Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Dimalam yang hening, hanya ada suara alat makan yang saling beradu. Zeera yang duduk di depan suaminya, sesekali melihat pria itu yang nampak masih marah terhadapnya. Zeera hanya memainkan alat makan nya sambil mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah ia buat pada suaminya itu.
"Ahhh .. Apa sih." Lirih Zeera.
Ia menghela nafas panjang nya berulang kali untuk mencari perhatian Devan. Hingga pada akhirnya, pria itu membuka suara nya karena melihat Zeera yang tidak makan.
"Kenapa hanya di mainkan?"
"Gak nafsu." Sahut Zeera mendorong sedikit piringnya.
"Ya udah terserah." Sahut Devan.
"Kamu itu kenapa sih? kalau aku ada salah bilang! Dari tadi aku mikir bolak-balik apa yang udah buat kamu marah tapi gak ketemu. kalau cuma karena ucapan ku tadi, yang aku maksud itu punya kamu. Gila aja aku lihat punya orang lain." Sahut Zeera.
"Maaf, jika aku sudah membuat kamu kepikiran. Aku gak ada niat untuk marah sama kamu."
"Gak niat tapi betah banget marah nya." Ucap Zeera agak cemberut.
"Iya maafin ya? Aku hanya terbawa sedikit emosi aja."
"Kenapa?"
"Riko tadi telfon kamu."
"Jadi sebenarnya kamu marah gara-gara itu?"
"Gak bilang." Sahut Devan masih saja gengsi.
Zeera terkekeh kecil, "kamu gak perlu cemburu sama dia, Riko cuma temen aku."
"Tapi dia cowok, Ra. Kamu pikir aku gak tau seorang Riko Wijaya seperti apa?"
"Ya udah iya maaf, biasanya juga kita gak saling kontak kok."
"Ada hal yang ingin aku katakan sama kamu." Ucap Devan dengan raut wajah yang serius.
"Apa?"
Di taman halaman rumah, keduanya duduk berdampingan menatap indahnya langit malam yang bertabur bintang. Devan sesekali melihat Zeera yang tersenyum menatap langit, tiba-tiba saja bayangan kedua orangtuanya seakan muncul diantara bintang-bintang itu.
"Bukankah tadi kau ingin mengatakan sesuatu?"
"Hm, aku akan pergi keluar negeri untuk mengurus bisnis ku."
Zeera menoleh menatap suaminya, "berapa lama?"
"Belum tentu, bisa itu hanya beberapa hari, Minggu atau bulan."
Zeera menghela nafas panjangnya. Rasanya ia tidak mampu jika harus di tinggal lama oleh Devan, begitu juga dengan Devan yang terasa berat untuk meninggalkan Zeera.
"Kapan kamu akan pergi? Bukan dalam waktu dekat kan?"
"Lusa, maaf jika aku mengatakan ini mendadak, sebenarnya aku juga tidak ingin pergi, tapi keadaan yang mendesak aku untuk tetap pergi." Jelas Devan.
Zeera mengangguk-anggukkan kepalanya, "aku mengerti, lusa aku akan mengantarmu ke bandara."
"Kamu benar gak papa?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya, "apapun yang kamu lakukan aku akan selalu mendukung mu, hanya jangan lupa aja untuk kasih kabar."
"Itu pasti." Devan merangkul istrinya dan memberikan kecupan lembut di keningnya.
**
Hari itu pun tiba, dimana Devan sudah siap dengan segala sesuatunya. Zeera mengantarkan suaminya sampai ke bandara internasional, dimana ada Dito yang juga akan ikut bersama dengan Devan.
"Jaga diri kamu baik-baik, aku usahakan untuk kembali secepat mungkin." Ucap Devan membelai wajah istrinya.
Zeera mengangguk, "kamu juga baik-baik disana."
Devan menarik Zeera kedalam pelukannya. Rasanya perpisahan itu cukup berat untuk keduanya. Namun bagaimanapun juga semua itu demi kebaikan Devan dan perusahaan nya.
"Jaga dia baik-baik, kalau sampai terjadi apa-apa, kau orang pertama yang akan aku cari." Devan menatap Aldi dengan begitu serius.
"Siap! Ku pastikan akan menjaganya sebaik mungkin." Sahut Aldi
"Maaf pak, kita tidak punya waktu lagi. Pesawat akan segera lepas landas." Ucap Dito.
