NovelToon NovelToon
Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Sejak bayi, Eleanor Cromwel diculik dan akhirnya diasuh oleh salah satu keluarga ternama di Kota Olympus. Hidupnya tampak sempurna dengan dua kakak tiri kembar yang selalu menjaganya… sampai tragedi datang.

Ayah tirinya meninggal karena serangan jantung, dan sejak itu, Eleanor tak lagi merasakan kasih sayang dari ibu tiri yang kejam. Namun, di balik dinginnya rumah itu, dua kakak tirinya justru menaruh perhatian yang berbeda.

Perhatian yang bukan sekadar kakak pada adik.
Perasaan yang seharusnya tak pernah tumbuh.

Di antara kasih, luka, dan rahasia, Eleanor harus memilih…
Apakah dia akan tetap menjadi “adik kesayangan” atau menerima cinta terlarang yang ditawarkan oleh salah satu si kembar?

silahkan membaca, dan jangan lupa untuk Like, serta komen pendapat kalian, dan vote kalau kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Dominic berlari keluar dari balik kontainer, matanya langsung tertuju ke sosok berambut pirang panjang itu. “ELANOR!!” teriaknya, suara parau bercampur amarah dan harapan.

Sosok itu menoleh perlahan, cahaya lampu sorot menyingkap wajahnya. Dominic terhenti. Ada sesuatu yang aneh. Wajah itu memang mirip Elanor… tapi ekspresinya terlalu kaku. Senyum dingin terpatri, nyaris seperti boneka.

“Lo…” Dominic melangkah lebih dekat, tangannya bergetar.

Tiba-tiba CTAAAK! kabel baja meluncur dari atas gudang, melilit tubuhnya dengan kejam. Dalam sekejap, Dominic terangkat ke udara, tubuhnya terjerat erat.

“ARGHHH!!!” jeritnya menggema.

Dari kejauhan, Rafael yang sudah tiarap di atas bukit langsung mengumpat. “Bodoh…” Dia menggeser scope, menembak.

DORRR!

Peluru menghantam katrol di langit-langit, membuat kabel baja putus. Dominic jatuh menghantam lantai beton dengan keras, terbatuk darah, tapi segera memaksa diri bangkit.

Belum sempat dia pulih, suara berat terdengar dari pengeras suara tua di sudut gudang.

“Hahaha…” tawa itu rendah, pelan, tapi memantul di dinding-dinding tua.

“Kalian memang… bidak yang gampang ditebak.”

Dominic mendongak, urat lehernya menegang. “BRENGSEK!!! TUNJUKIN MUKA LO!! DIMANA ELANOR?!”

Suara itu tidak menjawab, hanya kembali tertawa kecil. Dan seakan menjawab tantangan Dominic, pintu besi besar di ujung gudang berderit terbuka.

Dari balik kabut tipis dan lampu redup, muncul seorang pria tinggi dengan tubuh atletis. Wajahnya tertutup topeng besi hitam, menutupi dari hidung ke atas. Matanya tajam, berkilat penuh kesombongan.

Dia berjalan perlahan, bertepuk tangan. Tap… tap… tap.

Suara sepatu boot-nya bergema di ruangan hening. Dua pria berbadan besar mengapit di sisi kiri-kanannya.

Dominic menatap dengan api di matanya. Nafasnya berat, tubuhnya penuh luka, tapi tinjunya terkepal.

Pria bertopeng itu berhenti tepat di tengah cahaya lampu sorot. Kepalanya sedikit menunduk, lalu miring, seolah mengamati Dominic seperti predator melihat mangsa.

“Aku suka keberanianmu…” katanya dengan nada datar, “tapi sayangnya, keberanian tanpa otak… hanya membuatmu jadi pion yang mudah dipatahkan.”

Dominic menggeram. “GUE BUKAN BIDAK LO, BAJINGAN!!”

Pria bertopeng itu hanya terkekeh dingin, kemudian mengangkat tangannya. Satu aba-aba, dan Gudang tua itu mendadak pecah jadi neraka. Begitu si pria bertopeng mengangkat tangannya, puluhan anak buah bersenjata langsung menyembur keluar dari balik bayangan kontainer dan pilar tua. Senapan otomatis menyalak, BRAAATT!! BRAAATTT!!

Dominic terhuyung, cepat-cepat menjatuhkan diri ke lantai lalu berguling ke balik drum besi berkarat. Peluru menghantam dinding di atasnya, percikan api beterbangan.

“BRENGSEK!!” Dominic meraih besi panjang di lantai, dilemparnya ke arah lampu sorot. PRANGGG!! Lampu pecah, cahaya berkurang, memberi sedikit ruang gerak.

Dari bukit, Rafael mengamati melalui scope Barrett-nya. “Mereka terlalu banyak…” gumamnya.

“MOVE! COVER TARGET!!” teriak salah satu komandan dari pasukan yang di bawa Rafael.

Serbuan balasan pun dimulai. DORR! DORR! DORR! Peluru menghujani gudang, membuat anak buah si bertopeng terpecah konsentrasi. Dominic mendongak dari persembunyian, kaget melihat bantuan datang.

