Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI POSESIF
"Mulailah fokus untuk menyusun tujuan hidup, Kak. Kalau mau membangun rumah tangga butuh apa?" tanya Iswa berusaha membuka pikiran Kaisar untuk bersikap dewasa.
"Cinta," jawab Kaisar spontan, Iswa mendengus sebal. "Lah kan benar?"
"Rumah tangga gak bakal jalan dengan makan cinta."
"Ouh uang!" Iswa langsung menjentikkan jari. Ia bukan perempuan matre tapi realistis saja, kalau Kaisar bilang wajah cantik dan ganteng menjadi privilage tapi bagi Iswa kecukupan uang dalam rumah tangga menjadi hal utama dalam membangun rumah tangga.
Ia berkaca pada kehidupan kedua orang tuanya, dua-duanya kerja menjadi guru swasta kehidupannya cukup, tapi harus hemat, dan menabung dulu ketika ingin sesuatu atau menunggu cair sertifikasi baru beli ini itu. Iswa tak mau, ia tidak mau meniru kehidupan kedua orang tuanya, ditambah musibah datang tidak tahu waktu. Begitu orang tua Iswa meninggal, tak ada yang bisa dijadikan pegangan untuk Iswa, maka ia jungkir balik untuk menyambung hidup, bila uang santunan sudah habis. Ia tak mau anaknya merasakan kehidupan keras seperti dirinya, sehingga saat ia masih bisa bekerja, maka ia akan mengumpulkan uang sebanyak mungkin, belajar menata keuangan dan mencari side job selagi muda. Iswa tak berpikiran hanya menggantungkan dari uang laki-laki, ia tak mau.
"Cari kerja atau menciptakan kerja, kumpulkan uang, aku pun begitu, kalau kita jodoh dan siap menikah, maka aku mau."
Kaisar menatap Iswa dengan serius. "Kamu gak percaya sama aku karena aku sekarang belum mapan ya, Wa?"
"Iya!" jawab Iswa jujur, dia bukan tipe penjilat yang bermulut manis di depan nyatanya di belakang berkata buruk. Ia akan bilang dengan jujur, tapi fakta. "Mapan mental, mapan keuangan, mapan kepribadian, Kakak belum memenuhi semua. Khawatir saja kalau kita memaksakan berhubungan lagi, aku yang dominan dalam rumah tangga, dan sangat bisa aku meremehkan Kakak atau merendahkan Kakak. Aku gak mau. Dalam pernikahan suami istri itu setara, gak ada yang dominan, tapi kita berkomunikasi agar keputusan itu terbaik untuk kepentingan suami dan istri, tidak ada yang merasa direndahkan dan tidak ada yang ditinggikan. Setara."
"Kamu bisa belajar kayak gini dari mana sih, Wa. Padahal usia kamu masih 19 tahun."
"Karena kehidupan kejam, Kak. Apalagi buat orang miskin. Tiap bangun aku harus berputar otak bagaimana dapat uang lagi, karena kedua orang tuaku tak meninggalkan apapun untukku selain rumah. Lambat laun uang santunan yang aku pegang akan habis kalau aku ga segera kerja."
"Iya, aku belum pernah berada di situasi struggle seperti kamu."
"Makanya, biarkan aku hidup dengan bebas, aku mau mengumpulkan uang sebanyak mungkin, agar aku nanti tidak hidup susah lagi. Capek."
Kaisar mengelus kepala sang mantan istri, sepertinya dia akan mengalah untuk kedua kalinya pada Iswa. Membiarkan dia berjalan sesuai jalan pikirannya. "Jaga hati ya, Wa. Kalau kamu sudah siap menikah lagi sama aku, bilang."
"Kakak juga ya, kalau sudah menemukan perempuan yang lebih baik dari aku, bilang!" Kaisar berdecak sebal, mana mungkin dia berpikir cari perempuan lain sedangkan dia sudah merasakan ciuman, tidur seranjang, bahkan berhasrat pada Iswa. Bersama Adel saja ia tak pernah melakukan adegan seintim itu.
Iswa pun keluar dari mobil Kaisar meninggalkan harapan dan semangat baru bagi Kai. Pria itu bertekad untuk segera mengumpulkan uang sebanyak mungkin, untuk membuktikan kemapanan yang diharapkan Iswa. Pulang dari cafe, Kaisar langsung searching peluang kerja yang bisa ia lakukan dengan bidang keahliannya, tanpa ikut sebuah perusahaan.