Devan mengangguk, ia memberikan kecupan di kening istrinya sebelum melangkah masuk kedalam. Di iringi lambaian tangan dari sang istri Devan sempat menoleh dan tersenyum seraya membalas lambaian Zeera.
Selepas dari bandara, Zeera bergegas ke kantornya. Di depan gedung yang menjadi tempatnya bekerja, sudah ada Riko yang menunggunya disana. Melihat itu, Zeera menyuruh Aldi untuk masuk terlebih dulu.
"Ada apa?" Tanya Zeera.
"Hanya ingin meminta maaf untuk malam kemarin."
Zeera terdiam sejenak, ia teringat dengan ucapan Devan bahwa Riko sempat menghubunginya malam itu, dan hal itu juga yang membuat Devan sempat kesal karena cemburu.
"Ahh iya, gak papa. Tapi untuk apa kau menelfon ku?"
"Bukan hal penting." Sahut Riko, "oh iya, sekalian aku ingin memberikan undangan untukmu." Sambungnya memberikan sebuah undangan.
Zeera segera menerima undangan tersebut yang bertuliskan acara ulangtahun perusahaan Wijaya group yang kini di pimpin oleh Riko sendiri.
"Aku harap kau bisa datang." Ucap Riko.
"Akan aku usahakan. Kalau begitu, aku masuk dulu."
Riko hanya mengangguk seraya tersenyum dan membiarkan Zeera pergi.
Di satu sisi, ada Celine yang memperhatikan keduanya. Sebelum Riko kembali masuk kedalam mobilnya, Celine segera berlari ke arah pria itu dan menyapa nya dengan sok akrab.
"Pak Riko!" Panggil Celine membuka kacamata hitam nya.
"Siapa?" Tanya Riko menatap wanita di depannya.
"Perkenalkan..."
"Ahh... Aku baru ingat, bukankah kau wanita yang di permalukan di acara tunangan mu sendiri?" Ujar Riko memotong ucapan Celine.
"Ehm... Sebaiknya kita tidak membahas itu." Sahut Celine dengan agak malu.
"Lalu hal apa yang ingin kau bahas dengan ku?"
"Kita cari tempat lain aja gimana? Rasanya ngobrol disini kurang nyaman." Ucap wanita itu takut jika ketahuan oleh Zeera.
"Masuk ke mobil ku."
Celine mengangguk, ia segera masuk kedalam mobil Riko yang tidak lama kemudian pergi dari tempat itu menuju tempat yang tentunya lebih aman.
Riko menghentikan mobilnya di sebuah cafe, sepertinya hanya tempat itu yang cukup nyaman untuk bicara dengan Celine.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya pria itu bersandar pada kursi nya.
"Aku ingin mengajak ku bekerjasama."
"Kau ingin bertransaksi dengan ku? Kau tau konsekuensinya seperti apa jika gagal?"
"Aku pastikan tidak akan pernah gagal."
"Apa yang kau rencanakan?"
"Aku lihat, sepertinya kau begitu tertarik dengan Zeera. Apa kau tau dia sudah punya suami?"
Riko mengangguk, "kau hanya ingin memberitahukan hal itu?"
"Bukan, aku akan membantumu untuk bisa memiliki nya."
"Aku bisa melakukanya sendiri."
"Tapi kamu gak tau siapa suaminya, jika bekerja sendirian, aku yakin kamu gak akan pernah bisa mendapatkannya."
"Baiklah, lalu apa yang kau inginkan?"
Akhirnya, hal yang di tunggu Celine pun tiba, ia segera mengajukan permintaan berupa rumah mewah yang lengkap dengan semua fasilitas nya, tidak lupa dengan sejumlah uang yang cukup banyak sebagai imbalan untuk sebuah rencananya.
Menurutnya bukan hal yang sulit untuk orang seperti Riko memberikan sedikit kekayaan nya pada Celine.
"Oke! Akan ku hubungi kamu nanti. Saat ini aku masih ada pekerjaan, jangan sesekali kau muncul di hadapan ku tanpa seizin ku." Ucap Riko segera beranjak dan pergi meninggalkan Celine.
Wanita itu tersenyum miring, "tunggu sebentar lagi, Nazeera. Aku benar-benar akan menghancurkan mu!" Gumam Celine yang kembali tersenyum licik.
***
TBC. . .