NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:644
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Karena Ricardo dan Liona

Udara di dalam ruangan yang serba putih itu begitu sunyi. Aroma obat menyelimuti udara ruangan itu. Kekhawatiran dan kesedihan yang menggantung berat di hatinya Jennifer melihat kondisi Rosalinda yang tak bergerak sama sekali di atas ranjang pasien. Tubuhnya Rosalinda dipasangi beberapa alat medis yang terhubung dengan alat medis yang berada di dekat ranjang pasien. Rambut pirang Rosalinda terurai lemah di atas bantal, kontras dengan wajahnya yang pucat bagai salju.

Jennifer mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan. Garis melengkung kecil terlihat jelas di layar monitor yang menandakan adanya kehidupan untuk Rosalinda. Mengedarkan pandangannya ke ventilator, bedside monitor, defibrilator, pompa infus, alat hisap, oksimeter denyut, infusan, nasogastric tube, nebulizer, dan kateter. Pintu ruangan itu terbuka yang menampilkan sosok dokter Louise. Dokter itu menutup pintu itu secara perlahan, lalu berjalan menghampiri Jennifer.

"Waktu untuk berkunjung sudah selesai, Nak," ucap dokter Louise lembut setelah menghentikan langkah kakinya di samping kanannya Jennifer. Jennifer berjalan menuju ke pintu ruangan itu dengan langkah kaki yang lemas. Menekan handle pintu ke bawah, lalu menariknya ke dalam sehingga pintu kebuka lebar. Keluar dari ruang ICU, lalu menutup pintu itu. Berjalan menuju ruang ganti pakaian. Menyusuri lorong penghubung antara raung perawat dan dokter dengan ruang ICU.

Masuk ke dalam ruangan itu melalui sekat penghubung. Membuka baju, masker, sarung tangan dan juga penutup kepala, lalu menaruhnya di tempat yang sudah disediakan di dalam ruangan itu. Berjalan keluar dari ruang ganti. Berjalan menelusuri lorong itu menuju pintu lorong itu. Mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Melihat Eliana yang sedang berbicara dengan seseorang.

Jennifer menoleh ke arah timur. Dia melihat sosoknya Richard dan juga Ronald yang sedang berjalan menuju ke ruang ICU. Jennifer menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Ronald berhenti di hadapan Jennifer. Sedangkan Richard tidak mempedulikan keberadaan Jennifer, dia langsung pergi meninggalkan salah satu selasar sebuah rumah sakit.

Ronald menjongkokan tubuhnya, lalu berucap, "Bagaimana kabarnya Mommy, Jennie?"

Jennie mendongakkan kepalanya, lalu berucap sendu, "Masih seperti kemarin Kak Ronald."

"Permisi, Kak Ronald mau masuk ke dalam," ucap Ronald yang masih lembut sambil menatap teduh ke Jennifer yang menutupi pintu yang menuju ke ruang ICU.

"Kak Ronald, kenapa Kak Richard sekarang tidak suka melihat aku?"

"Mungkin dia masih berduka."

"Bukan karena yang lain?"

"Maksud kamu apa Jennie?"

"Semalam dia marah kepadaku."

"Kenapa dia marah kepadamu?" pertanyaan Ronald yang telah membuat Jennifer bingung harus menjawab apa.

"Aku ... Aku sering lihat Daddy berciuman dengan Kak Liona," ucap Jennifer gugup.

"Kamu sering lihat mereka seperti itu di mana?" tanya Ronald menyelidik.

"Di kamar tidurku dan ruang kerjanya Daddy. Mereka juga sering melakukan kegiatan yang pernah Mommy Betty dan Lucas lakukan," ucap Jennifer polos.

"Mereka melakukan itu di ruang kerjanya Daddy dan kamar kamu?"

"Iya, selain di sana, mereka juga pernah melakukan itu di kebun dan di gudang penyimpanan minuman."

"Sejak kapan melihat mereka seperti itu?"

"Setelah tiga hari aku tinggal di sini."

