Ketika suami melakukan perjalanan dinas namun ternyata mengalami kecelakaan di kota lain dengan seorang wanita.
Renata kira hidupnya selama ini sudah sangat sempurna.
6 tahun pernikahan dilalui dengan luar biasa bahagia.
Suami yang tampan dan penyayang
Anak yang cantik dan cerdas
Keuangan yang mapan dan dilimpahi cinta oleh semua keluarga.
Sampai terjadinya kecelakaan naas yang menimpa Fabian dan menguak rahasia besar yang disimpannya.
"Fabian sayang sadarlah.. bertahanlah aku dan Celia membutuhkanmu.. kami mencintaimu " lirih Renata di telinga suaminya yang tak sadarkan diri dengan air mata berhamburan
Di hari hari berikutnya Renata masih setia menemani suaminya Fabian.
"Fabian bangunlah..Sadarlah... kamu berhutang penjelasan padaku bajingan" bisik Renata di telinga Fabian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeeGorjes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Jakarta
Happy reading ❤️
Renata berjalan sendirian menyusuri koridor Rumah Sakit. Anaknya Celia dan para keponakan nya masih terbuai di alam mimpi sehingga ibu mertua serta kaka iparnya masih harus tinggal di hotel.
Sebenarnya Renata pun terasa berat bila ia harus pergi seorang diri. Bagaimana dirinya harus menghadapi Fabian dengan menekan segala rasa sakit dan marah pada saat bersamaan.
"Lo tahu Lea sudah meninggal, Fabian ?" Terdengar kaka iparnya sedang bertanya pada Fabian. Kebetulan sekali pintu kamar tidak tertutup rapat yang membuat Renata dapat mendengar percakapan mereka.
Renata menghentikan langkahnya dan mencuri dengar di balik pintu.
"Sudah, Hendrik yang ngasih tahu. Bahkan Hendrik bercerita bahwa Renata yang mengurus semua pemakaman Lea. Gue yakin Renata pasti benci gue kak," jawab Fabian.
"Sudah sewajarnya bila Renata benci lo Fabian. Renata sampai sekarang masih tinggal saja sudah keajaiban," ucap Sakti.
"Bila Renata pergi, maka biarkan gue mati kak," jawab Fabian.
"Ngomong sembarangan lo, jadi laki laki harus tanggung jawab dengan apa yang lo lakuin. Inget, orang tua kita gak pernah ngajarin anaknya untuk jadi seorang pengecut," ucap Sakti dengan sedikit emosi.
"Kalo gue ngomong yang sebenarnya, apa Renata bisa maafin ? Gue yang selama ini bohong sama dia kak, gue yakin Renata mungkin akan ngerasa jijik ma gue," ucap Fabian.
Hening untuk beberapa saat.
"Kak, gue butuh bantuan lo. Tolong lo cari tahu tentang..,"
Belum juga kalimat Fabian selesai terucap dokter Jamie sudah berada didepan pintu mengagetkan Renata.
"Kenapa gak masuk ? Mau aku temani ?" Tanyanya pada Renata.
Renata terkejut dengan dada berdebar kencang takut bila kehadiran nya disadari oleh suami dan kakak iparnya.
Hening dari dalam kamar tak ada pembicaraan lagi.
"Kamu baik baik saja ?" Tanya Jamie lagi.
Renata masih menetralisir kan debaran jantungnya dengan wajah memerah.
"A.. aku baik baik saja, baru mau masuk tiba tiba kamu ngagetin," ucapnya bohong.
"Kalau begitu ayok masuk," ucap dokter Jamie seraya membukakan pintu untuk Renata.
Mata Fabian begitu berbinar melihat kedatangan Renata namun berubah redup setelah melihat dokter Jamie berjalan tepat di belakang istrinya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Menahan rasa cemburu di dadanya. Fabian berpikir Renata datang bersama dokter Jamie.
"Wooh bro apa kabar?" Sakti menyapa dokter Jamie dan memeluknya hangat.
Tidak seperti Fabian yang memperlihatkan wajah tak sukanya. Sakti begitu hangat menyambut sepupu jauh nya itu.
"Gue baik, gimana lo ?" Tanya dokter Jamie. Dan merekapun terlibat dalam pembicaraan yang tentunya membahas Fabian.
"Terimakasih sudah datang sayang," ucap Fabian pada Renata yang berdiri tak jauh dari tempatnya berbaring.
Renata hanya tersenyum kecut menatap Fabian.
Dulu... mata Renata menatap Fabian penuh damba, kini matanya menatap Fabian dengan tatapan penuh cela dan tersirat adanya luka.
Hati Fabian terasa ngilu, tapi lidahnya masih kelu untuk mengakui apa yang telah terjadi.
Fabian hanya bisa menundukkan wajahnya menghindari tatapan Renata yang tengah mengintimidasi.
***
Keadaan Fabian yang membaik membuat nya bisa kembali ke Jakarta dan melakukan perawatan lanjutan juga terapi berjalan di salah satu Rumah Sakit ternama di kota Jakarta.
Rencananya Fabian akan kembali besok pagi. Semua orang terlihat sibuk menyiapkan kepulangan Fabian, termasuk Renata yang menghubungi asisten rumah tangganya untuk menyiapkan kamar tamu dilantai bawah untuk menjadi kamar sementara Fabian.
Untuk memudahkan Fabian yang menggunakan kursi roda.
