Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Menghabisi
Di sisi lain, medan pertempuran desa yang porak-poranda kini menyisakan Liu Bai dan enam anak yatim piatu yang telah diselamatkan dan dididik oleh Kaisar. Mereka kini dikenal sebagai kelompok Rin 1, Rin 2, Rin 3, dan seterusnya. Nama Rin (Dingin) adalah simbol bahwa mereka adalah bilah pedang yang tajam, dingin tanpa emosi dan empati, hanya berfokus pada efisiensi.
Mereka hidup hanya untuk sang penyelamat, Kaisar Mo Tian. Mereka bahkan rela mengorbankan diri mereka, jiwa dan raga, untuk Sang Kaisar.
"Kak, kami sudah membasmi semua musuh yang menyerang desa-desa. Tapi ada yang aneh—" Rin 1, seorang gadis dengan tatapan mata setajam obsidian dan pemimpin dari kelompok pembunuh Kekaisaran terkuat, mengatakan hal itu dengan nada datar, merasakan kejanggalan di balik kehancuran.
"Aneh? Maksudmu?" Liu Bai mencabut pedangnya dari mayat-mayat yang ia bunuh, darah menetes pelan dari bilah itu. Ia kemudian membersihkannya dengan kain sutra khusus sehingga pedangnya bersinar akibat pantulan sinar matahari yang mulai muncul.
Awan-awan merah yang sebelumnya mendominasi langit perlahan menghilang dan digantikan oleh cahaya keemasan matahari yang hangat, kontras dengan kengerian di bawahnya. Rin 1 menjelaskan dengan jelas, datanya akurat dan tanpa spekulasi. "Yang menyerang desa-desa hanya sedikit pasukan musuh, sepertinya sebagian besar pasukan lainnya sedang menuju Kekaisaran."
Liu Bai berbalik, tatapannya kini serius dan terfokus menatap Rin 1. "Kenapa kau sangat yakin? Memangnya ada buktinya?" Rin 1 tanpa ragu memberikan sebuah tulisan kecil.
Liu Bai mengambilnya lalu membuka kertas kecil yang kusam dan lecek. Di dalamnya tertulis: "Berkumpul lah di hutan di dekat Kekaisaran. Kita akan menyerbu Kekaisaran dan menginvasi mereka." Liu Bai memahami tulisan itu, sebuah pesan darurat, lalu melipatnya kembali dengan gerakan yang presisi.
"Ayo kita kembali Kekaisaran! Kita harus membantu prajurit yang berada di sana, ini invasi besar!" Ketika Liu Bai dan enam Rin akan pergi, tiba-tiba mereka mendengar sebuah kepakan sayap yang kuat dari belakang.
Mereka berbalik dan melihat Bao, Harimau Putih raksasa, sedang terbang dengan beberapa wanita yang memakai jubah merah dari darah qi Kaisar, memegang bulu Bao dengan erat agar tidak jatuh.
"Liu Bai, Aku disuruh Mo Tian untuk membawa mereka kepadamu. Obati mereka." Bao turun dari langit dan mendarat dengan keanggunan, tubuhnya yang besar tidak menimbulkan debu sedikit pun di hadapan Liu Bai.
Wanita-wanita itu turun, langkah kaki mereka goyah, rasa trauma yang dingin masih menempel di dalam jiwa mereka. Liu Bai segera mengerti, melihat keadaan mental mereka. Ia mengambil beberapa obat penyembuh spiritual untuk luka fisik mereka. Ia juga sadar bahwa trauma psikologis yang mereka alami adalah hal yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Bukan hanya menyembuhkan luka fisik, Liu Bai menggunakan sedikit teknik qi meditatifnya untuk menghilangkan ingatan kelam mereka, sebuah tindakan belas kasih yang langka, dan berharap mereka akan hidup lebih baik ke depannya.
"Tunggu saja di sini, Bao, jaga mereka! Aku harus kembali Kekaisaran, ayo Rin!" Liu Bai mengajak keenam Rin untuk segera pergi. Liu Bai dan Enam Rin melesat pergi dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Bao yang sedang dijadikan kasur empuk untuk wanita-wanita yang kini pingsan karena kelelahan emosional.