NovelToon NovelToon
ELEA (Tak Pantaskah Aku Dicintai?)

ELEA (Tak Pantaskah Aku Dicintai?)

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Tunangan Sejak Bayi / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Idola sekolah / Gadis nakal
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Dunia Elea jungkir-balik di saat dirinya tahu, ia adalah anak yang diculik. Menemukan keluarga aslinya yang bukan orang sembarangan, tidak mudah untuk Elea beradaptasi. Meskipun ia adalah darah keturunan dari Baskara, Elea harus membuktikan diri jika ia pantas menjadi bagian dari Baskara. Lantas bagaimana jika Elea merasa tempat itu terlalu tinggi untuk ia raih, terlalu terjal untuk ia daki.

"Lo cuma punya darah Baskara doang tapi, gue yang layak jadi bagian dari Baskara," ujar Rania lantang.

Senyum sinis terbit di bibir Elea. "Ya, udah ambil aja. Tapi, jangan nangis jika gue bakalan rebut cowo yang lo suka."

🌼🌼🌼

"Gue jadi milik lo? Cewe bego kek lo? Lo dan Rania nggak bisa disamain," cibir Saka dengan tatapan merendahkan.

Elea tersenyum kecut. "Ah, gitu kah? Kita bisa liat apakah pandangan lo akan berubah terhadap gue dan Rania, Saka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23| Seperti Robot

Saka melotot mendengar perkataan sang ayah, sementara Elea tidak menampilkan reaksi apapun. Saka mengerang frustrasi, siapa yang menyangka jika mengantar gadis satu ini ke rumah. Malah membuat Saka harus menemani Elea bermain di luar, atensi Saka kembali di bawa ke arah sang ayah.

"Yang benar aja, Pa! Saka dan Elea bukan anak kecil lagi," tolak Saka, menyuarakan ketidaksukaannya pada keputusan sang ayah.

Alis mata tebal Jonas ditarik tinggi ke atas. "Apakah putraku ini mulai sulit untuk mengartikan kata papanya ini, yang Papa maksud di sini adalah kencan. Bukankah wajar remaja di usia kalian ini pergi keluar untuk berkencan," jawab Jonas kelewat santai.

"Pa!" Saka nyaris berteriak mendengar penjelasan sang ayah.

Elea melirik Saka dan Jonas bergilir, ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang tegah di bahas oleh keduanya.

"Nggak usah, Om! Lagian keknya Saka keberatan. Elea di antarin balik aja," sela Elea lebih dahulu.

Jonas mengeleng. "Eh, nggak. Mana mungkin Saka berkeberatan, Saka udah lama banget nggak keluar rumah."

Tampaknya suara Saka sama sekali tidak didengar, Jonas melangkah mendekati Saka. Berdiri sangat dekat dengan sang putra, ia mendelik kecil.

"Berkencanlah dengan Elea hari ini, jika kamu nggak mau sampai  pria tua itu menghukummu," bisik Jonas pelan sekali.

Kaki pria paruh baya itu mundur selangkah ke belakang, ia menoleh ke arah Elea. Tidak lupa menampilkan senyum lembut.

"Nah, ayo pergi sekarang. Sebelum kesorean." Jonas lagi-lagi mendorong-dorong bahu Saka untuk segera beranjak dari ruang tamu.

Elea dapat mendengar Saka menggerutu kecil, pemuda jangkung itu melewati Elea begitu saja.

"Kalo gitu, Elea pamit ya, Om." Elea membalikkan tubuhnya melangkah mengikuti Saka dari arah belakang.

Langkah kaki Saka berhenti mendadak, hampir saja Elea menabrak punggung belakangnya. Saka memasang ekspresi kesal, terlihat jelas kerutan di alis matanya di saat ia berbalik berhadapan dengan Elea.

"Kalo lo nggak mau, turunin aja gue di persimpangan," kata Elea di saat manik matanya beradu dengan netra Saka.

Saka sontak saja mendengus. "Lo pikir dengan kayak gitu, mereka nggak tau?"

