Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.
tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BI BAB 26 - Pocong pink.
Aku sedikit bersorak ketika netra ku menangkap cahaya motor dari ujung jalan. Pasti si Edo, pikirku.
Aku memang sengaja menyuruh Edo untuk menjemput ku di jalan yang ini, kampungku punya dua jalan masuk yang satu jalan besar dan satu lagi jalan tikus dan aku menyuruh Edo untuk menjemput ku dari jalan tikus.
Kakiku dengan santai melakukan pergerakan kecil sembari menunggu datangnya motor yang sedang melaju ke arahku.
'kok agak lama, ya?..'
Di tunggu punya tunggu semakin dekat jarakku dengan si motor maka dodolnya semakin lambat pula laju motor yang ku nantikan sampainya tersebut.
'huh gapapa mungkin dia bawa motornya emang agak pelan..'
Namun karena aku yang sejatinya memiliki jiwa bidadari dermawan dengan sabar-sabar cantik menunggu datangnya si motor.
1 detik.
1,2 detik.
"ANJING!" Oke. Batas kesabaranku telah habis sehingga aku dengan wajah garang berlari brutal menghampiri si motor.
Dasar orang kaya! Seenaknya aja! Walaupun aku sedikit mata duitan dan akan luluh apabila di geplak dengan uang, aku tentu saja masih punya batasku sendiri.
Aku tidak suka dipermainkan dan si orang kaya bau kencur itu malah mempermainkan ku dengan sengaja memperlambat laju motornya? Itu sialan namanya.
Dengan tangan mengepal juga pipi menggembung aku berlari mendekat, namun.. oke, netraku yang mendapati fenomena ajaib bin creepy di depan secara otomatis membuat tungkai ku berbelok arah.
Degh..
'sial..'
Sembari berlari dengan tujuan yang sudah berbeda mulutku misuh-misuh. Apa-apaan itu?!!! Keringat sebesar biji jagung jatuh dari dahiku.
'sial sial sial sial sial'
Akhir-akhir ini aku memang sering melihat begituan namun tetap saja aku tidak terbiasa woyyy!!
Pocong bonceng tiga menunggangi motor matic pink? Apa-apaan?!!
...(( komentator W : WAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAAA,, pocong bonceng tiga matic pink?? AHAHAHAHA!!- ))...
Aku terus berlari di tengah jalan yang rimbun juga gelap, sembari berusaha mengatur nafas aku menoleh sedikit kebelakang.
'WOYY?!!!'
Semakin edan lagi tungkai ku berayun ketika tiga poci seperti lemper pisang itu mengejar ku dengan motor matic pink-nya.
"Mau kemana neng? Ngapain malem-malem sendirian disini, ihihii~"
Pocong tersebut sudah berada tepat disampingku, ia melayang bersama kedua pocong lainnya.
Satu di kiri, satu di kanan, dan satunya lagi diatas ku. Mereka mengelilingiku.
"Pait pait paitt.." aku bergumam panik sampai cahaya didepanku membuat lari ku yang belangsakan terhenti.
"Lo dimana aja? Gue cariin dari tadi," itu orang yang ku tunggu-tunggu versi bukan poci nya, Edo dengan ninja hitam mengkilap mehong nya.
Nasip baik.
Aku membuang nafas panjang lalu tubuh ku langsung luruh ke tanah. Lemes njir. "Shh, bokong.." aku meringis ketika aku dengan tololnya melupakan lebam di bokongku yang pasti semakin perih ketika aku dengan santai nya menghantamkan bokong tersebut ke tanah.
Edo menatapku bingung lalu dengan santai pula ia meng-klakson diriku yang suara klakson tersebut membuat kotoran di telingaku seakan melompat keluar.
Kutatap tajam Edo lalu dengan gerakan slow mo aku bangkit. Kejam sekali si panjul didepanku ini. "Ayo." ujarku sembari berusaha naik ke motor ninja pemuda bersetelan gaul tersebut.
Ku tepuk bahu Edo agar ia cepat menjalankan motor mehong nya dan setelah itu kami mulai menikmati perjalanan di temani sepi.
Pemuda yang sedang membonceng ku tidak mengajakku mengobrol karena ia tidak perlu, tadi siang yang membuatnya sudi mengajakku ngobrol setelah dua setengah tahun saling menganggap angin itu juga karena ia memerlukan bantuan dari keimutanku ini agar aku bisa meluluhkan mbak Nimas untuk membuka mulut.
Katanya sih begitu.
Edo sombong, kasian orang tuanya karena memiliki anak yang tidak rendah hati seperti itu.
Oke, sepertinya Kaunnie butuh kaca.