Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 16
Rena Meneruskan Menyapu, Meskipun Airmatanya Melebar, Hatinya Sakit Saat Di Banding Bandingkan Oleh Ibunya.
.
.
Saat Tiba Malam Hari Di Desa Rawa Asem, Gang Petung Selalu Sepi Mencekam. Bahkan Mungkin Semua Lampu Penerangan Jalan Dan Juga Teras-Teras Warga Selalu Dinyalakan.
Rena Terdiam Di Ujung Ambennya, Matanya Menatap Nanar Ke Arah Sudut Jendela, Pandangannya Kosong, Air Matanya Jatuh. Ia Mengingat Ucapan Kaka Dan Ibunya Pagi Tadi Membuat Hatinya Terus Saja Sesak Sampai Sekarang.
"Terus Apa Gunanya Aku?... Mereka Memperlakukan ku, Selayaknya Pembantu, Aku Mau Pergi Tapi Ngak Tahu Kemana." Rena Menangis Dalam Diam.
Tiba-Tiba Tenggorokannya Terasa Panas Seperti Dibakar, Rena Merasakan Dan Mengecap Lidahnya Berkali-kali Namun Rasanya Seperti Ia Memakan Tembaga.
Rasa Panas Terus Membakar Tenggorokan Sampai Kedada, Rena Tidak Tahan Lagi, Ia Langsung Muntah Dikamar Mandi.
"Ya Allah Aku Kenapa?" Rena Muntah, Mengeluarkan Cairan Merah Pekat, Namun Rasanya Mirip Dengan Tembaga.
Di Dalam Kerongkongan Tenggorokan Nya, Rena Kembali Merogoh Tenggorokannya Disana Ia Menarik Paku, Tidak Tajam Warnanya Sama Dengan Paku Lama Yang Mungkin Direndam Lama Kedalam Air Bau Nya Sama Persis Seperti Itu.
"Ya Allah Aku Kenapa?" Mulut Rena Penuh Dengan Darah, Namun Ia Masih Bisa Menangis. Rasanya Begitu Perih Saat Paku itu Keluar Melewati Tenggorokan nya.
Rena Menduga Namun Tidak Berani Berburuk Sangka, Ia Ingat Pagi Kemarin Berdebat Dengan Kakanya Dan Sekarang Ia Yakin Kalau Kakanya Melakukan Ilmu Hitam. "Jika Mba Ratih Yang Melakukan Ini, Tega Sekali Ia Pada Ku." Rena Mengusap Wajahnya Dengan Air, Dan Langsung Kumur-Kumur.
Ia Berjalan Keluar Sambil Membawa Beberapa Butir Paku-Paku yang Baru Saja Keluar Dari Tenggorokannya.
Matanya Tertuju Pada Ratih Yang Sedang Asik tumpang Kaki Sambil Menonton Tv... "Mba Ratih Saya Mau bicara!" Suaranya Setelah Muntah Darah Masih Sedikit Serak,
Ratih Menoleh Ke Arah Rena Yang Mulai Menghampirinya. "Mba Tahu Benda Ini?" Rena Menunjukan Paku Yang Ada Digenggaman Tangannya.
Ratih Lagi-Lagi Dibuat Kalap Oleh Adiknya, Ia Langsung Menutup Acara Favoritnya Di Tv... Dan Berbicara Serius Menatap Adiknya.
"Iya-Mba Tahu Itu Paku, Memangnya Kenapa?" Ucap Ratih, Nadanya Sedikit Jengkel.
"Mba Lakuin Apa Ke Aku? Mba Tega Yah... Aku Paham Betul Mba, Kalau Mba Dendam Kan Sama Aku?... Mba Takut Rahasia Mba Terbongkar?" Rena Menatap Wajah Ratih Yang Buang Muka, Sudah Tenggorokanya Masih Sakit, Tapi Ia Malam-Malam Tetap Cari Penyakit Berdebat Dengan Kakanya.
"Bukanya Kamu Butuh Pembuktian?." Ucap Ratih Tampa Menoleh Rena, Ratih Buang Muka Sambil Melipat Tangan Dengan Sombong Nya.
Rena Terdiam Menatap Kakanya, Marah Sudah Pasti, Tapi Malam Ini Tubuhnya Benar-Benar Lemas, "Aku Negur Mba, Karena Aku Sayang Sama Mba, Aku Khawatir Dengan Keadaan Mba, Yang Semakin Lama Semakin Jauh Dari Allah." Mata Rena Tidak Berpaling, Ia Menatap Wajah Kakanya Dengan Airmata yang mulai Jatuh Satu Persatu. "Tapi Mba Malah Salah Mengartikan, Aku Kaya Gini Karena Aku Perduli Sama Mba." Rena Menangis, Kedunya Bercakap Di ruang Keluarga, Bu Mirah Tidak Mendengar Karena Sudah Tidur Dengan Sati.
