan ludah lalu menunduk.
Kata-kata Nur terdengar menyakitkan. Meski diucapkan selembut mungkin agar Hasbi tak merasa terhakimi.
Hasbi tak yakin, apakah dia memperlakukan Laras dengan baik selama ini. Baik tentu tak cukup bagi seorang istri. Hasbi harusnya mencintai dan menyayangi perempuan itu.
Namun dia dengan gamblang mengatakan pada Hera bahwa tak pernah satu kali pun mencintai Laras. Segala yang terjadi di antara mereka hanya kewajiban dan hal yang sewajarnya terjadi pada suami istri. Memang demikian yang laki-laki itu rasakan selama 3 tahun terakhir.
Hasbi hanya terpaku pada perasaan kerdil di hadapan keluarga Hera. Penuh kepura-puraan di depan Laras selama 3 tahun. Apalagi adil, jelas Hasbi gagal total.
Hentakan langkah Naila kemudian menghentikan percakapan mereka. Putri Hasbi merengek pada sang ayah minta di gendong.
"Bu, aku bawa Naila naik dulu." pamit Hasbi yang di setujui oleh Nur.
Mata Nur mengekor langkah putranya yang membawa sang cucu, paruh baya itu menatap sendu punggung putranya, Nur tau, kehidupan Hasbi kedepannya akan semakin berat.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Dimana Ranveer?" Romania bertanya pada kepala pelayan, dia terlihat sangat khawatir.
"Tadi, katanya mau ke kolam air panas dan sauna, nyonya." jawab kepala pelayan sambil menunduk.
Romania semakin membulatkan bola matanya.
Wanita itu tak lagi bertanya, mempercepat langkah karena rumah keluarga Mario sangat luas. Dia baru saja mencapai riad, masih jauh untuk sampai ke kolam yang dimaksud.
"Kalian ngapain?"
Ranveer dan Laras menoleh dengan cepat, menemukan Mario berdiri tak jauh dari sauna.
Seharian ini Mario sibuk. Dia akan segera meresmikan gedung asosiasi pengusaha yang baru. Romania tak menyukai publikasi, perempuan itu berusaha keras agar dia tak terekspos media, sehingga Mario tak sekalipun membawanya ke acara pesta peresmian atau acara yang tersorot media lainnya. Romania tak mau seperti suaminya yang kerap kali kewalahan karena ulah reporter.
Maka dari itu Mario selama ini selalu datang didampingi sekretarisnya ke pesta-pesta pertemuan.
Sekarang, apalagi ada Laras yang akan datang dengan Mario. Laras sudah harus membiasakan diri. Di masa depan, bukan sekretaris Mario yang akan mendampinginya.
Romania akan lebih merasa tenang.
"Laras... kamu sudah lihat undangan asosiasi pengusaha yang ayah letakkan di meja kamarmu, belum? Ayah sudah minta orang untuk menyiapkan bajumu."
Laras berdiri dari jongkok nya sebelum berujar,
"Aku belum lihat, tapi sepertinya aku nggak bisa hadir."
Mario mengangguk pelan lalu tersenyum. Mario tak langsung bicara. Perkataan putrinya mengisyaratkan bahwa Mario harus hadir tanpa dirinya. Artinya Laras tidak akan datang, apakah Laras kira dia akan datang dengan Romania?
"Kamu nggak mau temani ayah?"
Ranveer melirik Mario yang menanyakan hal itu pada Laras, seolah laki-laki itu berharap datang ke pesta dengan putrinya di banding dengan istrinya. Ranveer tersenyum sinis, dia semakin benci dengan pria yang ada di dekatnya ini, mulutnya diam tapi hatinya penuh dengan makian yang ditujukan untuk Mario.
"Pecundang!"