Namun, pria bertopeng itu hanya berdiri tenang di tengah hiruk-pikuk baku tembak, seolah semuanya berjalan sesuai rencana. Dia mengangkat sesuatu dari balik mantelnya.

Sebuah kotak kecil dengan lampu merah berkedip. Bom waktu.

“Permainan sesungguhnya baru saja dimulai,” suaranya dingin, menggema lewat pengeras suara di ruangan.

Dominic menatap benda itu, jantungnya serasa berhenti. “SIALAN…”

Pria bertopeng itu melempar bom ke lantai. TING! Suara logam bergulir, lampu merah berkedip makin cepat.

“BOMMM!!!” salah satu anak buah Rafael berteriak. Semua langsung panik, mencari jalan keluar.

Rafael di bukit melihat kejadian itu dari scope. Rahangnya mengeras. “Dom, keluar dari sana sekarang juga…” gumamnya, lalu membuka ponselnya dan mengetik cepat.

Beberapa detik kemudian, di tengah hiruk-pikuk peluru dan teriakan, ponsel Dominic bergetar. Pesan singkat muncul di layar:

LARI!!

Dominic langsung bergerak, menubruk drum di depannya, melompat ke arah pintu samping gudang. Pasukan Rafael juga mulai mundur, menyeret tubuh-tubuh yang terluka.

BEEP… BEEP… BEEP… suara bom makin cepat.

Semua berlarian keluar, napas terengah, keringat bercucuran. Begitu Dominic menendang pintu besi terakhir dan terjun keluar gudang—

BOOOOOOOOMMMMM!!!

Ledakan maha dahsyat merobek malam. Api menyembur dari jendela-jendela pecah, atap gudang terangkat lalu runtuh. Getaran hebat mengguncang tanah, membuat Dominic terlempar ke tanah keras.

Suara dentuman itu masih bergema di telinganya ketika dia mendongak, napas berat, melihat cahaya api yang menjulang ke langit malam.

Gudang itu hancur lebur. Dan si pria bertopeng… lenyap entah ke mana.

---

Dominic masih terduduk di tanah, wajahnya penuh debu dan keringat. Matanya terpaku pada puing-puing gudang yang masih menyala terbakar, asap hitam menembus langit malam.

Di tangannya, ponsel itu masih menyala. Map yang tadi berkedip dengan stiker wajah Elanor yang tersenyum… kini berhenti total. Tak ada sinyal, tak ada tanda. Seolah Elanor hilang bersama ledakan itu.

Air mata menggenang, jatuh tanpa bisa dia tahan. “Elanor….” bisiknya pelan, sebelum akhirnya berubah menjadi teriakan histeris.

“ELANOOOOOR!!!”

Suara itu pecah, menggema di seluruh lembah. Dominic bangkit dengan sisa tenaga, berlari ke arah gudang yang masih berkobar, seakan ingin menembus api demi memastikan.

Namun dari bukit, Rafael menahan napas ketika titik merah di jam tangannya perlahan meredup… lalu mati.

Dia masih menatap layar itu, menunggu… berharap hanya error teknis. Tapi tak ada yang kembali. Hening.

Tangannya yang memegang jam itu sedikit bergetar. Jantungnya berdetak keras, tapi wajahnya tetap dingin. Hanya matanya yang perlahan memerah.

“Tidak…” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar oleh anak buah di sekitarnya.

Dia mengangkat pandangannya ke arah gudang yang kini jadi lautan api. Lidah api menjilat langit malam, seolah sedang menelan habis semua harapan. Rafael terdiam, tubuhnya kaku. Di balik kaca matanya, matanya berkaca-kaca.

Kenangan-kenangan singkat tentang Elanor berkelebat di kepalanya—tatapan matanya yang keras kepala, senyum tipis yang kadang muncul saat menantangnya bicara, bahkan caranya melawan dengan penuh keberanian.

Semua itu kini seolah dicabik api di depan matanya.

Tangannya mengepal begitu kuat, sampai buku-buku jarinya memutih. Napasnya memburu, dada naik turun berat. Tapi tetap saja, air matanya jatuh juga—diam-diam, menetes di pipinya yang dingin diterpa angin malam.

Suaranya pecah, meski hanya ia sendiri yang bisa mendengarnya:

“Maafkan aku, Elanor…”

“Cegah dia!” perintah Rafael dengan dingin, untuk mencegah Dominic menuju ke gudang itu.

Pasukan Rafael langsung menahannya. Dominic meronta sekuat tenaga, menghantamkan tinjunya, memaki, meraung seperti binatang yang terluka. “LEPASIN GUE! ADIK GUE DI DALAM SANA! LEPASIN, ANJING!”

Tangisannya pecah di antara jeritannya, tubuhnya bergetar, wajahnya memerah. Ia tak peduli dengan apapun atau siapapun, Namun yang ada dalam pikirannya adalah, hanya ingin menembus api itu, sekalipun nyawanya ikut habis di dalam.

