Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
Buliran air mata menetes membasahi pipi Helena. Wanita itu masih belum sadar. Tapi sejak tadi air mata terus menetes hingga membasahi bantal yang dia tiduri. Jason memandang Helena dan mengusap tangannya. Pria itu menunduk karena tidak tahu harus bagaimana sekarang.
"Apa yang harus aku lakukan agar kau kembali bahagia, Helena? Aku merindukan senyum manismu."
Jason beranjak dari duduknya. Dia merapikan lagi selimut di atas tubuh Helena. Memastikan wanita itu tidak kedinginan. Jason keluar meninggalkan Helena sendirian di ruangan rumah sakit itu setelahnya. Jason panik saat Helena pingsan. Bersama dengan Ben mereka membawanya ke rumah sakit terdekat. Menggunakan helikopter.
Di depan ruangan, Ben menatap Jason dengan wajah bingung. Pria tangguh itu kembali bersedih. Disebabkan oleh orang yang sama. Helena.
"Tuan, anda menangis karena Nona Helena? Anda sedih melihat keadaannya yang sekarang?" Ben ingin sekali menyadarkan Jason. Tapi sulit.
"Aku merelakannya bersama Aberzio agar bisa melihatnya bahagia. Tapi kenapa sekarang Helena harus menangis? Dia begitu menderita. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Ben mengatur napasnya. Dia juga tidak tahu harus bicara apa. Dari kejauhan, seorang pria berlari cepat menghampiri Jason dan Ben. Ada luka di lengan pria itu. Ben mengangkat senjatanya saat mulai menyadari ada sesuatu yang janggal di sana.
"Anak buah Robert ada di rumah sakit ini, Bos," ungkap pria itu kepada Ben.
Jason mengepal kuat tangannya. "Urus mereka. Aku akan masuk dan membawa Helena pergi."
Ben mengangguk. Pria itu segera pergi menuju ke arah tangga. Dia harus mencegah agar Robert dan Helena tidak sampai bertemu.
Jason segera menyingkirkan selimut Helena. Menggendong tubuh wanita itu. Membawanya pergi dari ruangan tersebut. Dia tidak boleh sampai terlambat.
Di ujung lorong, Ben dan anak buahnya yang lain sibuk menghalangi anak buah Robert yang menerobos masuk.
Jason berhasil bergabung dengan pasien dan petugas rumah sakit yang ingin kabur setelah melihat kekacauan di sana. Suara sirine polisi juga terdengar dengan jelas. Bisa dipastikan setelah ini keadaan akan kembali aman. Robert tidak akan pernah mau berurusan dengan polisi.
Jason meletakkan tubuh Helena di dalam mobil dengan sangat hati-hati. Mengambil sebuah kertas dan membawa sebuah alamat di sana. "Aku harus bersembunyi untuk sementara waktu. Setelah Helena benar-benar pulih aku akan menyerahkannya kepada Strike lagi. Pria itu juga menghilang. Apa dia berhasil membunuh Clara?"
***
Jason membawa Helena ke sebuah rumah sederhana di tengah hutan. Dia mendapatkan rumah itu dari rekan bisnisnya. Jason yakin tempat terpencil itu tidak akan mungkin terlacak oleh anak buah Robert.
Saat ini anak buah Clara tidak akan mungkin melakukan tindakan apapun karena Clara juga menghilang tanpa kabar. Tidak tahu wanita itu masih hidup atau tidak. Ben juga berusaha memancing anak buah Robert agar segera meninggalkan Meksiko. Mereka semua harus bekerja sama agar musuh tidak mengetahui keberadaan Helena.
Pagi harinya Helena kembali sadar. Dia membuka matanya perlahan dengan kepala yang terasa pusing. Mual dan ingin muntah juga. Tapi Helena masih sanggup menahannya.
Helena menatap tajam ke arah Jason. Wanita itu segera duduk dengan wajah yang masih pucat. Dia mengambil segelas air putih yang ada di nakas dan meneguknya.
"Apa kau tahu kalau kau hamil, Helena?"
Helena hanya diam saja. Dia meletakkan gelas yang sudah kosong kembali ke nakas. Jason mengepal kuat tangannya. "Jawab aku Helena."
