Karena insiden salah masuk kamar, Elmira Maharani, seorang aktris terkenal terpaksa membuat pernikahan settingan dengan seorang pria cacat yang merupakan fansnya sendiri.
Tak disangka pria yang menikahinya ternyata memiliki dendam dari masa lalu.
Siapa sebenarnya pria lumpuh yang telah menikahinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengigau
Satu jam lebih Daniel duduk gelisah di depan ruangan berpintu kaca dengan pikiran semrawut. Sulit baginya untuk terlihat biasa saja di tengah rasa cemas. Wajahnya saat ini tiada bedanya dengan terpidana dalam sebuah persidangan. Sangat takut.
"Tenang sedikit, Rani pasti baik-baik saja." Ucapan Aris tak lantas membuat Daniel lebih tenang. Pria itu memiliki trauma tentang ruang operasi. Beberapa tahun lalu, sang ibu menghembuskan napas terakhir di meja operasi, dan kini Daniel merasakan ketakutan yang sama.
Lampu menyala terang yang berada tepat di atas pintu seketika padam, menandakan operasi telah usai. Daniel menarik napas dalam-dalam. Namun, bukannya berkurang, kecemasan yang tergambar pada wajahnya malah semakin jelas.
Begitu pintu terbuka, ia langsung berdiri dari duduknya dan melangkah dengan tertatih. Menghampiri seorang wanita berpakaian hijau yang baru saja keluar dari ruangan itu.
“Bagaimana, Dokter?” tanya ketiga orang itu dengan kompak.
"Operasinya berjalan lancar, kondisi pasien juga stabil. Tapi untuk sekarang belum sadar karena masih berada di bawah pengaruh obat bius."
Sirna sudah semua perasaan takut yang sedari tadi membekuk Daniel. Ia dapat bernapas lega sekarang.
...........
Beberapa jam berlalu
Daniel menyeret kakinya memasuki ruangan tempat Rani terbaring. Sudah empat jam setelah operasi berlangsung, namun wanita itu belum juga tersadar.
Daniel menjatuhkan tubuhnya di kursi samping ranjang pasien dan menatap wajah itu lekat-lekat. Ia masih ingat betul, betapa dulu Rani yang pemberani dan kuat mampu membuatnya melupakan seisi dunia.
Namun, di hadapannya sekarang hanyalah tubuh lemah dengan wajah pucat dengan bibir kering.
"Kamu pulang saja, biar aku yang menemaninya di sini," ucapnya kepada Gembul yang terlihat sangat lelah. "Aku akan minta Aris mengantar kamu."
"Tidak. Aku mau menunggu Rani sampai sadar."
"Kalau begitu istirahat saja." Daniel menunjuk sofa bed yang berada di sudut ruangan itu. Namun, Gembul tetap enggan. Ia memilih tetap duduk di sisi Rani.
“Ibu ...” Suara lemah Rani membuat Daniel terhenyak. Entah mengapa mendengar Rani memanggil ibunya menciptakan rasa sakit.
Gembul lantas mengusap puncak kepala adik sepupunya itu.
“Ada apa dengan Rani? Kenapa dia terus mengigau?” tanya Daniel khawatir setelah beberapa kali mendengar Rani bergumam.
“Dia demam, makanya terus mengigau.”
Intuisi Daniel mendorongnya untuk mengusap kening wanita itu. Ia pun merasakan suhu tubuh Rani yang memang cukup tinggi.
“Kamu sudah bilang dokter?”
Gembul mengangguk. “Sudah tadi. Dokter bilang ini hanya efek setelah operasi. Sudah dikasih obat kok.”
Gembul membalut tubuh Rani dengan selimut demi melindunginya dari rasa dingin. Selain demam dan mengigau, Rani juga terlihat menggigil.
“Ibu ...” gumam Rani lagi entah untuk yang ke sekian kalinya.
Daniel menatapnya nanar. Ingatan laki-laki itu langsung tertuju pada Tante Ambar. Seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang yang selalu mendukung keinginannya menikahi putrinya.
Tante Ambar juga kerap mengirimkan foto-foto Rani dan menceritakan kebiasaan-kebiasaan putrinya itu. Sehingga Daniel benar-benar hafal seperti apa karakter Rani, apa yang ia sukai dan bagaimana kesehariannya walaupun tidak pernah dekat sebelumnya.
“Ngomong-ngomong, ibunya Rani meninggal karena sakit apa?” tanyanya.
"Apa kecelakaan itu membuat kamu amnesia juga?" Bukannya menjawab, Gembul malah melayangkan pertanyaan lain yang menciptakan kerutan di kening Daniel.
"Apa maksud kamu?" Daniel tampak sedang menebak arah pembicaraan Gembul.
"Jangan pura-pura tidak tahu seolah kamu adalah korban."
Meskipun Gembul terus menyerangnya dengan kalimat sindiran, namun Daniel berusaha menahan diri. "Memang ada apa dengan Tante Ambar?"
Gembul melirik Daniel sekilas, dengan tatapan yang seperti ingin menerkamnya.
“Serangan jantung!” jawabnya singkat dengan tarikan napas. “Tepat setelah orang suruhan kamu datang dan memberi tahu bahwa kamu membatalkan pernikahan tanpa alasan.”
Jawaban Gembul membuat tubuh Daniel meremang. Hatinya bagai diremas.
............