Sinopsis:
Liora, seorang gadis muda, dipaksa menjadi pengantin pengganti tanpa mengetahui siapa calon suaminya. Namun saat tirai pernikahan terbuka, ia terseret ke dalam Azzarkh, alam baka yang dikuasai kegelapan. Di sana, ia dinikahkan dengan Azrakel, Raja Azzarkh yang menakutkan, dingin, dan tanpa belas kasih.
Di dunia tempat roh jahat dihukum dengan api abadi, setiap kata dan langkah bisa membawa kematian. Bahkan sekadar menyebut kata terlarang tentang sang Raja dapat membuat kepala manusia dipenggal dan digantung di gerbang neraka.
Tertawan dalam pernikahan paksa, Liora harus menjalani Upacara Pengangkatan untuk sah menjadi selir Raja. Namun semakin lama ia berada di Azzarkh, semakin jelas bahwa takdirnya jauh lebih kelam daripada sekadar menjadi istri seorang penguasa neraka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 26
“Lio, kamu ikut study tour juga kan?” tanya Dinda saat mereka berjalan keluar dari gerbang sekolah sambil menenteng tas.
“Study tour, ya? Aku belum tahu, Din. Mungkin iya, mungkin enggak.”
Liora menatap langit sore yang mulai jingga. Dalam hatinya, ia benar-benar ragu. Raja belum tentu akan mengizinkannya meninggalkan dunia bawah terlalu lama.
“Serena aja ikut, masa kamu enggak diizinin sih sama ibu tirimu?” celetuk Dinda polos, masih mengira Liora tinggal bersama ayah dan ibu tirinya.
Liora hanya tersenyum kecil. Mereka memang sudah pilih kasih sejak dulu, gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba, sebuah lengan melingkar santai di bahunya.
“Lagi ngomongin apa nih?” suara ceria Yudha membuat Liora dan Dinda sama-sama terlonjak kaget.
“Ya ampun, Yud!” Liora menepuk dadanya. “Kaget tahu!”
“Iya! Hampir aja jantungku copot,” tambah Dinda dengan wajah kesal.
“Habisnya kalian serius banget sih,” sahut Yudha sambil tertawa kecil, masih belum melepas rangkulannya.
“Bahas study tour minggu depan,” jawab Dinda.
“Ooh, kalian ikut, kan?” tanya Yudha sambil menatap keduanya.
“Aku jelas ikut! Tapi Liora nih, ditanya malah bengong. Katanya belum tahu mau ikut apa enggak,” ujar Dinda.
Yudha memiringkan kepala, tersenyum menggoda.
“Sayang banget kalau cewek se-imut kamu enggak ikut,” katanya sambil mencubit pipi Liora pelan.
Liora membeku sesaat. Ia tidak terbiasa diperlakukan seakrab itu oleh orang yang baru dikenal sehari. Senyumnya kaku, dan tanpa sadar ia mundur setapak.
“Kamu emang selalu gini, Yud? Baru kenal aja udah nempel,” celetuk Dinda tanpa basa-basi.
Yudha mengangkat tangan menyerah.
“Maaf, maaf. Emang udah kebiasaan. Aku gampang akrab sama orang. Anggap aja bonus keramahan.”
Liora hanya tertawa kecil, tapi dalam hati ia merasa ada sesuatu yang aneh, tatapan Yudha terasa terlalu dalam, seolah mengenalnya lebih lama dari yang seharusnya.
Setelah obrolan ringan itu, mereka pun berpamitan.
Dan seperti biasa, begitu Vaelis datang menjemputnya, waktu di sekitar Liora seakan berhenti. Dunia manusia membeku, dan Liora perlahan menghilang dari pandangan, kembali ke dunia asalnya di bawah bayangan gelap kerajaan Azzarkh.
Malam di Dunia Bawah, Liora duduk di depan jendela kamarnya, menatap taman berlumut yang diterangi cahaya kebiruan dari bulan neraka. Ia masih memikirkan study tour itu. Haruskah ia meminta izin pada Raja? Dan kalaupun ia berani, apakah Raja akan mengizinkan?
Akhirnya ia berdiri. Lebih baik aku coba dulu daripada menyesal.
Saat hendak keluar, Dreya menatapnya heran.
“Putri, kau ingin ke mana malam-malam begini?”
“Aku ingin menemui Raja,” jawab Liora sambil menoleh.
“Aku dan Vaelis akan menemanimu,” ujar Dreya refleks.