Salah satunya adalah menjadi konten kreator design ruangan, sesuai keahliannya merancang sebuah denah ruangan. Bisa memanfaatkan instagram dan ytb. Kaisar juga memanfaatkan AI untuk menjadi konten kreator di ytb, ada dua yang bisa yakni tutorial pemanfaatan aplikasi gambar denah, kemudian review bangunan di mata seorang arsitek. Kaisar mencatat semua, ia pun searching contoh akun yang sesuai keinginannya. Sedangkan di instagram dia bisa share denah lengkap dengan ukuran dan perhitungannya, sebagai personal brandingnya sebagai seorang arsitek.
Tak lupa fokus kerja, ia tetap perhatian dengan Iswa, setidaknya menanyakan kabar gadis itu. Apalagi Iswa mulai sekarang ada job baru, menjadi fasilitator pada program anti bullying bersama Al. Kaisar berpesan kepada Iswa kalau tak sempat membalas pesannya tak apa, tapi update status sesering mungkin. Iswa kembali memberikan jawaban andalan yakni emoticon jempol.
Kaisar mulai membangun dua channel di dua platform dengan nama yang sama, Kaisar Architecture. Dia merekam layar proses saat mendesain rumah minimalis mulai ukuran 30, 36, satu lantai, dua lantai dengan konsep open space . Ia mulai berkreasi sembari membayangkan rumah impiannya bersama Iswa. Lagi-lagi Iswa harus masuk dalam kerjaannya, meksi hanya sebuah bayangan semata.
Kaisar menambahkan animasi anggota keluarga yang berjalan dalam denah 3D yang membuat denah tersebut semakin nyata. Selain mengurus dua akun tersebut, Kaisar juga mengerjakan proyek bersama dosennya. Semakin hari, sang dosen semakin suka dengan pengembangan skill yang Kai miliki.
"Setelah gambar proyek sekolah ini selesai, ikut saya ke Kalimantan, Mas. Ada proyek di sana terkait pembangunan mess untuk karyawan tambang," ajak beliau dan disanggupi Kaisar.
Sekarang Kaisar sudah mulai bisa bagi waktu kapan kerja proyek dosen, kapan membuat konten. Memang lebih banyak di kamar bahkan mama, papa, dan Sakti bergantian mengintip aktivitas Kaisar.
"Anak itu kenapa jadi rajin bikin gambar rumah?" tanya papa pada si sulung saat keduanya menikmati waktu santai sebelum makan malam. Sakti mengedikkan bahu.
"Mungkin sudah terbuka pikirannya, Pak, karena Iswa mulai kerja di sebuah instansi psikologi kayaknya," jawab Sakti yang sempat melihat beberapa aktivitas Iswa mengajar dan foto di plakat klinik psikologi tersebut.
"Emang bisa ya anak Informatika kerja di psikolog?" tanya papa.
"Bisa, Pa. Anak IT bisa masuk ke semua bidang Pa."
"Termasuk ke bisnis papa?" tanya papa penasaran.
"Bisa. Masuk tim analis, tim marketing, juga bisa. Papa berniat rekrut Iswa?"
Papa mengangguk, "Ya kalau si bontot gak mau, papa tarik Iswa saja. Kamu juga gak bakal mau pindah ke kantor papa."
"Ya elah, Pa. Sakti lebih nyaman ke usaha Sakti sendiri, Pa. Sesuai bidang keahlian sakti sendiri."
"Iya, ya! Malah kalau bisa Iswa sekalian buat kamu gimana?" ini lagi ide konyol papa, bisa-bisanya oper Iswa coba.
"Gak ada ya, Iswa milik Kai, Abang gak boleh sama Iswa," omel Kaisar yang tiba-tiba datang dan menyambung obrolan papa dan sang kakak. Sakti tertawa sedangkan sang papa hanya berdecak sebal, mendengar pengakuan si bungsu seolah Iswa menjadi hak paten Kai.
"Kaisar bisa se produktif gini juga karena Iswa, Abang cari cewek lain saja," lanjut Kaisar tegas.
hemmmm wa kamu jg terlalu gampang memberi kesempatan fokus dulu ke diri sendiri dulu biar mapan segala hadehhh
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah