Peringatan! Harap bijak dalam membaca. Ini karya dipersembahkan untuk hiburan emak yang sudah berusia 21+ dan sudah menikah! Dibawa 21 harap jangan baca! Dosa tangung sendiri!
Sequel dari Dipaksa menikahi tuan muda duda
Ashanum Ananda Wijaya terpaksa menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tak ia kenal setelah pergaulan bebasnya diketahui sang papa yaitu Raka Wijaya. Asha harus mengorbankan cintanya menikahi pria sederhana yang bukan tipenya yang tak ada daya tarik sama sekali yang hanya berkerja sebagai guru ngaji di pondok pesantren dan sebagai ob di rumah sakit ternama dikota Malang.
Dibalik kesederhanaannya Asegaf Albramata adalah seorang pengusaha muda yang sukses disegala bidang, namun ia menyembunyikan semuanya karena berbagai alasan.
Asha sangat membenci Ega karena adanya dia, ia harus kehilangan cinta pertamanya.
Nb : Jangan lupa follow ig:Duwi Sukema author ya, agar tahu visual juga novel author lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon duwi sukema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26.Apa karena aku miskin
"Ayo Sha aku antar pulang sekarang?" ajak Aris senang karena Asha mau menerima tawarannya ia merasa menang sambil menjulurkan lidah ke ara Ega yang ada di dekatnya.
Aku kira kamu benar-benar sudah membuka hati untukku Sha, tapi kamu hanya main-main denganku. Cewek itu sama saja dia memandang harta lebih penting dari pada ketulusan dan iman mungkin wanita begitu agar bisa hidup mewah yang bergelimang harta tanpa memikirkan perasaan hati yang sebenarnya batin Ega menatap Asha dan Aris secara bergantian.
"Aku mau kamu antar buka ke rumah tapi ke parkiran, karena aku akan pulang bersama kekasihku yang telah menungguku," ucap santai Asha berjalan menghampiri Ega yang berdiri di dekat motor buntutnya.
"Ayo kita pulang mas, cuaca sangat mendung aku takut kita belum sampai rumah sudah hujan," ucap Asha sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.
"Ngak jadi pulang sama Aris ya," kata Ega menatap wajah Asha.
"Buat apa aku pulang sama dia, kan sudah ada kamu. Emang kamu ngak mau ya bonceng aku," manyun Asha sambil memperlihatkan wajah juteknya.
Aku bela-belain malah sikapnya gitu amat, ngak ada romantis atau apa gitu batin Asha.
"Ya mau lah, justru aku sangat senang jika kamu mau pulang bersamaku. Ayo kita pulang!" kata Ega lalu menyalakan motornya.
Kini Asha tanpa di minta pun segera melingkarkan tangannya di perut Ega dengan erat, menyandarkan kepalanya di pundaknya dengan hembusan nafas sangat terasa di kulit tubuh Ega.
Ega segera memegang tangan Asha dengan tangan kirinya agar mempererat pegangannya. Dengan tangan kanan fokus mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang, ia ingin memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin agar bisa berdua dengan Asha lebih lama lagi.
Kamu adalah alasanku tetap menjaga hati dan terus memperbaiki diri. Aku tidak mau sebuah akhir yang bahagia. Aku ingin selamanya bahagia bersamamu karena aku tak akan pernah mau kita berakhir sampai akhir hayat kita batin Ega.
"Bersama kamu, aku tidak lagi takut menjadi pemimpi. Kamu adalah definisi dari kebahagiaanku. Aku lebih memilih satu hari bersamamu daripada selamanya dengan orang lain. Kehadiranmu membawa cinta yang begitu indah, dapat memberiku kebahagiaan serta rasa rindu yang tidak pernah ada akhirnya," kata Ega di dalam hatinya sebenarnya sangat ingin ia katakan pada Asha tapi ia masih belum memiliki keberanian.
Sedangkan Asha merasa sangat nyaman bersandar di pundak Ega yang fokus dengan jalanan metro politan yang padat dengan pengemudi.
Untuk pertama kalinya, aku sangat membencimu. Aku juga tak ingin menjalani rumah tangan bersamamu untuk selamanya. Namun dengan seiringnya waktu semua itu mengubah jalan pikiranku, kini tak ingin kehilangan sosok dirimu, aku mencoba untuk bahagia. Di luar sana memang banyak yang lebih baik, namun sesederhana apapun dirimu, engkau tak tergantikan dengan siapapun.