Berarti Liona juga telah berselingkuh dengan Daddy. Kami kira mereka melakukan hubungan asmara setelah Liona putus dari Tristan. Aku harus memberi tahu soal ini ke Richard.

Ucap Ronald di dalam hati.

"Kenapa kamu tidak memberi tahu kepada kami?"

"Karena aku diancam oleh Daddy dan juga Kak Liona, jika aku memberi tahu apa yang telah melakukan di dalam kamar, di ruang kerjanya Daddy, di kebun dan juga di gudang."

"Terima kasih infonya, sebaiknya kamu pulang dari sini karena hari sudah mau malam."

Jennifer menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan Ronald. Ronald beranjak berdiri, lalu Jennifer berjalan menghampiri Eliana. Ronald merogoh saku dalam jasnya, lalu mengambil smartphone miliknya. Menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi Richard. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya ketika Jennifer dan Eliana pergi dari koridor itu.

"Hallo Bro, aku punya informasi terbaru yang penting tentang hubungan Ricardo dan Liona," ucap Ronald lugas.

"Info apa?" tanya Richard datar.

"Ternyata hubungan gelap mereka sudah terjalin sejak lama, sebelum Tristan putus dengan Liona. Aku belum tahu pasti sejak kapan mereka menjalin hubungan gelap mereka."

"Kamu tahu dari siapa mengenai itu?"

"Dari Jennifer, tadi dia cerita kepadaku. Dia mengetahui hubungan gelap itu ketika dia sudah tiga hari tinggal di mansion. Dia tidak memberi tahu soal itu kepada kita karena dia telah diancam oleh Daddy dan juga Liona. Semalam kamu marah ke Jennifer?"

"Iya, aku kesal karena dia tidak jujur kepada kita. Oh ya, tadi pengacara Daddy meneleponku, dia ingin membacakan surat warisan untuk kita dari Daddy pada esok hari jam sembilan pagi. Kamu bisa hadir kan?"

"Bisa, tapi menurutku sebaiknya pembacaan surat itu dilakukan setelah Mommy sembuh."

"Aku sudah bicara seperti itu ke Pak Wilson, tapi dia bilang dia bisanya besok."

"Baiklah kalau begitu."

"Apakah ada info baru mengenai sniper itu?"

"Belum, masih tahap pencarian. Chard, menurut kamu Tristan tahu soal perselingkuhan itu?"

"Aku rasa tidak. Apakah etis kita memberitahu hal itu ke Tristan?"

"Menurutku tidak etis."

"Aku yakin dia akan marah jika dia tahu hal itu dari orang lain."

"Iya, benar juga yang kamu katakan."

"Lebih baik jujur walaupun pahit."

"Kamu aja yang memberitahu dia."

"Baiklah. Bagaimana kabarnya Mommy?"

"Tadi Jennifer bilang, masih seperti yang kemarin. Udah dulu, aku mau jenguk Mommy hari ini."

"Ok."

Tak lama kemudian Richard menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menjauhkan benda pipih dari telinga kirinya. Menyentuh beberapa ikon si layar smartphone miliknya untuk menghubungi Tristan. Mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga kirinya sambil memandang kota Washington DC pada malam hari.

"Hallo Tris, kamu lagi di mana?"

"Lagi di night club. Emangnya ada apa?"

"Tumben ke night club?"

"Untuk merilekskan pikiran. Ada apa?"

"Di night club mana?"

"Beautifull Paradise."

"Ya udah, aku ke sana, kita minum bersama."

"Baiklah aku tunggu."

"Lucky, kita ke Beautifull Paradise sekarang," titah Richard sambil menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu.

"Baik Tuan. Tuan mau lihat para penari striptis?" ucap Lucky santai ketika Richard menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya.

"Wah kebetulan sekali, sudah lama sekali aku tidak berkelana dengan seorang wanita. Aku tadinya ingin menyusul Tristan," jawab Richard sambil menoleh ke Lucky.