"Apa sekarang aku hamil? Dokter bilang aku hamil?" Helena menurunkan kakinya ke lantai. Saat ingin berdiri, Jason memegang pundaknya dan memaksanya kembali duduk.
"Lalu, apa yang sudah kau lakukan? Kau sudah mengetahuinya tapi merahasiakannya?"
"Selama Aberzio belum ditemukan, aku tidak akan pernah bisa bahagia," jawab Helena dengan suara lemah.
"Anak itu anakmu, Helena."
Helena memandang wajah Jason. "Aku tahu. Tapi Aberzio yang paling menginginkannya."
"Kalau begitu, anak itu jadi milikku sekarang. Jaga dia dengan baik. Aku akan mengambilnya darimu jika kau tidak menginginkannya."
"Aku pusing. Aku ingin keluar sebentar. Kita ada di mana?" Helena segera pergi meninggalkan kamar tersebut. Jason kembali duduk dengan wajah tidak bersahabat. Pria itu berusaha tetap sabar menghadapi Helena yang begitu keras kepala.
Helena menahan langkah kakinya. Ternyata rumah itu sangat sempit. Hanya ada satu kamar. Dari depan pintu kamar bisa terlihat jelas dimana dapur dimana ruang tamu. Bahkan pintu masuknya juga hanya berjarak beberapa meter saja dengan kamar tidur.
Helena merasa mual. Kali ini dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Helena berlari ke kamar mandi dan dia berusaha mengeluarkan sesuatu yang begitu menyiksa di dalam perutnya.
Air yang baru saja diteguk Helena kini keluar semua. Bahkan wanita itu merasa sakit yang begitu luar biasa. Lemas. Helena belum ada makan juga. Tapi dia juga tidak berselera untuk makan.
Jason muncul di kamar mandi. Dia segera menggendong tubuh Helena. "Kau begitu keras kepala, Helena. Aku sudah bilang jangan bergerak. Tetap di tempat tidur."
"Kita ada dimana?" Helena mengalungkan kedua tangannya di leher Jason.
"Di tengah hutan. Tidak ada listrik ataupun jaringan di sini. Jadi, jangan terlalu manja," sahut Jason tanpa memandang.
"Duduk di sini. Aku akan membawakan obat yang diresepkan dokter." Setelah meletakkan Helena di sofa, Jason segera melangkah ke kamar. Dia ingin mengambil vitamin dan segala jenis obat yang sudah diresepkan untuk Helena. Tidak lupa dengan sepiring sarapan agar perut Helena ada isinya.
"Makanlah." Jason duduk di dekat Helena dan menyerahkan piring berisi sarapan. Helena menerimanya. Sebenarnya dia tidak selera makan. Tapi apa menolak bisa menyelesaikan masalah?
Helena memasukkan makanan di piring ke dalam mulut. Mengunyahnya perlahan sebelum menahan rasa mual yang membuatnya ingin muntah.
"Kau tidak suka?" Jason merebut piring di tangan Helena agar makanannya tidak tumpah.
"Bukan seperti itu. Aku-" Helena tidak bisa menahan diri lagi. Dia berlari ke wastafel yang ada di dekat meja makan. Wanita itu memuntahkan sesuap makanan yang baru saja masuk ke dalam mulut.
Jason memijat kepalanya sendiri. Dia meletakkan sarapan Helena di meja. Jason sebenarnya tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Apa ini efek kehamilan Helena?
"Aku tidak sanggup. Aku lapar tapi tidak bisa memakannya. Aku mau makan manis."
Jason mengernyitkan dahinya. "Makan manis?"
"Pancake," sahut Helena ragu-ragu. Keinginan itu muncul secara tiba-tiba. Helena juga tidak mengerti. Kenapa dia sangat menginginkan pancake saat ini.
"Kembalilah ke sofa. Aku akan membuatkannya untukmu." Jason berjalan ke dapur. Mengambil beberapa bahan yang akan dia gunakan untuk membuat pancake. Helena masih berdiri di sana dengan wajah tidak percaya.
"Jason bisa masak?"
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert