Memiliki sebuah penyakit yang sangat menakutkan, bahkan tidak ada yang bisa membuat penyembuh atau obatnya sekalipun. Pengidap hanya bisa pasrah merasakan rasa sakit hingga kematian menjemput dirinya, seorang remaja bernama Ryan memiliki penyakit itu dan sekarang hidupnya tidak memiliki tujuan.
ditambah dengan keberadaan organisasi Belati Putih yang memburu orang seperti dirinya, dan lelaki ini akan menjadi kunci untuk membebaskan dunia dari serangan zombi. atau bisa sebaliknya...
catatan : cerita ini tidak nyata hanya fiksi belaka, jadi mohon pada pembaca untuk tidak terlalu serius :] makasih... serius gak nyata \°-°\
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Ryan
Mereka turun dari taksi walau hanya wajah Ryan yang sangat tidak percaya Vina membawanya kemari, sedangkan gadis itu sedang membayar supir. Sesudah membayar tangan Ryan dibawa olehnya dan menariknya hingga ke tempat loket dan mereka masuk sambil membaca karcis. Wajah Vina begitu ceria saat masuk ke dalam, "hei! Ryan.. aku ingin naik itu..!"
"Cari yang tidak membuat serangan jantung, jujur aku sangat mencintaimu tapi itu bisa membunuhku," jawab Ryan dengan menunduk dan sangat merasa bersalah. Vina menjawabnya dengan cemberut, dia sekarang membawa Ryan masuk ke dalam sebuah toko yang cukup besar.
Dalam hitungan detik seluruh toko sudah terpenuhi banyak orang yang sedang berbelanja, kebanyakan adalah sepasang kekasih karena wajar saja karena toko ini menyediakan semua yang dibutuhkan para pasangan.
Ryan mendatangi sebuah rak penuh dengan banyak mainan hingga kalung dan aksesoris yang sangat bagus, Vina mengambil salah satu kemudian melihatnya seperti memastikan sesuatu. Dia mengambil itu tiga pasang tanpa sepengetahuan Ryan yang sedang berada di sampingnya.
Saat sedang berbelanja mereka melihat kalau ada Alia yang sedang membeli sesuatu, mereka nampak kaget dan langsung datang padanya. Saat datang dia melihat kalau anak ini sendirian sedang memilih makanan cepat saji, kedua orang itu heran kenapa anak sekecil dia bisa berada di sini.
Sadar akan tatapan mata dari Ryan dan Vina, Alia menoleh ke arah mereka tidak lama menghembuskan napasnya, "kenapa kalian melihatku kayak orang jahat yang kau culik ?"
"Ah, ya tidak apa.. ngomong-ngomong kemana ibu kamu ? Widya..."
"Sedang di toilet kayaknya."
"Ouhh begitu ya," timpal Vina dengan wajah yang cukup heran. Beberapa saat kemudian mereka dikagetkan dengan ibu Alia yang sedang datang kemari, ada seorang lelaki yang memiliki rambut hitam pupil mata merah dan memakai baju yang sopan. Mereka datang ke hadapan mereka.
Vina merasa kaget karena Widya sudah membawa lelaki selain Adly dan melupakan lelaki itu begitu cepat ? Itu aneh baginya, tapi setelah diperhatikan lebih detail agak aneh niatnya. Ryan menghembuskan napas lalu mengambil ponselnya, dia membuka apk galeri dan memperhatikan foto Adly bersamanya.
Cukup jelas kalau samarannya itu tidaklah terlalu cukup. Masih bisa terlihat oleh orang yang mengenalnya, "Adly jangan terlalu berlebihan deh. Penampilan kamu masih sama.. yang paling penting itu luka di wajahmu dan sikapmu."
"Kalian sadar ya ?"
"Sudah kuduga kalau itu memang kamu," jawab Vina dengan wajah lega. Mereka semua pergi dari toko keluar dan sebelum itu Vina membayar dulu apa yang dibeli olehnya, kini mereka menuju cafe yang sedang buka dan tidaklah terlalu ramai. Mereka duduk di meja dan Alia duduk dipangkuan ibunya.
Seorang pelayan datang membawa sebuah nampan dan berada di depan mereka, "ingin memesan apa ?"
"Ah, kami mau dara--- maksudnya minuman anggur saja ya."
"Itu kau saja, aku gak mau. Vina sama aku jus mangga saja."
"Aku sama kayak Aldy saja."
"Sama kayak ayah."
"A-alia jangan ya.. kamu sama kayak kak Vina aja ya ?" Bujuk Widya pada anaknya. Alia cemberut lalu menunduk terpaksa, pelayan itu tersenyum masam sambil menuliskan semua pesanan mereka dan dari tadi selama memesan Adly hanya memesan menu yang sangat jarang dipesan ditambah Alia menginginkannya.
Setelah pelayan itu pergi mereka bicara satu sama lain dengan wajah yang senang, Alia menulis di notepad bawaan handphone miliknya. Dia menuliskan semua pembicaraan mereka semua sekaligus merekamnya, mereka berdua mengambil informasi secukupnya.