Kedua sisi bahu Elea terangkat dan diturunkan. "Ya, masa bodo. Yang penting gue udah kasih saran buat lo."

Saka menghela napas kasar, mengigit bibirnya. Bagaimana cara menghadapi gadis di depannya ini, jika gadis satu ini normal. Sudah pasti ia terluka dengan sikap yang ditunjukkan oleh Saka padanya tapi, Elea seakan tidak peduli dengan bagaimana Saka memperlakukan dirinya.

"Lo jelas-jelas nggak ada rasa sama gue," ucap Saka menatap lurus ke arah mata Elea.

"Yap, nggak ada," jawab Elea santai.

"Ugh..., gila. Gue bisa gila beneran kalo berhadapan terus sama lo. Coba deh mikir, lo itu seorang Baskara. Lelaki mana yang nggak bisa lo miliki, lebih dari gue pun bisa lo dapatin. Ketimbang lo ngehabisin waktu sama gue, kenapa nggak cari cowok lain uang bisa mencintai lo," ujar Saka, wajahnya mulai memerah.

Kewalahan menghadapi Elea yang terlalu dingin dan tidak peduli pada apapun, gadis ini seperti robot yang tidak memiliki emosi dalam dirinya.

"Kenapa gue harus kayak gitu?"

"Lo kayak robot, Elea. Nggak punya ekspresi, dan nggak punya emosi. Gue nggak tau harus kasian liat lo atau ah...." Saka bahkan kehabisan kata-kata.

Elea tercekat, apalagi di saat Saka merogoh saku celananya. Menekan ikon kamera, memotret Elea begitu saja. Hasil dari potretan di perlihatkan ke arah Elea, ekspresi datarnya tampak jelas.

Manik mata Elea bergerak acak, ekspresi seperti apa yang harus diperlihatkan oleh Elea.

"Lo udah liat, setiap saat lo cuma ngeliatin ekspresi seperti ini. Dan lo mau gue seumur hidup berhadapan sama cewek kayak robot macam lo ini," sambung Saka mengalun.

Elea menghela napas berat, membuang muka sembarang arah. Lidahnya mendadak kelu, kedua telapak tangan Elea mengepal erat.

Ditariknya napas perlahan dan diembuskan dengan kasar melalui mulut, Elea kembali menoleh ke arah Saka. Kedua sisi bibir ditarik tinggi ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Jangan tersenyum kayak gitu, lo malah nakutin. Senyum palsu lo nyeramin," tegur Saka.

Perlahan senyum Elea luntur. "Hah, gue capek. Lo nggak perlu ngajak gue jalan-jalan, gue balik dulu."

Elea dengan cepat mengayunkan kedua tungkai kakinya meninggalkan teras rumah Saka terburu-buru, dari arah belakang Jonas menghampiri Saka. Menepuk keras bahu Saka membuat tuan muda Buming itu meringis kecil.

"Kamu ini ya, benar-benar bikin Papa kecewa," kata Jonas, "kamu nggak liat gimana susahnya dia buat tetap bertahan hidup, sudah pasti ada alasan kenapa dia kayak gitu. Dia itu diculik selama 11 tahun Saka, entah seberapa banyak kesulitan hidup yang dia lewati. Tapi, kamu malah menjudge dia cuma karena ekspresi wajahnya yang kayak gitu."

Saka melirik sang ayah sebelum atensinya di bawa ke arah punggung belakang Elea yang semakin menjauh, di depan sana terlihat sang supir bergerak sigap membuka pintu mobil bagian belakang.

...***...

"Elea!" seru Isyana di saat ia baru menginjak lantai ruang tamu rumahnya.

Kepala Elea yang tertunduk terangkat perlahan, Isyana kembali mengayunkan langkah kakinya mendekati sofa ruang tamu. Duduk di samping Elea, gadis satu ini tidak mengirimkan dirinya pesan. Bahwasanya akan datang ke rumah Isyana, tiba-tiba saja datang begitu saja.

"Lo sibuk?" tanya Elea melirik intens wajah Isyana.

Kepala Isyana mengeleng. "Nggak, emangnya kenapa?"

