NovelToon NovelToon
Di Bawah Aturan Suami Baruku

Di Bawah Aturan Suami Baruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Konflik etika
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ziafan01

Saat Shima lyra senja seorang dokter berbakat di rumah sakit ternama, menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dunianya hancur seketika.
Pengkhianatan itu tidak hanya merenggut pernikahannya, tapi juga rumah, nama baik, dan tempat untuk pulang.
Di titik terendah hidupnya, ia menerima tawaran tak masuk akal datang dari Arru Vance CEO miliarder dingin dengan aturan yang tidak bisa dilanggar. Pernikahan kontrak, tanpa cinta, tanpa perasaan. Hanya ada aturan.
Namun, semakin dekat ia dengan Arru, semakin ia sadar bahwa sisi dingin pria itu menyembunyikan rahasia berbahaya dan hati yang mampu merasakan semua yang selama ini ia rindukan.
Ketika pengkhianatan masa lalu kembali muncul dan skandal mengancam segalanya, Shima harus memilih: mengikuti aturan atau mempertaruhkan segalanya demi cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziafan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HARI PERTAMA MENJADI NY. VANCE

Arru mendengarkan tanpa ekspresi. Setiap poin hanya dibalas dengan anggukan singkat.

Ethan menutup tablet, lalu menunggu perintah berikutnya.

Arru menoleh pada Shima. “Jadwal istriku?”

Shima yang sedang minum teh langsung tersedak.

“Uhuk… uhuk…”

Arru refleks berdiri, mengambil gelas air di depannya, dan menyodorkannya pada Shima. “Minum.”

Shima menerima gelas itu, wajahnya sedikit memerah. “Terima kasih…”

Ia baru sadar Ethan menatapnya, lalu Arru, dengan ekspresi menahan senyum profesional.

“Kenapa kau kaget?” tanya Arru tenang, kembali duduk.

“Kau sekarang istriku. Aku harus tahu ke mana kau pergi dan jam berapa kau pulang.”

Shima menunduk sedikit, masih berdeham. “Itu… terdengar seperti pengawasan.”

“Bukan,” jawab Arru singkat.

“Itu tanggung jawab.”

Ethan segera membaca dari tablet lain. “Hari ini Dokter Shima memiliki dua operasi, satu tindakan darurat siang hari, dan rapat etik sore.”

Arru mengangguk. “Pastikan tidak ada jadwal tambahan tanpa pengawalan.”

“Baik, Tuan.”

Setelah Ethan pergi, Arru kembali menatap Shima. “Aku akan siapkan sopir untukmu.”

Shima menggeleng pelan. “Tidak perlu. Saya biasa menyetir sendiri.”

Arru menatapnya sejenak. Lama. Seolah menimbang.

“Ada alasan?”

“Aku lebih nyaman sendiri,” jawab Shima jujur. “Dan… aku ingin tetap seperti biasa.”

Beberapa detik hening.

“Baik,” Arru akhirnya berkata. “Aku setuju.”

Shima sedikit terkejut. “Benarkah?”

“Namun,” Arru melanjutkan, “kau gunakan mobil yang disiapkan rumah ini.”

Shima mengangguk pelan. “Baik.”

Sarapan pun selesai.

Arru berdiri lebih dulu. “Kita berangkat.”

Mereka berjalan beriringan menuju pintu depan, lalu berpisah di halaman dua mobil hitam mewah terparkir berdampingan.

Shima berhenti sejenak sebelum masuk ke mobilnya, menatap pantulan dirinya di kaca. Kalung berlian itu masih terpasang. Kilau kecil yang mengubah segalanya.

Arru sudah masuk ke mobilnya ketika ia berkata tanpa menoleh,

“Jangan pulang terlalu malam.”

Shima menjawab pelan, tapi tegas, “Saya akan berusaha.”

Dua mobil melaju ke arah berbeda menuju dunia masing-masing.

Namun pagi itu, untuk pertama kalinya, Shima menyadari satu hal:

Ia tidak lagi berjalan sendirian.

Di lantai tertinggi gedung Vance Corporation, Arru Vance duduk di balik meja kerjanya yang luas. Dinding kaca memantulkan kota yang bergerak cepat di bawah sana dunia yang biasa ia kendalikan hanya dengan satu keputusan.

