Seorang perempuan bernama Maharani Saputri mengalami kegagalan dalam sebuah pernikahan membuatnya frustasi ,ia menikah yang kedua kali juga gagal .
Apakah ia akan bertahan menjadi seorang janda atau kembali menikah dengan harapan bisa memiliki pasangan yang menerima apa adanya ?
Baca yuk sampai selesai ya agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Bersikap Tegas
Pernikahan Maharani dan Deni hampir satu tahun ke duanya tidak ada perubahan sama sekali membuat Maharani tersiksa apalagi mama Mery berubah ketika melihat Maharani belum menunjukkan kalau dia hamil padahal itu hanya omong kosong .
Maharani masih seperti biasa menjalankan tugas sebagai seorang istri dan menantu tapi sikap Deni semakin menjadi lebih kasar sehingga Maharani seolah tidak ada artinya pengorbanannya tidak pernah dihargai sama sekali .
Sekarang Maharani bekerja di perusahaan Edi sebagai sekertaris menggantikan sekertaris yang lama berhenti karena sudah waktunya pensiun dari pekerjaannya juga karena menjaga anak dan ibunya yang sudah tua di rumah tidak ada siapa-siapa lagi .
Setelah lulus kuliah Maharani ingin bekerja di luar negri seperti impiannya dulu namun ada kendala sebuah ancaman dari Deni dan akhirnya Maharani menuruti perkataan Deni untuk menghindari hal yang tak diinginkan .
“Hani ,,..“ panggil Edi saat sarapan . "Iya Pa !" jawab Maharani menoleh melihat Edi . "Hari ini kamu ikut meeting ke luar kota di sana akan banyak investor dan sekalian bawakan dokumen dan laporan yang sudah Papa tanda tangani ,“ jelas Edi dengan tegas .
"Baik , Pa !" jawab Maharani dengan sopan . Deni dan Mery saling menatap tidak suka pada Maharani .
“Pa , apakah Deni ikut ?" tanya Deni sambil menyelesaikan makannya . "Tidak , kamu selesaikan saja masalah kantor karena ada seseorang yang curang kamu selidiki dulu dan awasi gerak gerik orang itu jangan lupa hubungi Papa ,“ Edi melihat Deni dengan tatapan sulit diartikan .
Mery merasa tersindir dengan perkataan Edi . "Kenapa selalu Hani pa , memangnya tidak ada orang lain ?" Mery tidak setuju . "Karena Hani sekertaris Papa jadi dia yang Papa ajak masa Papa ajak sekuriti kan gak wajar dong ma ," jawab Edi bercanda membuat suasana yang tadinya tegang menjadi santai .
"Papa gitu ih ,mama serius ,“ Mery kesal dengan jawaban Edi . "Ya sudah Papa berangkat dulu ya , " Edi pamit kepada Istrinya begitu juga dengan Deni dan Maharani .
Maharani dan Deni satu mobil sedangkan Edi bersama sopir pribadinya .
"Apakah sekarang kamu merasa jadi nyonya besar dengan bekerja di perusahaan papa ?"tanya Deni . Maharani menoleh melihat Deni yang sedang mengemudi . " Sama sekali tidak , aku hanya menjalankan perintah dari suamiku ," jawab Maharani apa adanya .
Deni terkejut mendengar jawaban dari Maharani menoleh melihat Maharani sambil tersenyum sinis .“Apakah kamu ingin punya anak ?" tanya Deni melihat perut ramping Maharani .
Maharani di buat terkejut mendengar perkataan Deni namun ia tidak munafik karena setiap pernikahan pasti menginginkan seorang anak tapi bagaimana mungkin jika selama menikah saja Deni tidak pernah menyentuhnya sama sekali .
"Aku ingin punya anak jika suamiku mencintaiku dengan ikhlas tanpa ada campur tangan orang lain dan berprinsip ," jawab Maharani dengan tegas . Deni di bungkam dengan jawaban Maharani tidak lagi bertanya .
Sampai di perusahaan mereka turun bersama dan berjalan masuk menuju ruangan masing-masing. Semua mata melihat pasangan suami istri merasa iri , mereka mengira hubungan keduanya sangat harmonis tapi tidak dengan yang sebenarnya terjadi .
"Bu Hani ... "panggil salah satu karyawan berjalan ke arah Maharani dan menyerahkan sebuah amplop kepadanya .
"Ada apa Ayu dan ini amplop apa ?" tanya Maharani penasaran . “Tadi ada orang memberi amplop itu untuk diberikan kepada ibu ," jawab Ayu kemudian pamit kembali ke ruangannya
