Quinn, seorang gadis berusia 26 tahun itu memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, siapa yang menduga, dibalik kehidupan yang sempurna Quinn sangat terkurung. Sebab sebagai putri seorang mafia membuat Quinn tidak bisa hidup dengan bebas.
Quinn memang memiliki kehidupan yang sempurna. Akan tetapi, Quinn nyatanya sangat apes pada percintaannya. Sekalipun Quinn memiliki harta melimpah dan juga paras rupawan, nyatanya tak bisa membuat Quinn menemukan cinta sejatinya.
Sampai tanpa sengaja, Quinn bertemu dengan Dimitri. Seorang laki-laki berusia 30 tahun itu terus mengganggu Quinn.
Akankah Dimitri bisa meluluhkan hati wanita tangguh dan cerdas seperti Quinn? Lantas bagaimana respon Dimitri ketika dia tahu kalau Quinn adalah putri seorang mafia yang sangat disegani pada masanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 Mereka Datang
"Apakah yang lainnya sudah bersembunyi?" tanya Quinn.
Ini masih sore, tapi Quinn sudah berkumpul di gubuk tua. Di mana semua orang yang akan terjun ikut berperang melawan perompak itu berkumpul.
"Nona Quinn, bukankah lebih baik kau datang sebentar lagi? Ini bahkan masih terlalu sore." Seorang warga menegur Quinn yang datang terlalu sore.
"Maaf. Aku tidak bisa tidur. Tante Su sudah pergi ke tempat persembunyian sejak aku bangun tidur siang. Jadi, daripada bosan aku ke sini. Kupikir belum ada yang datang. Ternyata malah aku orang terakhir yang bergabung," sahut Quinn.
"Kau memang bisa diandalkan, Nona Quinn. Kami merasa malu karena kau pendatang baru tapi sudah memiliki rasa cinta yang besar untuk desa kecil ini. Terima kasih, Nak." Heizen yang sebelumnya membenci Quinn itu pun telah melunak.
Selama 5 hari kedua mata Heizen dapat melihat bagaimana kemampuan Quinn. Bahkan Heizen bisa mengakui kalau Quinn memiliki kemampuan di atasnya.
"Aku penasaran dari mana kau bisa mempelajari itu semua, Nona Quinn?" tanya Paman Zet.
"Daddy sangat disiplin. Bahkan kedua adikku juga memiliki kemampuan yang sama. Kami dididik sangat keras. Dulu aku sempat kesal pada Daddy yang terlalu memaksa. Tapi, saat aku berada di sini aku sadar. Bagaimana bila aku tidak pernah belajar ilmu bela diri? Apakah kehidupanku akan lebih baik dari ini? Rasanya campur aduk. Sekarang aku bersyukur karena Daddy sudah mendisiplinkanku." Quinn tersenyum tipis. Lagi-lagi dia merindukan keluarganya. Quinn berharap dalam pertandingan ini dia bisa menang. Jika tidak, selamanya dia tidak akan pernah bertemu dengan keluarganya lagi.
"Sepertinya kau memiliki seorang Daddy yang hebat, Nak. Jika kami bisa bertemu dengan daddymu, kami akan berterima kasih. Berkat didikan kerasnya, kau bisa membantu kami." Paman Zet bertutur kata lembut kepada Quinn. Seolah Paman Zet benar-benar berterima kasih kepada Quinn.
"Apa kita akan berangkat sekarang?" tanya Quinn.
"Kita akan mendapatkan kabar dari Jio. Dia sedang mengintai di pos keamanan. Nanti kalau kapal perompak terlihat dari kejauhan, Jio akan memberi isyarat pada kita," jelas Heizen. Tentu saja mereka sudah punya rencana awal sebelum duduk santai di gubuk.
"Petang akan datang. Setelah sekian lama, akhirnya hari ini datang lagi," kata Paman Zet.
Kepala warga desa tertunduk. Tidak ada yang berbicara selain deru napas mereka. Quinn juga tidak berani bertanya karena memang Quinn tidak ingin terlibat lebih jauh lagi.
"Aku menyayangi mereka seperti Tante Su bersedia merawatku selama di sini. Apapun yang terjadi, aku tidak akan menyerah begitu saja. Karena aku akan melindungi apa yang menjadi milikku. Bagiku, mereka saat ini adalah keluarga yang aku miliki. Tuhan, tolong berikan kekuatan pada kami semua," batin Quinn dalam hati.
Quinn dan warga desa menunggu detik-detik malam tiba. Biasanya perompak akan datang di saat malam datang. Semua orang berdebar menantikannya. Jio, anak remaja laki-laki itu berada di pos tersembunyi di mana ia bertugas mengawasi kapal perompak.
Jika kapal perompak itu mulai bergerak, Jio akan meniup terompet yang terbuat dari cangkang kerang. Waktu pun terus berputar. Detik demi detik jantung Quinn berdetak lebih kencang. Quinn benar-benar menantikan hal ini. Sampai akhirnya, Jio meniup terompet yang menandakan kapal perompak mulai bergerak.