Kebahagiaan yang paling sempurna adalah kebahagiaan bersama orang yang sederhana, tapi memperlakukanku dengan cara istimewa. Aku merasa bahagia ketika melihatmu berjuang dari pertama hingga detik ini dan sekarang kau bisa meluluhkan hatiku yang keras membeku menjadi cairan yang meleleh begitu saja. Mungkin tak ada sebuah kata yang mampu mengungkapkan, betapa bahagianya aku saat ini, saat bersamamu.
"Sha, kita makan di rumah apa di cafe atau kamu ingin makan di restoran. Aku punya sedikit rejeki gimana jika kita makan di restoran Albram," ajak Ega menuju restoran termewah juga termahal di kota Malang dengan berbagai fasilitas yang lengkap membuat para pengunjung ingin kembali lagi makan disana.
"Tidak mas, kita makan di rumah saja. Aku ingin makan bakso aci aja, apa mas ingin sesuatu biar aku masakkan nanti?" tawar Asha.
Lebih baik uangnya di tabung saja mas. Kita nanti makan disana hanya sekali bisa menghabiskan uang satu juta lebih aku tak tega jika kamu harus kerja keras terus batin Asha yang sebenarnya sangat ingin makanan lezat seperti dulu tapi ia harus berpikir panjang ia tak mau meminta jatah kepada orang tuanya juga tak mau menjadi beban Ega yang semakin banyak hanya gara-gara makan.
"Benaran Sha, aku punya uang kok. Tadi aku dapat bonus karena aku rajin lembur juga kerjaku bagus, hitung-hitung membuat kamu bahagia," jelas Ega.
"Mas, kita makan di cafe saja ya tak usah ke restoran segala, disana menu makannya mahal-mahal."
"Kamu mau di cafe mana?" tanya Ega.
"Mas, sebaiknya makannya di tunda saja dulu. Kita kan ada cara ke abah Jafar nanti sore sebaiknya waktu kita untuk istirahat saja di rumah, aku juga tak selera makan. Di rumah masak tadi pagi juga banyak, eman mas jika tak di makan," tolak Asha.
Sha aku ngerti kamu begini karena memahami keadaanku yang tak sekaya orang tuamu, terima kasih kamu mau berjuang dari nol bersamaku tanpa malu pikir Ega.
Setelah satu jam perjalan kini motor Ega tiba di perumahan puncak indah.
Asha segera turun lebih dulu untuk segera membukakan pintu rumahnya.
Asha segera masuk ke dalam kamarnya menganti bajunya dengan baju rumahnya yang santai. Setelah berganti baju ia segera keluar menemui Ega.
"Mas, kamu mau makan siang sekarang apa nanti?" tawar Asha duduk di sofa dengan menyalakan televisi dari remote controlnya.
Ega yang melihat kecantikan Asha dengan meneliti penampilannya hingga ke bawa hanya bisa menelan liurnya dalam-dalam kini jiwa lelakinya terasa ingin memberontak ingin rasanya mengulang kejadian dua bulan lalu.
"Sha, kamu kok berpakaian seperti itu?"
"Memang kenapa? Aku kan hanya di dalam rumah tak keluar," sahut Asha dengan memangku toples berisi stik kentang lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
"Kan ada aku Sha, aku laki-laki," ucap Ega memalingkan wajahnya. "Lihat paha kamu terbuka begitu! Aku kan laki-laki normal, aku takut jika tak bisa mengontrolnya gimana?" tanya Ega dengan melepas kaca matanya lalu menyilangkan tangannya di dadanya menyadarkan tubuhnya di sofa.
Ternyata dia tampan sekali, seharusnya dia ngak usah pakai kaca mata begini kan jadi cool habis pikir Asha menatap Ega tanpa berkedip.
"Mata mas Ega minus berapa?" tanya Asha meneliti dengan detail wajah laki-laki di depannya yang sangat sempurna tanpa cacat.
"Minus satu, ada apa Sha?" bohong Ega.
"Oh, mas sangat tampan jika tidak memakai kaca mata," puji Asha yang keceplosan.
"Benaran! Aku tampan, tapi kenapa kamu tidak mau menerima ku jadi suamimu apa karena aku miskin?" tanya Ega.
Bersambung..
Jangan lupa like juga beri vote ya..
Smg tak pernah bosan menunggu kisah cinta Asha dan Ega. 😘😘🙏
