Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wisata Pantai (Part 2)
Suara alarm dari ponsel Rena membangunkannya. Sedangkan Amanda yang ada disampingnya hanya menggeliat sebentar dan melanjutkan tidurnya. Rena segera bangkit, menuju toilet untuk mengambil air wudu dan kemudian segera melaksanakan sholat subuh.
Setelah itu Rena kembali membangunkan Amanda tapi tidak berhasil. Nampaknya Amanda sangat lelah karena tugasnya sebagai Panitia Penyelenggara.
Kemudian Rena keluar dari cottage mereka yang terisi 8 orang di dalamnya, 6 diantaranya adalah panitia penyelenggara yang terdiri dari 4 orang mahasiswa tinggat tinggi dan 2 orang staff.
Dia menuju pantai yang masih gelap berjalan menyusurinya sendirian. Nampak dari kejauhan beberapa mahasiswa yang sibuk bercanda di teras aula tempat mahasiswa menginap, sepertinya mereka tidak tidur semalaman. Tiba-tiba seseorang bergelayut di lengannya hingga membuat Rena terperanjat.
"Ya ampun Yanti ... bikin kaget saja!" pekik Rena.
"Kakak sih jalan-jalan sendirian masih gelap begini!" jawabnya sambil mengikuti langkah kaki Rena.
"Kamu sama siapa?" tanya Rena sambil mengedarkan pandangannya.
"Sama Echa, Bu ... tapi sekarang lagi panggil Nono di aula laki-laki." Yanti mengikuti langkah kaki Rena sambil memainkan air dengan kakinya.
"Kalian tidur dimana?" tanyanya lagi.
"Tadinya di aula perempuan, tapi Yori memberi kami jatah cottage dia, jadi kami tidur di cottage bersama 8 orang teman kami," jelas Yanti.
"Syukurlah kalau begitu."
Ternyata dia benar-benar berjiwa penolong. Rena membatin sambil terus berjalan menyusuri pantai.
"Kak ... Yanti boleh nanya sesuatu? Tapi Kakak jangan marah ya," tanya Yanti ragu-ragu.
"Silahkan, apa itu Yan?"
"Sebenarnya apa hubungan Kak Rena dan Yori? Banyak isu beredar kalau kalian pacaran, ada juga yang bilang sudah tunangan, tapi ada yang bilang juga kalian itu hanya sepupu."
Rena tertawa kecil. Dia sudah menduga akan seperti ini jadinya. Tapi ini semua tidak bisa dihindari apalagi kedekatan mereka memang bukanlah sesuatu yang wajar.
"Hubungan saya dan Yori hanya sebatas teman saja. Kalau terlihat dekat, itu seperti adik kakak saja kok."
"Tapi ... menurut Yanti, sikap Yori pada Kak Rena itu beda banget. Dia perhatian banget kalau sama Kakak. Coba kalau sama saya atau kak Manda, dia cuek saja."
"Yah mungkin aja dia takut saya kasih nilai jelek makanya dia bersikap seperti itu." kata Rena kekeh.
Yanti mengiyakan penjelasan teman kecilnya itu, yang saat ini menjadi dosennya. Meskipun Yanti masih penasaran tapi dia tidak berani bertanya lagi.
Kemudian Nono dan Elsya datang dan ikut bergabung dengan mereka. Mereka bercerita tentang masa kecil mereka sambil menyusuri pantai. Mereka berkejar-kejaran saling memercikkan air. Rena yang menghindari serangan dari Yanti dan Nono berlari mundur dan menabrak seseorang. Dia terjatuh.
Rena mengangkat kepalanya dan melihat Yori sedang mengulurkan tangannya pada Rena untuk membantunya berdiri. Rena menyambutnya dan berdiri membersihkan pasir yang mengenai tangan dan jilbabnya. Yori pun ikut membantunya membersihkan jilbab Rena dan juga telapak tangan Rena.
"Ehem .. Ehem." Deheman Yanti, Nono dan Elsya menyadarkan mereka akan keberadaan orang lain.
"Tadi katanya tidak mau ikut!" kata Nono pada Yori.
"Ya baru mau sekarang!" jawabnya datar. Tiba-tiba Elsya berteriak.
"Hei lihat!!" seru Elsya excited sambil menunjuk sesuatu.
Mereka berempat pun mengikuti arah telunjuk Elsya yang mengarah ke laut yg terhampar luas. Tampak sunrise dan cakrawala pagi yang exotic, mempesona siapa pun yang melihatnya. Mereka terhipnotis, seakan tak mau kehilangan sedetikpun moment menakjubkan hasil karya sang Pencipta. Tanpa sadar Rena mengenggam tangan Yori yang berada di sampingnya. Yori yang menyadarinya tetap membiarkannya dan menyambut genggaman tangan gadis itu.
"Cantik," gumamnya pelan sambil tersenyum melihat wajah Rena yang asik memandangi langit. Deburan ombak yang mengenai mereka akhirnya menyadarkan mereka. Rena pun yang sadar tengah mengenggam jemari Yori segera melepaskannya sebelum ada yang melihatnya.