Ethan berdiri di samping meja, membacakan laporan keuangan dengan nada datar.

“Divisi Eropa naik dua persen. Aku sudah amankan kontrak farmasi itu, Tuan.”

Arru mengangguk singkat. “Lanjutkan.”

Tablet di depannya menampilkan grafik dan angka. Semua bergerak sesuai rencana. Terlalu rapi. Terlalu terkendali.

Entah kenapa, Arru menghentikan gerakan jarinya.

Pandangan hitamnya beralih ke sudut layar ikon kecil yang jarang ia buka kecuali untuk memastikan satu hal: keamanan.

Ia mengetuknya sekali.

Layar tablet berubah.

Citra CCTV dari Vance Medical Center muncul salah satu fasilitas yang berada langsung di bawah yayasan perusahaannya. Beberapa sudut ruangan berganti otomatis, sampai akhirnya berhenti di koridor rawat inap.

Shima.

Ia sedang melakukan visit pasien.

Rambutnya disanggul rapi. Jas dokternya bersih, namanya tersemat jelas di dada. Cara bicaranya tenang, tegas, penuh kendali. Pasien mendengarkan dengan patuh. Para residen mengikuti setiap instruksinya.

Arru tidak berkedip.

Ethan menyadari jeda itu. Ia berhenti bicara.

“Tuan?”

Arru tetap menatap layar. “Ia bekerja.”

Bukan pertanyaan. Pernyataan.

Di layar, Shima menunduk sedikit saat berbicara pada seorang pasien lansia, senyumnya kecil bukan senyum yang dibuat untuk publik. Senyum profesional. Hangat. Tulus.

Ada sesuatu yang mengeras di rahang Arru.

Ia memperbesar gambar. Terlalu dekat.

“Cukup,” katanya pelan, lalu mengecilkan kembali layar itu.

Ethan mengangkat alis, tapi tidak bertanya. Ia sudah terlalu lama mengenal Arru untuk tahu kapan harus diam.

“Pastikan tidak ada satu pun gangguan di rumah sakit hari ini,” perintah Arru datar.

“Dan kirimkan makan siang ke ruang dokter utama. Tanpa nama pengirim.”

Ethan mengangguk. “Untuk Dr. Senja?”

Arru menoleh sekilas. Tatapannya dingin, tapi jawabannya singkat.

“Istriku.”

Tablet itu terkunci kembali. Arru bersandar, menatap kota di luar jendela.

Ia tidak seharusnya peduli.

Kontrak itu jelas.

Aturan itu tegas.

Namun bayangan Shima yang berdiri tegak di tengah rumah sakit dunia yang sempat mencoba menghancurkannya meninggalkan kesan yang tak bisa ia tepis begitu saja.

Arru menghela napas pelan.

“Hanya memastikan asetku baik-baik saja,” gumamnya, lebih pada dirinya sendiri.

Tapi bahkan ia tahu alasan itu mulai terdengar tidak sepenuhnya jujur.

***

Ruang operasi terasa lebih dingin dari biasanya. Lampu sorot menyinari meja operasi dengan cahaya putih yang menyilaukan, sementara suara monitor jantung berdetak stabil. Arya berdiri di sisi kanan pasien, tangannya terbungkus sarung tangan steril, pisau bedah berada di genggamannya.

Seharusnya ini rutin.

Seharusnya ia tenang.

Namun satu kalimat itu terus berputar di kepalanya.

“Toh tadi malam kami sudah melakukan bulan madu itu.”

Tangan Arya sedikit gemetar.

“Dokter Arya?”

Salah satu perawat memanggil pelan. Arya tersentak, lalu berdehem.

“Lanjutkan.”

Ia kembali fokus ke sayatan, tapi pikirannya melayang. Wajah Shima muncul bukan yang lelah dan penuh luka seperti dulu, melainkan Shima pagi tadi. Percaya diri. Tegak. Dengan kalung berlian di lehernya dan mobil mewah yang mengantar ke rumah sakit.

Dan kalimat itu.

Bulan madu.

Bersama Arru Vance.

