Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manfaatkan Waktu Selama Bersamanya
Alea masih melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia harus lebih memprioritaskan keselamatannya karena bukan hanya nyawa dia yang akan jadi korban jika dia mengalami kecelakaan. Pastinya ada calon anaknya yang harus dia jaga.
Suara klakson membuat Alea sedikit tertegun, dia melirik ke arah kaca spion dan melihat sebuah mobil yang mengikutinya. Alea tidak terlalu ingin menghiraukan itu. Sampai mobil itu terus memepet Alea ke pinggir jalan, dan akhirnya Alea menghentikan motornya sebelum ada sebuah kecelakaan.
Alea membuka helm, menatap mobil hitam ini. Dia merasa tidak asing dengan mobil hitam ini. Sampai melihat kaca jendela terbuka, Alea langsung terdiam. Dia mengingat siapa pria yang ada di dalam mobil itu.
"Masuk, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!"
"Jika itu tentang suamiku, aku tidak akan mencegah apapun yang kalian rencanakan. Aku juga sudah lelah, aku akan meninggalkannya dalam beberapa bulan lagi. Jadi, Tuan tidak perlu menggangguku lagi"
Pria di dalam mobil sedikit mengangkat alisnya, cukup tertegun dengan ucapan Alea yang begitu berani padanya.
"Tuan lakukan saja apapun rencana Tuan, karena aku tidak akan menghalangi apapun lagi. Jadi stop menggangguku!"
Alea kembali memakai helmnya, naik ke atas motor dan segera melajukannya. Bukan dia tidak takut dengan pria bertato itu. Tapi, Alea harus memberanikan diri jika tidak ingin terjebak dengan pria mengerikan itu.
"Sial, dia mengerikan sekali. Tatapan matanya sudah membuatku merinding"
Alea sampai di tempat kerja, sedikit terengah-engah karena dia terkejut bisa bertemu kembali dengan pria tadi. Meski menunjukan keberanian dengan mengatakan hal itu padanya, tapi Alea tetap takut. Dia juga sebenarnya hanya perempuan biasa yang tidak bisa bela diri, hanya sering saja menunjukan jika dia berani, agar orang lain tidak menganggapnya lemah.
"Alea, kamu kenapa?" tanya Vina yang juga baru sampai dan memarkirkan motornya disamping motor Alea.
Alea menoleh dan menatap Vina dengan menghela napas pelan. "Gak papa, tadi tidak sengaja bertemu anjing galak dan hampir mengejarku"
"Ah begitu, hati-hati. Tapi anjing galak dimana? Memangnya di jalan yang kamu lewati ada yang punya anjing galak ya?"
Alea menggeleng pelan dengan mengangkat bahunya acuh tak acuh. Mereka masuk ke dalam tempat kerja, dan memulai pekerjaan hari ini.
*
Rean sedang sibuk berkutat dengan beberapa berkas dan layar laptop yang menyala sejak tadi. Sudah menghadiri beberapa rapat dan sekarang tinggal mengerjakan sisa berkas yang belum dia periksa.
Saat dia masih begitu sibuk dan fokus, pintu ruangannya diketuk dan langsung masuk seseorang. Rean mendongak dan melihat sepupunya masuk.
"Tumben sekali kau datang kesini?"
Arian duduk di sofa, menatap sekelilingnya yang sebenarnya ruangan ini hampir sama luasnya dengan Perusahaan yang dia pimpin, meski itu Perusahaan cabang di bawah Perusahaan yang Rean pimpin saat ini.
"Aku datang untuk memberikan laporan akhir bulan, dan proyek yang sedang di kerjakan oleh Athan di Luar Negara, sudah berjalan 70% sekarang"
Rean membuka kacamata bacanya, menyimpannya di atas meja. Lalu dia berjalan ke arah Arian, ikut duduk di sofa.
"Setelah proyek itu rampung, Athan bilang akan pulang" ucap Arian.
Tangan Rean mengepal di sisi tubuhnya, keningnya sedikit mengernyit dengan tatapan mata yang menajam. "Untuk apa dia pulang? Bukankah dia harus menyelesaikan kuliahnya?"