Rafael turun perlahan dari bukit, langkahnya berat tapi mantap. Saat dia tiba, api dari gudang memantulkan cahaya di wajahnya yang dingin. Dia menatap Dominic yang terus meronta.

Rafael tak berkata apa-apa. Hanya menunduk sebentar, menatap pria muda itu yang hatinya hancur. Tatapan matanya sendiri menyimpan sesuatu… campuran antara rasa bersalah, kehilangan, dan amarah yang menahan diri untuk meledak.

Dominic masih menjerit, suaranya pecah:

“ELANOOOOR!!”

----

Dua jam berlalu.

Api perlahan padam, asap hitam masih membumbung tinggi, menyisakan bau besi terbakar dan kayu yang hangus. Angin malam membawa aroma itu menyelimuti seluruh bukit, menusuk hidung, membuat dada sesak.

Anak buah Rafael menyisir reruntuhan, mengangkat puing-puing yang masih berasap, mencari apapun yang bisa menyisakan jawaban. Suara besi beradu dengan besi, batuk para lelaki yang terhirup asap, dan sesekali teriakan pendek saat mereka menemukan sesuatu.

Lalu salah satu dari mereka berlari sambil menahan sesuatu dengan kain tebal. Tubuh hitam legam, terbakar hingga sulit dikenali. Namun, yang membuat semua orang menahan napas adalah gaun sapphire yang masih menempel di tubuh itu, meski lusuh, compang-camping, dan terbakar, warnanya masih bisa dikenali.

Dominic terhuyung. Pandangannya kabur, seakan dunia runtuh seketika.

“A… adik gue…” suaranya parau, hampir tidak keluar.

Anak buah Rafael meletakkan tubuh itu perlahan di atas tanah yang masih hangat oleh api. Di leher yang hangus, sesuatu berkilau samar terkena cahaya lampu sorot, yaitu kalung tipis dengan liontin kecil, kalung yang Rafael sendiri pasang pelacak di dalamnya.

Mata Rafael langsung terbelalak. Untuk pertama kalinya dia tidak mampu menahan ekspresinya. Nafasnya tercekat. Tangan yang biasanya mantap kini mengepal keras, sampai buku-buku jarinya memutih. Dari balik kacamata hitamnya, ia menyembunyikan sorot mata yang sebenarnya, mata yang hancur berkeping-keping.

“Tidak mungkin…” gumamnya lirih, hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Dominic jatuh berlutut di samping tubuh itu. Tangannya gemetar saat menyentuh jemari mayat yang sudah kaku. Panas masih terasa, namun ia tidak peduli.

Air matanya jatuh deras, bercampur dengan noda hitam di tubuh hangus itu. “Ini salah gue… ini salah gue…” lirihnya berulang kali, semakin keras, semakin putus asa. “Kenapa… kenapa gue nggak bisa jagain lo, Elanor…”

Tangisnya pecah, teriakan yang menusuk malam, seolah ingin membelah langit. Beberapa anak buah Rafael menundukkan kepala, tak sanggup menatap pemandangan itu.

Rafael berdiri kaku di belakang mereka. Wajahnya disembunyikan oleh topi dan kacamata hitam, namun dada dalam jas anti pelurunya naik-turun cepat, menahan sesuatu yang ingin meledak. Satu tetes air mata lolos, jatuh di pipinya, lalu segera ia usap sebelum ada yang menyadari.

Ia menoleh sebentar, lalu memberi isyarat cepat ke anak buahnya untuk mundur, memberi ruang bagi Dominic yang kini menangis dalam keputusasaan.

Di balik sorot matanya yang tersembunyi, Rafael berbisik dalam hati

"Kalau benar kau sudah tiada, El… maka siapa pun yang melakukan ini, akan kuhancurkan sampai ke akar-akarnya."

1
Nanabrum
Ngakakk woyy😭😭
Can
Lanjuuutttt THORRRRR
Andr45
keren kak
mirip kisah seseorang teman ku
air mata ku 😭
Andr45
wow amazing 🤗🤗
Can
Lanjut Thor
Cikka
Lanjut
Ken
Semangaaat Authooor, Up yang banyakk
Ken
Udah ngaku ajaaa
Ken
Jangan tidur atau jangan Pingsan thor😭😭
Ken
Nahh kann, Mulai lagiii🗿
Ken
Wanita Kadal 02🤣🤣
Ken
Bisa hapus karakter nya gak thor🗿
Ken
Kan, Kayak Kadal beneran/Panic/
Ken
Apaan coba nih wanita kadal/Angry/
Vytas
mantap
Ceyra Heelshire
gak bisa! mending balas aja PLAK PLAK PLAK
Ceyra Heelshire
apaan sih si nyi lampir ini /Panic/
Ceyra Heelshire
wih, bikin novel baru lagi Thor
Hazelnutz: ehehe iyaa😅
total 1 replies
RiaChenko♥️
Rekomended banget
RiaChenko♥️
Ahhhh GANTUNGGGGG WOYYY
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!