Dibunuh oleh putrinya sendiri membuat Kayana bersumpah untuk membalas setiap perbuatan keji sang putri saat ia diberikan kesempatan untuk hidup kembali. Doanya terkabul ia diberikan kesempatan hidup lagi, apakah ia akan membalas dendam kepada sang putri atau luluh karena sang putri berubah menjadi anak baik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan untuk anak Durjana
Laston dan Mala tahu, mereka harus bergerak cepat. Waktu tidak berpihak pada mereka. Putri masih dalam kondisi koma dan bisa kapan saja menjadi korban lagi jika mereka lengah. Sementara itu, Vanesa semakin berani, merasa tak tersentuh karena berada di bawah perlindungan Nyonya Wijaya.
Malam itu, di ruang kerja Laston, mereka menyusun rencana.
"Kita harus buat Vanesa mengakui semuanya di depan Ibu," ucap Laston, matanya tajam.
Mala menatap kakanya dengan penuh semangat. "Tapi bagaimana? Dia sangat licik. Sekali dia merasa terpojok, dia pasti akan berbalik memainkan drama."
Laston mengangguk. "Kita manfaatkan keserakahannya. Kita buat dia merasa dia sedang menang."
Beberapa hari kemudian, Vanesa kembali mendapat kabar dari Russel yang sebenarnya adalah bagian dari jebakan Laston.
Lewat pesan suara yang dikirim diam-diam oleh Laston, Russel mengatakan bahwa ia telah menemukan bukti-bukti yang bisa menghancurkan Vanesa, dan ia butuh pembayaran lebih besar untuk tetap bungkam.
Vanesa, panik dan terdesak, akhirnya meminta bantuan lagi pada Shela dan ayahnya, Haris. Namun kali ini, Shela yang sudah muak dengan tingkah Vanesa malah menolak mentah-mentah.
"Aku sudah cukup repot karena ulahmu!" bentak Shela. "Selesaikan sendiri!"
Tak ada pilihan lain, Vanesa kembali merayu Nyonya Wijaya. Ia memutarbalikkan cerita, seolah-olah dirinya menjadi korban persekongkolan jahat teman-temannya.
Nyonya Wijaya, yang sudah renta dan sakit-sakitan, tentu saja percaya penuh.
"Tenang, cucuku," ucap wanita tua itu sambil menggenggam tangan Vanesa. "Nenek akan bantu kamu berapa pun yang kau butuhkan."
Vanesa tersenyum penuh kemenangan.
Namun ia tidak tahu semua itu hanyalah bagian dari skenario yang disusun oleh Mala dan Laston.
Malam pengakuan itu akhirnya tiba.
Di ruang keluarga besar rumah Wijaya, semua keluarga berkumpul. Termasuk Nyonya Wijaya yang duduk di kursi rodanya, ditemani oleh Laston dan Mala.
Laston memutar sebuah video di layar besar.
Video itu memperlihatkan Vanesa dan Russel di malam pesta ulang tahun. Suara tawa, hinaan, dan paksaan mereka terhadap Putri terdengar jelas. Bukti kekejaman yang tak terbantahkan.
Semua orang terdiam.
Wajah Vanesa pucat. Ia bangkit dari kursinya, mencoba membela diri.
"Itu bohong! Semua fitnah!" teriaknya.
Namun Laston dengan tenang menunjukkan bukti transfer rekening, bukti percakapan pesan singkat, dan hasil CCTV tambahan.
Semua mata kini menatap Vanesa dengan tatapan jijik dan kecewa, termasuk Nyonya Wijaya yang perlahan menangis. Wanita tua itu memegangi dadanya yang mulai terasa sakit.
Mala segera menghampirinya dan memberikan obat untuknya. Ia tahu ibunya bisa anfal karena serangan jantung.
"Aku tidak apa-apa," ucap Nyonya Wijaya dengan wajah tegar
Wanita itu kemudian menghampiri Vanesa, "Nenek sudah sayang padamu, namun kamu merusak kepercayaan Nenek. Kamu sudah mempermalukan keluarga Wijaya," ucap Nyonya Wijaya kemudian memutar kursi rodanya meninggalkan Vanesa.
Vanesa hanya tersenyum getir mendengar ucapan sang nenek.
Mala maju beberapa langkah, memasang badan saat Vanesa hendak mengejar sang Ibu. Wanita itu menatap Vanesa lurus-lurus. Dengan suara tegas, ia berkata, "Dan bukan hanya itu, Vanesa. Kamu juga bukan anakku."
Ruangan itu bergemuruh dengan suara kejutan.
Mala mengangkat amplop berisi hasil tes DNA.
"Ini buktinya. Kamu bukan anak kandungku. Anak kandungku adalah Putri, gadis yang selama ini kau hina, sakiti, dan hampir kamu bunuh."
Vanesa gemetar, air matanya jatuh. Ia tidak bisa membantah. Semua bukti ada di sana.
"Tidak mungkin, itu bohong!" seru Vanesa
"Kau sudah tahu semuanya Nesa, hanya saja kamu enggan mengungkapkannya. Kamu sengaja menutupinya untuk mengambil keuntungan. Menghambur-hamburkan uang kami untuk gaya hidup hedonmu. Tapi semuanya sudah berakhir Nesa, sekarang saatnya kamu berhenti," sahut mala
"Polisi sedang dalam perjalanan," ucap Laston dingin. "Bersiaplah menerima hukuman kalian."
Wajah Nesa memucat. Gadis itu segera bersimpuh di kaki Mala dan meminta ampunan.
"Maafkan Nesa ibu, tolong jangan bawa Nesa ke kantor polisi. Nesa janji akan berubah!" ucap gadis itu
"Semuanya sudah terlambat,"
Beberapa menit kemudian, suara sirine polisi terdengar dari kejauhan.
Vanesa berteriak histeris, mencoba melarikan diri, namun Mala dengan tenang menahan lengan gadis itu.
"Sudah cukup," bisik Mala. "Semua dosamu harus dibayar."
Mala menatap Vanesa bukan lagi dengan marah, tapi dengan luka mendalam sebagai seorang ibu yang dikhianati.
Saat polisi memborgol Vanesa, Mala mengalihkan pandangannya ke arah rumah sakit, tempat Putri masih berjuang antara hidup dan mati.
Dalam hatinya, ia bersumpah,
"Putri, bertahanlah. Ibumu ada di sini sekarang. Aku akan melindungi mu dengan seluruh hidupku."
Sementara itu Haris dan Shela yang mengetahui putrinya di tangkap polisi segera menjenguknya dengan membawa seorang pengacara untuk membebaskannya.
Dan benar saja dengan alasan masih di bawah umur, Nesa berhasil di keluarkan.
"Sekarang saatnya menuntut balas," tandas Vanesa
hadeh ada juga yg kyk gtu