Dia berpindah posisi ke samping Yanti yang berada di ujung kemudian mengajak mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka bermain air sampai baju mereka pun basah kuyup. Para mahasiswa dan dosen yang sudah ramai turun ke pantai menyemarakkan suasana pantai yang tadinya lenggang. Ada yang bermain volly pantai, banana boat, bermain pasir, berenang ataupun hanya sekedar berfoto ria.
*******
Menjelang tengah hari, setelah istirahat, sholat dan makan siang seluruh peserta wisata bersiap-siap untuk pulang. Mereka sibuk mengemasi barang-barang mereka masing-masing dan berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah di sepakati.
Rena membantu Amanda membereskan barangnya. Kemudian datang Yori mendekati mereka dan berdiri di pintu cottage.
"Perlu bantuan?" Yori menawarkan bantuan pada kedua sahabat itu. Rena memberi isyarat dengan tangannya bahwa mereka tidak memerlukan bantuan karena sudah hampir menyelesaikannya.
"Kamu nanti bareng aku ya, supaya langsung aku antar pulang!" kata Yori pada Rena.
"Bukannya kamu juga naik bus?" tanya gadis itu.
"Aku pakai mobil, sopir Papa membawa mobilku tadi pagi ke sini!" jawanya santai. Rena tertegun begitupun Amanda. Kemudian Rena berkata, "kalau begitu bareng Amanda juga, ya?"
"Waduh sepertinya aku tidak bisa ikut kalian deh, soalnya ada yang harus aku cek sampai di kampus nanti, sorry!" sela Amanda sambil menatap Rena dengan wajah menyesal. Rena menghela napas. Dia bingung harus bagaimana. Untuk menolak ajakan Yori rasanya sulit. Dia ingat kata-kata yang dibisikkan Yori sesaat sebelum mereka pergi kemarin.
Kali ini aku menurut sama kamu, tapi nanti jika aku minta kamu pun harus menurutinya.
"Kalau Yanti cs ikut bareng kita, boleh kan?" Rena memberi ide lain. Tori black mengangguk cepat, dia mengerti maksud gadis itu. Rena pun tersenyum. Dia memberikan tas nya pada Yori dan menuju cottage Yanti dan teman-temannya. Dia sedikit berlari hingga napasnya terengah-engah saat sampai di depan Yanti yang sudah bersiap menuju tempat berkumpul.
"Kakak kenapa lari-lari?" tanya Yanti keheranan.
"Ka-lian ikut aku aja bareng Yori naik mobilnya!" Rena berkata sambil mengatur nafasnya. Mereka saling pandang. Kemudian mengangguk dan mengikuti Rena menuju tempat Yori menunggu mereka. Sampai di tempat parkir nampak Yori berbicara dengan Pak Riko, Pak Dekan dan asistennya. Mereka menunggu dari jauh sampai Pak Dekan dan asistennya beranjak pergi.
Kemudian Rena mendekati Yori yang masih berbicara dengan pak Riko dan seorang dosen senior.
"Bu Rena masih ada hubungan keluarga ya sama Yori?" tanya dosen senior tersebut. Rena bingung menjawab apa. Dia kemudian melihat Yori memberi isyarat dengan kedipan mata dan anggukan.
"Iya Pak, keluarga jauh!" jawab Rena mantap
"Kalau begitu kami duluan ya Bu Rena, Yori!" pamit dosen itu dan pak Riko. Rena bernapas lega. Kemudian memanggil Yanti dan temannya-temannya yang menunggu tidak jauh dari tempat mereka dengan isyarat tangannya.Mereka pun masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk berangkat.
"Loh sopir papa kamu mana?" tanya Rena heran.
"Oh, dia sudah langsung pulang sama temannya." jelas Yori singkat. Mobil mereka perlahan bergerak masuk kedalam rombongan bus-bus dan mobil kampus. Mereka pun berangkat beriringan meninggalkan lokasi wisata itu.
Di tengah perjalanan sinar matahari nampak sangat menyilaukan. Yori yang mengenakan kacamata sepertinya tidak terganggu, dia fokus mengemudi. Berbeda dengan Rena, dia sibuk menutupi matanya dari cahaya matahari yang menyilaukan itu dengan telapak tangannya. Yori yang memperhatikan Rena, menggambil kaca mata dari dalam dashboard dan memakaikannya pada Rena.
Yanti dan teman-temannya yang melihat adegan itu saling berpandangan. Entah sudah berapa kali mereka melihat interaksi sepasang manusia yang berbeda umur itu seperti layaknya sepasang kekasih. Terkadang mereka minum dari botol yang sama dan saling menatap dan tentu saja perhatian Yori yang menurut mereka sudah overload dari sekedar teman biasa membuat mereka menebak-nebak hubungan seperti apa yang dosen mereka jalani saat ini.
Bersambung.
...****************...
...Hai Readersku tercinta 🖐️...
...Dukung Author ya dengan LIKE, KOMEN, VOTE DAN RATE 5. Kasih Hadiah juga boleh!...
...Terimakasih atas supportnya selama ini....
...Love you all....
...❤️❤️❤️...
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut