Vito Bramana seorang lelaki tampan berusia 28 tahun,seorang abdi negara. Vito telah lama mengabdi pada negara dan itu adalah cita cita nya. Nindy Nugraha Seorang gadis cantik bertubuh mungil,dengan mata sipit,hidung mancung,dan bibir mungil. Nindy adalah seorang relawan,butuh perjuangan untuk bisa menjadi seorang relawan. Hingga pada akhirnya tugas mempertemukan Vito dan Nindy dan perjalanan mereka dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risti rika safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyenangkan
Setelah lama berbincang dengan Mario nindy pun mengakhiri telponnya. Ia menghela nafas panjang.
"Huh! Aku kecewa tapi aku juga rindu" ucap Nindy lirih
"Sudahlah! Mending aku tidur saja. Aku harus menyambut hari esok dengan senyuman" ucap Nindy lalu mulai memasuki kamar mandi untuk bersih-bersih
Setelah semua rutinitas sebelum tidur nya selesai kini Nindy merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu. Tak butuh waktu lama Nindy langsung tertidur.
°°°
Kring! Kring!
Bunyi alarm membangunkan tidur pulas Nindy. Jam menunjukkan pukul 5 pagi ia pun segera merapikan tempat tidurnya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Nindy langsung menuju dapur untuk memasak sarapan pagi hari ini. Nindy memasak sarapan yang simple saja. Setelah selesai Nindy lanjut mencuri piring.
"Wih harum banget ini aroma" ucap Vero yang tiba-tiba nongol
"Iya dong masakan Nindy itu selalu top markotop" senyum Nindy percaya diri
"Ck! Mulai percaya diri nya kumat. Dahlah! Gue mau nyapu dulu" ucap Vero lalu mengambil sapu
Setelah dirasa semua pekerjaan selesai kini Vero dan Nindy sedang berada di dalam kamar masing-masing. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi kuliah.
"Buku udah,pulpen udah, apalagi ya?" Tanya Nindy sambil mengetuk-ngetuk kan dagunya
"Kayak nya udah semua deh" monolog Nindy
"Ayo! Lo ngapain sih lama banget" kesal vero
"Sabar ih! Gue tu lagi ngecek keperluan gue biar ga ada yang ketinggalan" sahut Nindy mencebikkan bibirnya
"Oh" ujar vero ber oh ria
Mereka sarapan terlebih dahulu. Vero sudah memesan taksi duluan untuk mengantarkan mereka ke kampus. Setelah selesai mereka menunggu didepan rumah tak lama kemudian taksi pun datang.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh kini mereka sudah sampai didepan kampus. Mereka langsung menuju kelas karena waktu tinggal 10 menit lagi.
"Nanti pas istirahat tunggu disini ya" ucap Vero pada Nindy
"Okee semangat besti" pekik Nindy riang
"Semangat jugaa Lo" balas Vero tersenyum
Nindy berjalan menuju kelasnya. Selama di perjalanan banyak mereka yang tersenyum pada Nindy dan Nindy pun membalasnya.
"Ih Nindy lama banget deh" ucap heina kesal
"Lama apanya ini gue udah sampe" jawab Nindy santai
"Huh! Tadi itu ada yang mau duduk di bangku ini tau" cerita heina
"Siapa?" Tanya Nindy sambil mengangkat satu alisnya
"Ga tau cowok ganteng tapi" sahut heina dengan mata yang berbinar
"Belajar yang bener! Jangan mikirin cowok mulu. Sekarang mana orang nya" tanya nindy menarik turunkan alis nya
"Aduh sakit woi" pekik Nindy saat heina mencubit kuat pipinya
"Tadi sok ngasih tau gue buat jangan mikirin cowok sekarang dia malah balik nanya ih gemes banget deh" oceh heina
Nindy hanya tertawa kecil melihat wajah kesal heina. Tak lama setelah itu kini dosen pun datang. Dosen pria yang terlihat masih tampan mampu membuat suasana kelas sedikit riuh.
"Hallo selamat pagi semuanya!" Sapa dosen tersebut
"Pagi pak" jawab mereka serempak
"Perkenalkan nama saya Kim jeon panggil saja pak jeon! Saya adalah salah satu dosen yang dengan mata Pelajaran ipd" ucap pak jeon
"Saya akan absensi kalian terlebih dahulu" ujar pak jeon lagi
Ia pun mulai mengabsen mahasiswa dan mahasiswi nya. Setelah selesai ia melanjutkan untuk membahas materi pagi ini. Semua mahasiswa dan mahasiswi menyimak dengan baik semua penjelasan dari dosen muda tersebut. Nindy juga sesekali mencatat hal-hal penting dalam pelajaran hari ini.
Tak jauh beda dengan Nindy, Vero juga saat ini sedang memperhatikan dosen wanita yang saat ini sedang menjelaskan materi tentang ilmu bedah. Ia juga mencatat hal penting yang nanti akan ia pelajari lagi.
\~
Kini dirumah Nugraha sedang terjadi keributan antara anak dan ibu. Siapa lagi kalo bukan heni dan Diana.