Setelah beberapa menit pelayan sebelumnya datang membawa makanan, dia menyajikannya atas meja dan sekarang Vina dan Ryan... mereka semua mulai tersenyum masam. Alia hanya kelihatan murung memperhatikan menu untuknya, "di rumah.. ayah bolehin aku minum, kenapa di sini gak boleh ?"
"Hah ?! Ayah kamu izinkan !?"
"Iya memangnya kenapa, ibu ?"
"Gak kok hanya saja, ayahmu agak bodoh!" Ucap Widya sambil memukul Adly dengan cukup keras. Lelaki itu tersenyum manis pada gadis itu, dia menyender pada pundaknya. Alia memegang sebuah garpu melahap makanan yang ada, sedangkan Vina menyuapi Ryan layaknya pasangan.
Semuanya terlihat akrab tapi tidak begitu dengan seseorang yang sedang terdiam duduk di sebelah kursi mereka, kedua orang itu menatap dengan sinis pada sebuah keluarga itu. Tidak lama dan tidak ada yang menyangka juga, ada sebuah ledakan yang membuat orang-orang panik.
Vina dan Ryan segera keluar dari toko bersama Alia yang masih menguyah. Dalam kepanikan yang begitu besar, kedua orang itu berdiri depan suami istri itu dengan benci yang mendalam. Salah satu dari mereka bicara, "ketua.. bisakah Anda mati di sini ?"
"Ah, ya tidak.. karena aku punya anak dan istri sekarang ini. Bisakah kamu yang mati ?"
"Heee.. tapi Anda yang harusnya mati," jawab orang itu dengan senyum. Mereka saling senyum dengan kelihatan seringai jahat, dalam sekejap mata debu terkumpul dan cafe dipenuhi dengan asap serta api yang keluar.
Ryan serta Vina hanya memperhatikan keadaan dalam cafe, mereka sadar kalau Adly sedang melakukan sesuatu. Tapi bukan urusan mereka untuk ikut campur, sedangkan Alia terdiam dengan diam-diam meminum apa yang diminum ayahnya sebelumnya. Ryan menatap Alia dengan sarat heran.
Tangan Ryan mengambil gelas yang ada di tangannya anak itu, segera Alia menoleh ke belakang dengan cepat. Ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang, kendaraan itu hampir menabrak ke cafe hanya saja tiba-tiba berhenti dengan kaca depan mobil pecah.
Alia menyadari kalau itu adalah tembakan dari ayahnya sambil berpikir kalau tembakan ayah mengenai supirnya. Anak itu menunduk, "kapan sih aku bisa sehebat ayah ?"
"Memangnya ada apa, Alia ? Bisakah kamu katakan pada kami apa yang terjadi ?"
"Ini rahasia tau!"
"Ya tidak apa kalau gak mau katakan, tapi bukannya di sini bahaya ? Kita harus pergi dulu ke tempat yang aman."
"Jangan... Kita di sini saja, kalau ada apa-apa nanti aku lindungi kalian."
"Heh, anak kecil kayak kamu bisa apa ?" Tanya Ryan dengan memasang wajah sombong dan nada bicara yang sama sombongnya dengan wajahnya. Anak itu menanggapinya dengan tatapan santai, tidak lama ada seekor anjing yang kelihatan gila dan mabuk. Alia melemparkan pisau padanya tertancap ke matanya, melihat itu Vina dan Ryan merasa ngeri.
Ryan tersenyum masam sambil menggaruk kepalanya sambil meminta maaf pada Alia, hanya saja ibu dan ayahnya sedang sibuk. Gadis itu terus saja menangkis peluru yang gencar menembakan banyak peluru dari senapan beruntun itu, Widya menangkisnya dengan katana miliknya.
Sedangkan lelaki yang dicintainya menguap sambil duduk di kursi, dia minum kopi santainya mengontrol rantai yang menyerang musuhnya. Musuhnya sangat kesusahan sedangkan lawannya bersantai depan mata kepalanya sendiri, siapa yang tidak jengkel melihat hal semacam itu.
Karena ini sangatlah lama untuk bersenang-senang juga sudah cukup baginya, Adly meneguk kopinya hingga habis dan berdiri. Menghentakkan kakinya kemudian mengambil bom asap melemparkannya ke musuhnya, sampai seluruh cafe tertutupi asap seakan kabut yang tidak membiarkan orang melihat dengan jelas dengan matanya.
Tidak lama kemudian asap itu menghilang tapi semua musuh susah dalam keadaan yang mengenaskan, banyak sayatan pisau pada seluruh tubuh mereka. Sudah jelas itu perbuatan siapa...
ya author punya pemberitahuan.
saya punya karya berjudul "Pelahap Tangisan" yang ditulis dengan kemampuan maksimal. namun, saya membutuhkan kritik dan saran. bisakah kalian membaca novel itu? saya mohon.. :')