Monitor jantung berdetak sedikit lebih cepat. Arya menekan rahangnya, mencoba mengendalikan napas. Ia menarik alat bedah, tapi sudutnya melenceng sepersekian detik.

“Dok… sudutnya..”

“Aku tahu!” potong Arya terlalu cepat.

Ruangan mendadak senyap.

Ia memperbaiki posisi tangannya, berusaha kembali presisi. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di dadanya panas, sesak, dan penuh rasa kalah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Bagaimana mungkin Shima… Bagaimana mungkin dia bisa tersenyum seperti itu?

Bukan menangis.

Bukan hancur.

Bukan meratap seperti yang ia kira akan terjadi.

Arya menelan ludah.

Dia seharusnya menyesal.

Dia seharusnya runtuh tanpaku.

Namun yang ia lihat justru kebalikannya.

Instruksi berikutnya keluar dari mulutnya, tapi nadanya kaku. Gerakannya mekanis. Ia bekerja bukan dengan ketenangan, melainkan dengan amarah yang dipaksa diam.

“Dokter Arya, tekanan pasien naik,” lapor perawat anestesi.

Arya mengangguk singkat, matanya menajam. Ia menarik napas panjang, mencoba kembali menjadi dokter bukan pria yang sedang kehilangan kendali atas hidupnya sendiri.

Di balik masker, bibirnya terkatup rapat.

Bulan madu.

Kata itu menghantam lebih keras daripada pisau bedah di tangannya.

Untuk pertama kalinya sejak Shima pergi, Arya sadar satu hal yang membuat dadanya semakin sesak. Ia bukan hanya kehilangan istrinya. Ia kehilangan kendali dan itu membuatnya berbahaya.

Menjelang siang, koridor rumah sakit kembali sibuk oleh langkah kaki dan bunyi troli medis yang lalu-lalang. Shima baru saja menyelesaikan visit terakhirnya ketika seorang perawat muda menghampiri dengan raut bingung.

“Dokter Senja… ini untuk Anda.”

Sebuah tas makan siang berwarna hitam doff disodorkan. Tidak ada logo rumah sakit. Tidak ada kartu ucapan. Hanya pita tipis berwarna perak yang diikat rapi terlalu rapi untuk sekadar kiriman biasa.

Shima mengernyit pelan. “Dari siapa?”

Perawat itu menggeleng. “Kurirnya tidak mau menyebutkan nama. Hanya bilang… harus sampai ke tangan Dokter Senja.”

1
Wita S
kereennnn
Sweet Girl
Siram bensin terus aja...
Sweet Girl
Buat memelihara bangkai di rumah, Laura... mending dibuang aja.
Sweet Girl
Dan bakal kehilangan Dana segar Luuu pada...
Sweet Girl
Asyeeek... beli yang kau mau, Shima...
bikin mereka yg menyakiti melongo.
Sweet Girl
Tunggu tanggal mainnya duo penghianat.
ketawa aja kalian sekarang sepuasnya, sebelum ketawa itu hilang dr mulut kalian.
Sweet Girl
Nah Lu... kapok Lu... sekalian aja seluruh Penghuni rumah sakit denger...
Sweet Girl
Kelihatan sekali yaaaa klo kalian itu bersalah.
Sweet Girl
Ada Gondoruwo🤪
Sweet Girl
Kamu pikir, setelah kau rampas semua nya, Shima bakal gulung tikar...
OOO tentu tidak... dia bakal semakin kaya.
Sweet Girl
Masuklah sang Penguasa 🤣
Sweet Girl
Dan pilihan mu akan menghancurkan mu... ojok seneng disek...
Sweet Girl
Kamu yang berubah nya ugal ugalan Brooo
Sweet Girl
Ndak bahaya ta... pulang sendiri dengan nyetir mobil sendiri?
Sweet Girl
Kok ngulang Tor...???
Sweet Girl
Wes ora perlu ngomong, Ndak onok paedaheee.
Sweet Girl
Naaah gitu dong... semangat membongkar perselingkuhan Suami dan sahabat mu.
Sweet Girl
Musuh dalam selimut, iya.
Sweet Girl
Gayamu Ra... Ra... sok bener.
Sweet Girl
Kamu jangan kebanyakan mikir tho Syma...
mending bergerak, selidiki Arya sama Laura.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!