"Kamu itu anak perempuan heni! Apakah terlihat' pantas seorang gadis keluar setiap malam? Bahkan kamu kadang sampai tidak pulang berhari-hari" omel Diana
"Mama kan tahu aku itu kerja! Jadwal aku lagi padat Banget! Harusnya mama ngerti dong bukan nya malah ngomel-ngomel kayak gini!" Ucap heni kesal
"Jangan berbohong heni! Mama dan papa melihat kamu kemarin malam disebuah hotel! Ngapain kamu kesana? Itu bukan hotel tempat kamu menginap disaat tidak bisa pulang" ucap Diana yang membuat heni terkejut
"Sudah! Sudah heni papa mau bertanya bagaimana dengan investasi itu?" Tanya Nugraha
"Nanti aku tanyakan pa! Aku sibuk jadi tidak sempat" jawab heni malas
"Tanyakan segera! Papa takut nanti kakekmu bertanya tentang surat-surat perusahaan juga" ucap Nugraha
"Kenapa kakek mempertanyakan surat perusahaan? Bukankah itu milik papa? Dan nanti akan diwariskan kepada aku" ujar heni
"Iya memang perusahaan itu milik papa! Namun besok saat kalian menikah kakek harus hadir dalam penggantian nama kepemilikan perusahaan itu" sahut Nugraha
"Kalian? Kalian siapa? Anak papa kan hanya aku sekarang! Otomatis perusahaan tersebut jadi milik aku! Apalagi dalam beberapa bulan lagi aku juga akan menikah dengan Dirga" ucap Heni
"Jangan bilang! Papa juga ingin memberikan warisan untuk Nindy? Engga ya pa! Ingat dia bukan bagian dari kita lagi! Anak papa saat ini cuma aku! Biarin Nindy hidup sendiri disana!" Ucap heni kesal
Nugraha hanya bisa diam mendengar ucapan anaknya. Disatu sisi ia mulai goyah! Ia merindukan nindy putrinya.
Heni meninggalkan orang tua nya. Ia sudah ada janji bersama pria nya hari ini. Ia juga merasa badmood karena harus bertengkar dahulu dengan mamanya.
"Papa mau menelpon nindy ma" ucap Nugraha lirih
"Mama juga kangen dia pa" sahut Diana
Nugraha segera mengambil handphone nya dan menghubungi nomor Nindy! Namun nihil nomor ponsel Nindy sudah tidak aktif lagi.
"Apa dia sudah mengganti nomor nya pa? Agar kita tidak bisa menghubungi dia?" Ucap Diana yang kini menangis
"Papa mau mencari tahu semuanya ma! Papa ingin mencari tau apakah benar informasi yang heni sampaikan pada kita" ucap Nugraha
"Sudah terlambat!" Suara seseorang terdengar
"Mario" gumam Diana dan Nugraha
"Aku tidak ingin berbasa-basi lagi! Aku hanya ingin menanyakan dengan dokter siapa kamu melahirkan heni dulu" tanya mario
Nugraha dan Diana mengernyitkan dahinya bingung saat mendengar pertanyaan dari Mario.
"Untuk apa kamu menanyakan nama dokter itu?" Tanya balik Nugraha
"Tidak perlu tau! Aku hanya perlu kalian memberitahu kepadaku siapa nama dokter tersebut" ucap mario lagi
"Namanya dokter dara ia sudah lama pindah ke luar negeri setelah 3 bulan aku melahirkan heni" jawab Diana
"Dengan alasan apa dia pindah?" Tanya Mario curiga
"Aku tidak tahu pasti hanya saja rekan nya mengatakan jika ia memulai hidup baru dengan suami nya diluar negri" jawab diana
Mario terdiam mendengar ucapan Diana. Laki-laki itu sedang berperang dengan pikiran. Ia sedang menyatukan rantai-rantai yang terpisah.
"Jika heni memang bukan anak kandung Nugraha lalu dimana anak kandung mereka? Apa jangan-jangan dokter tersebut pergi keluar negri membawa anak kandung Nugraha? Lalu ia menukar bayi itu dengan bayi orang lain? Lalu heni ini anak siapa? Ah! Kenapa jadi rumit seperti ini" ucap mario dalam hati
"Baiklah aku permisi" pamit mario
"Rio" panggil Diana
Mario membalikkan badan lalu mengangkat satu alis nya bingung.
"Ada apa?" Tanya mario
"A-apa kamu mempunyai nomor ponsel Nindy yang baru" tanya Diana lirih
Mario terdiam sebentar lalu ia pun tersenyum miring. Untuk Apalagi mereka menanyakan tentang nomor ponsel Nindy.
"Aku tidak punya! Dan jangan mengganggu dia lagi! Bukankah kalian senang sekarang? Bisa hidup bebas tanpa kehadiran anak kalian. Biarkan ponakan tu menentukan bahagianya sendiri!" Jawab mario lalu pergi meninggalkan Diana dan Nugraha yang sedang menunduk
"Sudah ma! Nindy pasti kembali ya" ucap Nugraha menenangkan
"Kita cari tau semuanya sama-sama yaa! Jujur papa mulai goyah saat ini" lirih Nugraha
"Aku merasa gagal menjadi seorang ibu pa" ucap Diana dalam hati.