"Bagus Tuan, sebaiknya anda menemani dia. Aku perhatiin sejak dari tadi pagi, Tuan Tristan kelihatan sedih sekali. Dia seperti kehilangan separuh jiwanya," ucap Lucky sambil mengemudi mobilnya Richard.

"Terima kasih atas sarannya Lucky."

Richard memandang langit malam yang bersinar dengan cahaya lampu kota yang terang. Bulan sabit pucat bercahaya seperti cakar keperakan di langit malam, menyelimuti bintang yang membentang indah tak terhingga. Klakson mobil yang sesekali terdengar ricuh memecah kesunyian malam. Jalanan dipenuhi mobil yang bergerak. Akhir pekan telan tiba, malam yang memukau membawa serta pemandangan paling memabukkan dalam bentuk night club.

Club ini bernama Beautifull Paradise, yang berlokasi di pusat kota Washington DC. Club yang dirindukan oleh setiap jiwa para lelaki. Malam itu tampak tidak biasa, Beautifull Paradise penuh oleh pengunjung. Mobil Richard berhenti tepat di depan teras pintu masuk VVIP club itu. Richard membuka pintu penumpang bagian belakang. Keluar dari dalam mobil. Berjalan mendekati pintu VVIP itu. Dia melihat Tristan dengan tampang yang lusuh sedang berdiri di samping kanan pintu VVIP.

"Richard, ayo kita masuk, aku sudah membeli tiket untukmu."

Mereka berjalan masuk ke dalam club melewati pintu VVIP. Di dalam club terasa sesak, bahkan kilatan lampu dan musik keras menutupi suara-suara yang muncul dari kerumunan saat mereka berteriak kegirangan saat mereka menunggu beberapa wanita penari striptis yang membuat setiap pria berlutut padanya. Beberapa orang wanita yang diimpikan dan menjadi fantasi yang diinginkan setiap pria.

Menelusuri club yang diterangi dengan lampu warna-warni yang memukau. Panggung berkilau pun telah disiapkan. Beberapa tamu yang hadir duduk di area club sambil minum sepuasnya. Para pelayan wanita setengah telanjang pun berpakaian minum dengan membawa nampan minuman beralkohol, botol dan gelas kosong, minuman berbaris di bar, bartender, dan botol minuman-minuman tersebut siap untuk dinikmati. Layanan ini adalah segalanya yang disukai pria.

Berjalan mendekati salah satu ruang VVIP yang berada di lantai dua setelah menaiki beberapa anak tangga. Tristan menekan handle pintu ke bawah, lalu mendorong handle pintu itu sehingga pintu itu kebuka. Richard masuk ke dalam ruangan itu. Tristan menutup pintu itu, lalu berjalan mengikuti langkah kakinya Richard. Richard menduduki tubuhnya di sofa panjang. Sedangkan Tristan menduduki tubuhnya di sofa single.

"Kamu mau pesan minum apa?"

"White wine Two R satu botol," jawab Richard.

"Selalu setia dengan produk sendiri," komen Tristan sambil screenshoot sebuah barcode di ujung kanan meja. "Kamu mau ngomong apa?" lanjut Tristan sambil menyentuh beberapa ikon untuk memesan minuman dan snack.

"Tristan, sebaiknya kamu mencari seorang wanita yang mampu menggantikan sosoknya Liona di hati kamu," saran Richard sambil menoleh ke Tristan.

"Aku sedang berusaha," jawab Tristan sendu.

"Apakah kamu masih sedih?"

"Basa basi sekali kamu, intinya kamu mau ngomong apa?" tanya Tristan menyelidik sambil menoleh ke Richard.

"Kamu harus memaafkan Paman Ricardo dan Liona karena telah melakukan hubungan gelap sebelum kamu putus dengan Liona," ucap Richard yang telah membuat Tristan terkejut, tapi segera dia tepis rasa terkejutnya.

"Kamu tahu itu dari siapa?" tanya Tristan.

"Dari Jennifer, aku harap kamu jangan marah sama Jennifer karena dia telah diancam dan telah ditekan oleh Ricardo dan Liona. Semua ini karena Ricardo dan Liona."

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!