Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 26
"Kau sudah pulang?"
"Mah! Nasya kemana, Mah?" bukan menjawab pertanyaan ibunya, Zayn justru balik memberikan pertanyaan.
"Loh... Bukannya di kantor sama kamu? Kok tanya Mama? Harusnya Mama yang tanya, mana istrimu?" ibu Zubaidah berpura-pura tidak tahu sesuai keinginan Nasya untuk tidak memberitahukan pada Zayn.
Ibu Zubaidah juga sempat panik saat Nasya mengirimkan pesan itu, bahkan menelfonnya berkali-kali juga ponsel Nasya sudah tidak aktif lagi. Setelah berfikir sejenak, ibu Zubaidah akhirnya membiarkan Nasya untuk sedikit memberinya ruang.
"Kalian ini ada masalah apa sebenarnya?" sambung ibu Zubaidah.
Sedangkan Zayn menyandarkan dirinya di sofa sembari memijat pangkal hidungnya karena dia sedikit merasa pening.
"Entahlah, Ma. Zayn juga sedang bingung dengan semua ini." balas Zayn masih tak mau jujur karena dirinya sudah kembali bertengkar dengan Nasya.
"Cari istrimu sampai ketemu! Jangan pulang sebelum kau berhasil membawanya kembali!" tegas Ibu Zubaidah kemudian bangkit meninggalkan putranya masuk ke dalam kamar.
Namun, Zayn yang mendengar itu sedikit kesal. Dia mengira Nasya pulang ke rumah, nyatanya justru tidak pulang hingga membuat dirinya yang kerepotan sendiri. Zayn akhirnya bangkit menaiki tangga untuk membersihkan diri lebih dulu agar sedikit hilang rasa lelah yang dia rasakan. Setelah itu dia akan pergi mencari Nasya.
~~
Nasya yang sedang di cari, ternyata sekarang posisinya ada di sebuah rumah. Dia duduk termenung di rumah orang tuanya menatap bingkai foto dirinya saat masih berusia 17 tahun bersama Ayah dan Ibunya. Mereka seakan tertawa lepas di dalam foto itu.
"Mah... Nasya nggak tahu harus bagaimana sekarang. Yang Nasya ingin, Nasya ingin sekali menyusul Papa dan Mama di sana. Nasya kesepian, Mah-Pah..." dengan isak tangis Nasya bicara sendiri di kamar orang tuanya.
Tok...Tok...Tok...
"Nasyaaa....!!"
Baru saja berbaring di atas kasur orang tuanya, ada suara mengetuk pintu rumahnya. Kening wanita berhijab itu mengerut, dia merasa tidak memberi tahu siapa pun untuk tinggal di sana malam ini. Tapi kenapa ada seseorang yang datang?
Tok...Tok...Tok...
"Nasyaaa...!!"
Wanita itu akhirnya bangkit dan keluar dari kamar, dia berjalan menghampiri pintu. Dia membuka korden jendela untuk memastikan siapa yang datang. Ternyata dugaannya benar, suaminya datang mencari dirinya. Dengan wajah terkejut, Nasya berbalik bersandar pada pintu.
"Kak Zayn, dia tahu dari siapa aku di sini?" gumamnya lirih.
Tok...Tok...Tok...
"Nasyaaa... Aku tahu kau ada di dalam...! Aku mohon keluar lah!" teriaknya lagi terus menggedor pintu rumah Nasya.
Nasya yang tak ingin tetangga berdatangan menghampiri rumahnya pun pasrah. Dengan mengucap bismillah, Nasya menarik nafas dalam lalu membuka pintu dengan perlahan.
Ceklek....
Nasya menunduk tak berani menatap suaminya setelah pintu terbuka. Sedangkan Zayn menatap sang istri dengan tatapan penyesalan.
"Assalamualaikum..." ucap Zayn berusaha meredam emosinya.
Nasya masih diam, dia meremas kedua tangannya menunduk tak berani mengeluarkan suaranya.
"Assalamualaikum, Nasya Fahriza Putri..." sambungnya lagi lebih lengkap dengan nama istrinya.
"Waalaikumsalam..." sahutnya nyaris tak terdengar.
Zayn tersenyum tipis mendengar suara Nasya, dia melangkah maju satu langkah dan menangkup dua pipi istrinya dengan lembut.