"Mungkin hanya liburan akhir tahun, dia ingin pulang. Tapi, ada apa dengan wajahmu, Kak? Apa kau takut Athan akan merebut istrimu?"
Rean terdiam, tidak langsung menjawab karena tiba-tiba dia merasa ragu untuk menjawabnya. "Ti-tidak, memang seharusnya dia yang menikahinya, bukan aku. Jadi, sudah seharusnya aku terlepas dari pernikahan paksa ini"
Arian tersenyum tipis, menatap Kakak sepupunya dengan lekat. Arian berdiri setelah menyimpan berkas di atas meja. Berjalan mendekat ke arah pada Rean dan menepuk bahunya pelan.
"Kak, cinta bisa datang kapan saja. Tapi mungkin tidak sesuai denga cerita yang kita inginkan. Skenario kehidupan sudah ada yang mengatur"
Rean hanya diam, menatap punggung Arian yang pergi keluar dari ruangannya. Rean menghembuskan napas kasar, menyandarkan kepalanya di sofa. Sekarang bukan hanya perasaannya yang kacau, tapi pikirannya pun mulai kacau.
Apa yang sebenarnya dia inginkan? Benarkah perpisahan dengan Alea yang dia inginkan? Atau dia hanya masih terbelenggu dengan rasa terpaksa akan pernikahan ini?
*
Alea berjalan keluar dari tempat kerjanya, tapi dia terdiam saat melihat sebuah mobil yang berhenti di depan tempat kerjanya. Alea masih mengingat mobil itu. Dia ingin melarikan diri, tapi seorang pria berpakaian serba hitam sudah terlanjur melihatnya.
"Maaf Nona, Tuan saya ingin bertemu dengan anda. Jadi, tolong temui dulu Tuan saya"
Alea menghembuskan napas kasar. Sial, dia kembali terjebak dengan pria mengerikan ini. Karena tidak berani juga melawan pria bertubuh kekar itu, Alea mengikutinya saja untuk masuk ke dalam mobil. Pria bertato itu tampak tenang, namun tatapan matanya masih setajam pedang.
"Aku tidak akan banyak berbasa-basi, jika kau tidak ingin terlibat, kau tinggalkan Rean dan biarkan Riska masuk ke dalamnya menjadi istrinya. Atau kau mungkin akan celaka, bukankah kau ingin mempertahankan bayimu?"
Alea terdiam dengan ketakutan, dia sudah benar-benar tidak bisa menghindar lagi dari rasa takutnya. Apalagi ketika pria itu membahas tentang anaknya juga. Alea tidak mau jika anaknya akan kenapa-napa, Alea ingin dia menjadi Ibu yang menjaga anaknya.
"Mau Tuan apa?"
"Jika kau dan bayimu ingin selamat, pergi tinggalkan dia"
*
Rean menatap istrinya yang baru pulang di hari yang hampir malam. Biasanya ketika dia pulang, maka Alea sudah berada di rumah. Tapi kali ini, Alea malah belum pulang.
"Kau pergi kemana?" tanya Rean dingin.
"Terlambat pulang, ban motor tiba-tiba pecah dan aku harus ke bengkel dulu"
Rean menghela napas, dia meraih tangan Alea dengan tiba-tiba. Membuat Alea cukup gugup dengan itu.
"Besok tidak perlu bekerja lagi, memangnya kau butuh uang berapa? Aku berikan, kau harus menjaga diri dan juga kandunganmu. Memangnya kau bisa menjamin semuanya akan baik-baik saja, sementara ada bayi dalam perut kamu. Dan itu adalah keturunan Demitri, Ibu akan memarahiku jika tahu membiarkanmu bekerja"
Alea menatap mata Rean, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Ada sebuah hal yang belum bisa dia sampaikan. Perjanjian yang mungkin akan merugikan, tapi Alea akan melakukannya.
"Tidak papa, aku baik-baik saja"
"Tidak! Mulai besok kau harus mengundurkan diri dari pekerjaanmu" tegas Rean.
Alea ingin membantah, tapi suaminya sudah keburu pergi meninggalkannya. Membuat Alea hanya diam saja, dan pastinya dia hanya perlu menuruti keinginannya saja.
"Manfaatkan waktumu sebaik-baiknya bersama dia, Alea"
Bersambung
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....