“Tak perlu, aku bisa sendiri. Ini cuma ke kediaman Raja.”
Namun Dreya bersikeras. “Kami dayangmu, Putri. Tugas kami menjagamu, ke mana pun kau pergi.”
Liora menghela napas pasrah. “Baiklah, ikutlah.”
Begitu tiba di gerbang istana utama, para penjaga segera menunduk dan membuka jalan. Pintu batu besar itu bergeser perlahan, memperlihatkan ruangan megah dengan pilar hitam berukir simbol-simbol kuno.
Raja Kaelith duduk di singgasananya, mata merahnya menatap tajam bahkan sebelum Liora sempat membuka mulut.
“Kau datang untuk menanyakan tentang perjalanan sekolahmu, bukan?” katanya datar.
Liora terkejut. “Bagaimana Yang Mulia bisa tahu, ah, benar juga… Kau bisa mendengar isi hatiku.”
Ia menepuk dahinya pelan. Harusnya aku bicara lewat batin saja, enggak perlu jauh-jauh ke sini.
“Jadi, karena kau sudah tahu alasanku datang, aku tinggal menunggu jawabannya,” ujarnya lembut.
Raja terdiam sesaat, lalu berkata dingin,
“Aku tidak mengizinkanmu.”
Wajah Liora langsung merengut. “Kenapa kejam sekali, Yang Mulia? Aku cuma mau ikut study tour, bukan perang dunia.”
“Kenapa kau begitu ingin pergi? Karena siswa baru di sekolahmu itu?” tanya Raja, matanya berkilat.
Liora mengernyit. “Yang Mulia… kok tahu ada siswa baru? Apa kau memata-mataiku?”
Lalu dengan nada menggoda ia menambahkan, “Apa jangan-jangan Yang Mulia penguntit, ya?”
“Jaga ucapanmu,” suara Raja turun beberapa nada, dingin tapi terkendali.
“Aku tidak memata-mataimu. Tapi darahku mengalir di tubuhmu. Apa pun yang kau alami, aku tahu.”
Liora menunduk malu. Ia lupa, ada ikatan magis antara mereka.
Raja kemudian menatap tajam.
“Dan satu hal lagi. Aku tidak menyukai siswa baru itu.”
“Kenapa? Yudha itu baik, kok.”
“Kau tidak tahu siapa dia sebenarnya. Jangan terlalu dekat dengannya.”
Liora terdiam. Kata-kata Raja membuat dadanya terasa sesak, antara kesal, penasaran, dan sedikit takut.
“Baiklah,” katanya akhirnya. “Aku akan berhati-hati. Tapi tolong, izinkan aku ikut tur itu, Yang Mulia. Aku janji akan jaga diri.”
Ia memajukan wajahnya, menatap Raja dengan mata berbinar, seperti anak kecil yang sedang merayu.
Kaelith mendesah panjang. “Kau ini… selalu keras kepala.”
“Baiklah. Aku izinkan. Tapi dengan satu syarat.”
“Syarat?”
“Kau harus membawa Dreya dan Vaelis bersamamu.”
“Apa?!” Liora hampir berteriak. “Mereka di dunia manusia nanti kelihatan aneh, Yang Mulia!”
“Jika kau menolak, maka izinku batal.”
Suara Raja tegas, tak bisa dibantah.
Liora menggigit bibirnya, lalu menghela napas panjang. “Baiklah… aku terima syarat itu.”
Kaelith menoleh pada pengawalnya. “Panggil Dreya dan Vaelis masuk.”
Kedua dayang itu masuk dengan hormat.
“Yang Mulia,” ujar mereka serempak.
“Aku ingin kalian menemani Putri Aerish selama perjalanan sekolahnya di dunia manusia. Jaga dan awasi dia setiap saat.”
“Baik, Yang Mulia. Titah Anda akan kami laksanakan,” jawab keduanya tanpa ragu.
Liora menatap mereka, lalu menatap Raja. Ia tahu, tidak ada ruang untuk menolak. Perintah Raja adalah hukum mutlak.
Dan di dalam hatinya, meski kesal, ada rasa hangat yang ia benci akui, karena di balik sikap dinginnya, Raja sebenarnya hanya ingin melindunginya.
krn di dunia nyata kamu g diperhatikan, g disayang
apa mungkin bgmn cara'a spy kembali ke dunia sebenar'a, bgtukah thor🤭💪