Cup
Zayn mencium kening Nasya sedikit intens, setelah itu Zayn memeluknya dengan erat. Dia membawa kepala Nasya tenggelam di dadanya.
"Hiks...Hiks...Hiks..." tangis Nasya pecah di pelukan suaminya.
Zayn yang mendengar tangisannya mengusap kepala dan punggung istrinya dengan sangat lembut. Ada rasa bersalah dan penyesalan di hati Zayn.
"Maafkan aku... Aku berjanji akan membuka hatiku untuk mu. Beri aku waktu." ujarnya masih memeluk istrinya. "Kau sudah makan?" lanjut Zayn bertanya.
Nasya melepas pelukannya dan menghapus air matanya pelan lalu menggeleng sebagai jawaban.
"Baiklah, mau makan malam berdua dengan ku?"
Nasya tak menjawab, dia masih menunduk di hadapan suaminya. Dan akhirnya Zayn kembali mengeluarkan suaranya.
"Kemasi barang mu, ayo kita makan. Aku juga belum sempat makan sejak siang tadi." ucapnya lagi.
Nasya akhirnya mengangguk dan melangkah menuju kamarnya untuk mengambil tas dan ponselnya. Dia juga tak lupa menutup semua pintu kamar juga pintu rumah dan mematikan lampu. Setelah itu Zayn menggandeng tangan istrinya untuk masuk ke dalam mobil tak membiarkan membuka pintu sendiri.
.
.
Satu jam sudah keduanya selesai makan malam di restoran ternama langganan Zayn jika ada pertemuan dengan rekan kerjanya. Kini Zayn mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang untuk membawa Nasya pulang ke rumah.
Tiga puluh menit dalam perjalanan, mobil Zayn akhirnya memasuki halaman. Dia keluar menuruni mobil dan berlari memutari mobil segera membukakan pintu untuk Nasya. Wanita itu keluar di sambut senyuman oleh Zayn.
"Silahkan, Tuan putri..." ujarnya membuat Nasya tersipu.
Meski banyak rayuan dan banyak sikap Zayn yang berusaha membuatnya tersenyum, Nasya masih berusaha untuk tidak berharap lebih. Dia takut akan kembali kecewa jika Zayn tiba-tiba berubah lagi.
"Assalamualaikum..." ucap keduanya membuat ibu Zubaidah yang berada di ruang keluarga menoleh kemudian berdiri.
"Waalaikumsalam... MasyaAllah Nasya. Sayang, kau kemana saja Nak? Mama khawatir kau kenapa-napa..." ujarnya kemudian memeluk Nasya dengan erat dan di balas oleh istri dari Zayn itu.
"Nasya nggak kemana-mana, Mah. Nasya cuma ke rumah Papa sebentar. Nasya rindu sama mereka."
Mendengar jawaban menantunya, mata ibu Zubaidah nampak berkaca-kaca. Lalu dia menatap putranya dengan tatapan kemarahan.
"Lihat itu, Zayn! Dia sudah tidak mempunyai siapa pun. Dia hanya memiliki kita, jika Mama mendengar lagi kau membuatnya pergi? Mama tidak akan pernah memaafkan mu!" tegas dan penuh penekanan ibu Zubaidah mengatakan itu pada Zayn.
"Iya, Ma. Zayn akan memperbaiki semuanya." sahutnya.
"Ya sudah, sekarang bawa istrimu ke kamar. Dia pasti lelah." perintah ibu Zubaidah. "Sayang, kau istirahat ya Nak? Besok masih ingin bekerja, atau mau di rumah saja menemani Mama?" lanjut ibu Zubaidah bertanya pada Nasya.
"Insyaallah Nasya masih mau kerja, Mah." sahutnya lembut dan memberikan senyuman di akhir kata.
"Baiklah kalau begitu. Buruan Zayn, bawa istrimu ke kamar!"
Zayn mengangguk lalu mengajak Nasya. "Ayo, ini sudah malam. Agar besok tidak kesiangan." ujar Zayn.
"Nasya istirahat dulu ya, Ma. Selamat malam..."
"Ya, selamat malam sayang..." balas ibu Zubaidah mengusap pipi menantunya dengan lembut dan Nasya melangkah bersama Zayn menaiki tangga menuju kamar mereka berdua.
...****************...