"Jadi Bukan Berati Kamu Harus Ikut Campur Rena, Kamu Ngak Akan Ngerti Gimana Rasanya Jadi Mba. Kamu Ngak Bakalan Kuat! Ngak Bakalan Ngerti." Ratih Masih Kekah Ia Nampak Tidak Mau Berdamai Dengan Keadaan, Lagi Pula Bersekutu Dengan Ki Jambu Arsa Sudah Terlalu Membawanya Jauh, Sampai Ia Lupa Caranya Pulang Dan Kembali Pada Tuhannya. "Terus Kamu Nunjukin Paku-Paku itu Ke Mba Maksud Kamu Apa?" Ratih Mencondongkan Badan, Kali Ini Tatapannya Sinis Menatap Adiknya.
"Mba Kan Yang Lakuin Ini?"
"Kalau Ia Kenapa?... Kalau Ia Mba Yang Buat Itu Ke Mas Akmal Juga Kenapa? Mba Sudah Terlanjur Sakit Ren, Kamu Ngak Tahu Kan Seberapa Lukanya Hati Mba Saat Mas Akmal Selingkuh Sama Arimbi, Dan Mba Baru Aja Melahirkan Sati. Kamu Ngak Bakal Tahu Ren, Kamu Ngak Bakal Ngerti.!" Ratih Beranjak Dari Duduknya. "Dan Satu Hal Lagi Jika Ada Sesuatu yang Terjadi Sama Kamu. Itu Karena Ulah Kamu Sendiri Karena terlalu Ikut Campur Urusan Mba!." Ratih Menunjuk Kewajah Rena. Ia Langsung Berjalan Hendak Ke Kamarnya.
"Mba Jangan Buat Rasa Sakit Mu Jadi Senjata Mba, Harusnya Mba Berserah Diri Sama Allah, Allah Kasih Tunjuk Bukti Perselingkuhan Mas Akmal Yah Itu Karena Allah Baik Sama Mba, Dan ia Menjauhkan Mba Dari Orang-Orang Seperti Mas Akmal, Dari Rasa Sakit Itu Harusnya Mba Belajar Kalau Ngak Semua Ujian Itu menyakitkan, Terkadang Kita Juga Harus Kuat Dan Tabah, Agar kita Selalu Mendekatkan Diri Pada Allah...." tangisan Rena Kembali Tumpah.
"Diam Kamu. Diam!...." Ratih Mengacungkan Jari Tengahnya Pada Rena, Ia Langsung Menutup Pintu Kamarnya. Tatapannya Sinis Seolah Bukan Ratih yang Dulu Yang Selalu Dewasa Dan Lemah Lembut Tutur katanya.
"Jika Memang Umurku Tidak Lama Lagi, Izinkan Aku Menyadarkan Mba Ratih Ya Allah." Rena Menangis Sendirian Didepan Ruang Keluarga.
.
.
Pagi Harinya, Para Anak-Anak Yang Terkena Dampaknya Penyakit Gatal Sedang Berjemur Dihalaman Rumah Mereka Masing-Masing.
"Bu Perih Sekali Lukanya..." Muhtadi Sejak Tiga Hari Yang Lalu, Ia Mengalami Gatal-Gatal, Namun Saat Digaruk Menimbulkan Luka Yang Cukup Serius.
"Yang Sabar Yah Nak." Bu Dasem, Sedih Melihat Keadaan Putranya Yang Semakin Hari Semakin Kurus, Karena Mogok Makan, Semua Bandanya Gatal, Dokter Dari Klinik Sudah Memeriksa Muhtadi, Dan Juga Sudah Diberikan Salep Gatal Namun Tidak Kunjung Sembuh.
Dan Anehnya Penyakit Gatal-Gatal Itu Hanya Dirasakan Oleh Anak-Anak Kecil, "Makanya Kalau Sudah Membaik, Jangan berenang Dikali Lagi." Meskipun Agak Ragu Dengan Penyakit Gatal Anaknya, Tapi Bu Dasem Tetap Berfikir Positif, Kalau Anaknya Muhtadi Awalnya Sering Berendam Dikali.
.
.
Entah Mengapa Setelah Malam Tadi Mendengar Ucapan Rena, Ratih Jadi Kepikiran, Karena Ia Marah Ia Tidak Mampu Mengendalikan Emosinya, Siang Ini Begitu Kacau, Merasa Tertampar Dengan Ucapan Rena, Ratih Jadi Malas Melayani Tamunya.
Padahal Siang Ini Sudah Ada Pengusaha Kaya Yang Datang Jauh-Jauh Dari Sebrang Hanya Ingin Mengenal Ratih, Karena Beberapa Temanya Sudah Ada Yang Pernah Datang Pada Ratih. "Semua Laki-Laki Hanya Penasaran Dengan Tubuh Ku!... Dengan Kecantikan Ku Bukan!... Mereka Hanyalah Penasaran." Ratih Memandang Pantulan Tubuhnya Dari Depan Cermin. Ia Memakai Celana Pendek, Dan Juga Baju Sedikit Terbuka, Gayanya Selalu Memainkan Rokok Ditangan.
Kepala Rumah Bordir Saja Sampai Tidak Beranai Mengusik Ratih, Jika Ratih Tidak Mau Menerima Tamu, Ia Tidak Akan Memaksa Seolah Atasan Saja Tunduk Pada Ratih. Ilmu Yang Diberikan Ki'Jambu Arsa, Memang Banyak Sekali Pengaruhnya Hanya Saja Minusnya Ratih Masih Belum Bisa Mengendalikan Emosi.