Quinn dan yang lainnya, mengambil persenjataan. Pun juga mereka mulai mengambil posisi masing-masing. Walaupun hanya senjata sederhana, tapi Quinn sudah menyiapkan jebakan untuk tamu tak diundang itu.
"Walaupun aku hanya memiliki senjata tajam dan juga anak panah buatanku ini, tapi aku bisa memastikan semuanya sudah kulumuri dengan racun bisa ular. Setidaknya hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk membuat musuh sekarat. Hanya saja, semua senjata ini terbatas. Seandainya saja aku memiliki senjata api maupun gas terkompresi, mungkin aku bisa memastikan kemenangan telak. Kalau begitu, aku harus merebut senjata musuh apabila senjata yang mereka miliki lebih hebat dari milikku." batin Quinn dalam hati.
Quinn memimpin beberapa orang. Begitu pula dengan Heizen dan juga Paman Zet. Mereka terbagi akan 3 kelompok. Namun, Paman Zet dan Heizen melebarkan mata ketika Quinn mengambil posisi utama. Saat Paman Zet dan Heizen hendak bertanya, ternyata musuh mulai menyerang. Sehingga mereka tidak lagi protes.
"Aku akan menyerang! Pastikan kalian memanah semua musuh yang hendak membun*uh kami!" Quinn memberikan perintah. Dijawab anggukan kepala oleh Heizen dan juga Paman Zet.
Quinn berlari. Ia menarik tali yang berisi tombak. Alhasil musuh mulai kocar-kacir. Quinn juga memanah dan semua anak panahnya tepat mengenai musuh. Dari kejauhan musuh mungkin sekitar 70 an orang. Sedangkan warga desa yang ikut bertarung hanya seperempat dari jumlah musuh.
Semua orang berkelahi dengan sengit. Di saat musuh membabi buta, Quinn bersiul nyaring. Sehingga Jio yang ada di pos keamanan itu menarik satu tali.
Di mana musuh yang baru akan bergabung dalam perang pun tiba-tiba saja terjatuh ke dalam tanah. Lubang itu digali oleh warga desa ketika malam hari setelah mereka menyelesaikan latihannya.
Quinn dikepung oleh 7 orang yang melingkarinya. Heizen melihat Quinn terkepung. Sepertinya musuh mengetahui apabila Quinn satu-satunya wanita di sini.
Bukan hanya Heizen yang hendak membantu, tapi Paman Zet juga ingin menolong Quinn. Akan tetapi, musuh seperti tahu niat kedua laki-laki itu. Musuh pun menghalangi Heizen dan Paman Zet. Mereka deolah tidak membiarkan keduanya membantu Quinn.
Tentu saja Quinn segera membungkukkan setengah badannya. Ia juga membawa kakinya menendang ke arah belakang. Tindakan Quinn tepat mengenai salah satu musuh yang hendak menangkap Quinn.
Satu tangan kanan Quinn yang memegang anak panah itu, melempar panahnya ke tangan kiri. Kemudian Quinn mengambil satu tombak bambu runcing dan segera menghunuskannya ke perut musuh yang berada di depannya.
Satu musuh mati di tangan Quinn. Setelahnya Quinn kembali menyimpan busur panahnya ke belakang punggung. Kini di tangannya hanya ada tombak bambu runcing. Quinn pun mulai diserang oleh anak buah perompak.
"Ternyata para perompak ini tidak memiliki senjata api. Bagaimana bisa? Apa mereka tidak pernah mendarat ke kota besar? Dilihat dari baju lusuh mereka, bisa saja mereka belum juga menepi untuk waktu yang lama. Baguslah. Setidaknya kami hanya perlu menghindari senjata tajam mereka," kata Quinn dalam hati.
Quinn bahkan tidak pandang bulu. Ia terus menghunuskan bambu runcing itu kepada musuh. Sedangkan musuh menggunakan pisau dan belati untuk melumpuhkan lawannya. Tanpa sengaja Quinn dan Heizen saling beradu punggung. Keduanya saling memunggungi.
"Quinn, apakah jebakan kita sudah habis?" bisik Heizen.
"Dilihat dari keadaannya memang begitu, Tuan Heizen. Lagipula musuh hanya tinggal beberapa saja. Kita bisa melumpuhkan mereka sebentar lagi," sahut Quinn.
"Kau salah, Quinn. Mereka hanya anak buahnya. Dan setahuku, ini masih separuhnya. Berarti masih ada separuh musuh yang belum turun. Apa mungkin mereka sedang ingin menguji keadaan di pulau ini?" Pernyataan dari Heizen membuat Quinn terkejut bukan main.
"APA?" Kedua mata Quinn membulat. Ini di luar prediksinya.
Reader ... semalam Bab nya salah. Bab 25 lupa upload. 😂