"Mau main keluar," tawar Elea yang langsung mendapatkan anggukan dari Isyana dengan senyuman lepas.

"Wait! Lo harus tungguin gue tukar baju. Ayo, naik ke lantai dua. Ke kamar gue!"

Isyana begitu antusias menarik tangan Elea untuk segera bangkit dari posisi duduknya, mau tak mau Elea ikut bangkit. Manik mata Elea memperhatikan ekspresi Isyana dengan saksama selama keduanya menuju anak tangga, ekspresi Isyana terlihat begitu hidup.

Merasa diperhatikan Isyana menoleh ke samping, dahinya berkerut.

"Kenapa? Apakah ada yang menempel di wajah gue, El?" Isyana bertanya, telapak tangan kanannya menyentuh permukaan wajahnya.

"Bukan kayak gitu, gue cuma ngerasa lo keliatan apa adanya."

"Heh? Maksudnya lo apaan nih? Lagi muji gue apa gimana." Isyana dan Elea berhenti tepat di pintu masuk kamar Isyana.

Elea menatap wajah Isyana lama sekali, sejak kapan Elea kehilangan cara mengekspresikan perasaannya. Elea tidak ingat kapan ia pernah tersenyum lepas, kapan dirinya tertawa tanpa beban, rasanya sedari ia diculik ia telah banyak kehilangan cara mengekspresikan perasaannya.

Bagi Elea terlihat datar merupakan cara agar tidak satu pun bisa menyakiti dirinya, tidak tersenyum karena wanita itu tidak suka melihat Elea tersenyum.

"Hei! Lo kok malah diam kek gini. Gue jadi takut tau," tegur Isyana.

Elea mengeleng. "Apakah gue kalo senyum kayak gini nyeramin, ya?" Elea menarik kedua sisi bibir ke atas.

Senyum kaku, Isyana semakin mengerutkan dahinya. "Bukannya nyeremin sih, El. Cuma kayak terlalu dipaksakan," jawab Isyana jujur, "eh, tapi kenapa mendadak lo bertanya yang aneh kayak gini?"

"Kata Saka, gue ini kayak robot. Nggak punya emosi," balas Elea, sebelum kepalanya tertunduk.

Bersambung....

1
kalea rizuky
ngapain ngarep si bloon mending ma david
kalea rizuky
rania jalang di suka tolol dia cm anak angkat
kalea rizuky
lanjut donk
Anonymous
seru thor...smangat up y...elea ga boleh bucin ma saka...boleh sayang ma david aja.../Grin/
Yuliana langoy Yuliana
di tunggu kelanjutannya
Anonymous
ngapain elea ngarep saka...mending ma david...
Anonymous
fight girl/Scream/
Anonymous
goo eleaaa/Smile/
Anonymous
sippp nih elea ga kaleng2...
Anonymous
maaf thor...aq baru nemu novelmu...be strong elea...
Moreno
Thor, bisa tiap hari gak updatenya? Habisnya seru bangeettt 😆
Dhanvi Hrieya: author usahain up tiap hari ya kakak🫰🏻🫰🏻☺️
total 1 replies
I Rafli
lanjut toor
Ati Rohayati
mantap cerita nya ngga bertele tele ,ditunggu lanjutan nya thor bikin saka sama c zionis mati kutu
Dhanvi Hrieya: menyesal ya kan, kak😆
btw, makasih udah mampir kakak🙏🏻☺️
total 1 replies
Suryani Tohir
💪
Dhanvi Hrieya: makasih kakak atas rate bintangnya🙏🏻❤️
total 1 replies
Suryani Tohir
lanjut
Dhanvi Hrieya: mohon ditunggu kakak^^
total 1 replies
Moreno
Seru banget! Ditunggu kelanjutannya ya Thor
Dhanvi Hrieya: siap, kak. Mohon ditunggu ya, kakak. dan Makasih udah mau mampir🙏🏻☺️
total 1 replies
I Rafli
Hae kk aku mampir,,,
semangat 💪💪💪
Dhanvi Hrieya: makasih udah mampir kakak💪🏻💪🏻😚
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!