"Kamu, akan kembali besok ?" Tanya dokter Jamie pada Renata. Ketika mereka menikmati makan siang bersama di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari Rumah Sakit.
"Iya, apa kamu juga akan kembali ke Jakarta?" Tanya Renata.
" Iya, tapi mungkin 2 hari ke depan. Ada yang harus ku selesai kan dulu di sini. Aku akan mengawasi progres ( kemajuan) kesehatan Fabian sampai dengan selesai terapi. Tante yang meminta. Setelah itu selesai aku akan kembali ke Jerman." Dokter Jamie menjelaskan.
"Kembali ke Jerman? Lalu terapi itu sendiri butuh waktu berapa lama ?"
"Tergantung dari pasien itu sendiri bisa 6 bulan, 1 tahun atau bahkan lebih. Untuk kasus Fabian sepertinya tidak terlalu berat. Semoga saja Fabian bisa berjalan normal kembali dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Dan kamu harus bersabar," ucap dokter Jamie.
"Sepertinya sabar akan menjadi makananku setiap hari," Renata tersenyum kecut.
"Bagaimana perasaan mu pada Fabian sekarang?"
"Entahlah... Mungkin karena hati dipaksa untuk menahan sakit menjadikan nya kebas, seperti mati rasa. Meskipun jujur aku merasa kasihan tapi bila ingat apa yang dia lakukan ingin rasanya ku cekik lehernya," ucap Renata dengan sedikit emosi.
Dokter Jamie tertawa ringan melihat reaksi Renata tapi dalam hati kecilnya dokter jamie merasa tertampar ketika sadar bahwa Renata masih merasa kasihan pada suaminya bisa dipastikan rasa cintanya belum juga pergi. Ya tentu saja pernikahan selama 6 tahun tak mungkin bisa menghilangkan rasa begitu saja. "Salahmu sendiri Jamie kagum dengan istri orang, istri sepupumu sendiri," sesal Jamie dalam hati.
"Mommy, aku mau minuman mommy," ucap Celia yang kemudian menyedot minuman milik ibunya Renata.
"Kenapa warnanya merah mommy, biasanya mommy beli minuman matcha hijau," tanya Celia dengan keingintahuan nya.
"Mommy tak lagi suka matcha latte sayang, kata mommy ada kenangan buruk didalamnya," Dokter Jamie yang menjawab pertanyaan Celia.
"Apa itu kenangan buruk om dokter?" Tanya Celia lagi.
"Mmm semacam rasa yang tidak enak," jawab dokter Jamie, dan Celia hanya mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.
***
Waktu kepulangan ke Jakarta pun telah tiba, semua telah diatur oleh Sakti kakaknya Fabian. Bahkan Sakti ingin menyewa alat transportasi udara untuk Fabian tapi Fabian menolak karena merasa terlalu berlebihan.
"Sayang, kamu duduk sebelah aku kan ?" Fabian bertanya pada Renata.
"Celia yang duduk di sebelah mu, dia tak ingin jauh dari kamu. Aku duduk di belakang. Kalau ada apa-apa tinggal bilang saja" jawab Renata dengan wajah datarnya.
Fabian hanya bisa menelan rasa kecewanya dengan menghela nafas berat.
Butuh waktu kurang lebih 4 jam untuk sampai di Jakarta. Bila tahu Renata tak mau duduk disampingnya mungkin Fabian memilih menggunakan transportasi udara saja. Beberapa kali Fabian menoleh kebelakang hanya untuk melihat wajah istrinya. Tapi tak juga puas.
***
Setibanya di Jakarta, Fabian disambut antusias oleh ayah nya. Dengan wajah penuh tangis menyambut kedatangan Fabian.
"Maafin papi tidak menemani mu, Nak. Papi malah jatuh sakit ketika mendengar kamu kecelakaan. Kamu gak tau gimana hancurnya hati papi saat tahu kamu tak sadarkan diri," ucap ayah Fabian dengan terus menciumi wajah anaknya.
Tak terbayangkan bila papinya tahu dengan siapa Fabian mengalami kecelakaan mungkin akan lebih berat lagi beban ayah Fabian.
"Iya gak apa-apa pi. Aku udah sehat sekarang papi jangan khawatir," jawab Fabian dengan mata berkaca-kaca.
Waktu terus beranjak, setiap orang mulai meninggalkan rumah Fabian. Kini hanya ada mereka dan asisten rumah tangga.
Fabian pun sudah memasuki kamar tamu untuk beristirahat.
"Sayang, kamu juga tidur disini kan nemenin aku ?" Tanya Fabian pada Renata yang tengah membenahi tempat tidur.
"Tentu saja, tidak mungkin aku tidur di rumah laki - laki lain bukan ?" Renata balik bertanya tanpa melihat ke arah Fabian.
Fabian terdiam, dia sadar dengan sindiran istrinya. Tak ingin berdebat, ia hanya diam saja.
Tak lama Celia datang dengan boneka beruang ditangannya.
"Belum tidur sayang?" Tanya Fabian
"Belum daddy, kata mommy mulai hari ini kita akan tidur bertiga," Celia bersorak gembira.
Hati Fabian kembali terasa kecut.
Satu lagi penolakan dari Renata yang Fabian rasakan.
Kini istrinya tak mau lagi tidur berdua dengannya.
TBC...
Thank you for reading ❤️❤️❤️
Much love 😘😘😘
Bego apa gimana sih???
gila bener si sakti yg gak ada saktinya ini