NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:903
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 25: Pilihan Hati dan Langkah Baru

​"Bisa diulang sekali lagi? Kamu menolak posisi Regional Director?"

​Suara Pak Surya di seberang telepon terdengar sangat tidak percaya, seolah-olah Maya baru saja mengatakan bahwa bumi itu kotak. 

Beberapa bulan sudah berlalu. Pak Surya sudah berulang kali menghubunginya untuk menawarkan hal yang sama, meski Maya sudah menolaknya. 

Maya menarik napas panjang, matanya menatap papan nama kayu yang baru saja dipasang di depan warungnya. Dapur Rempah Maya. Tulisan itu diukir dengan tangan, terasa jauh lebih berharga daripada papan nama akrilik di gedung pencakar langit Jakarta.

​"Iya, Pak. Terima kasih banyak atas tawarannya, tapi hati saya sudah di sini. Saya sudah punya 'kantor' sendiri sekarang," jawab Maya dengan nada yang sangat mantap. Tidak ada lagi keraguan yang kemarin sempat menghantui pikirannya.

​"Tapi Maya, fasilitasnya... masa depanmu..."

​"Masa depan saya tidak ditentukan oleh seberapa tinggi lantai kantor saya, Pak. Tapi seberapa bermanfaat masakan saya buat orang-orang di sekitar saya. Permisi, Pak, saya ada peresmian resto sekarang."

​Maya mematikan sambungan telepon itu dengan senyum lebar. Dia merasa seperti baru saja melepas beban seberat satu ton dari punggungnya.

 Dia berbalik dan menemukan Arlan sudah berdiri di belakangnya, bersandar di pilar kayu resto yang baru direnovasi. Pria itu mengenakan kemeja batik modern yang sangat pas di tubuh tegapnya.

​"Jadi, Jakarta resmi tinggal kenangan?" tanya Arlan. Sudut bibirnya terangkat tipis, menunjukkan kelegaan yang tidak bisa disembunyikan.

​"Iya. Lagian, siapa yang mau urus CEO yang nggak bisa bedain bawang merah sama bawang putih kalau aku pergi?" goda Maya.

​Arlan terkekeh, langkahnya mendekat ke arah Maya. "Pilihan yang cerdas. Meskipun secara bisnis Pak Surya pasti menangis, tapi secara pribadi, saya merasa seperti baru saja memenangkan tender terbesar tahun ini."

​"Jangan gombal. Ayo, tamu-tamu sudah datang. Ibu juga sudah nunggu di depan," Maya menarik lengan Arlan menuju halaman resto.

​Resto itu kini terlihat sangat cantik. Dinding bambu yang dulu kusam sudah diganti dengan kayu jati yang divernis mengkilap. 

Meja-meja panjang dialasi taplak kain tenun lokal. Aroma daging rempah jati yang legendaris itu sudah memenuhi udara, membuat siapa pun yang lewat menelan ludah.

​Ibu Sum duduk di kursi VIP dengan wajah yang berseri-seri. Kesehatan beliau membaik drastis sejak kabar Siska dan Adit resmi ditahan kepolisian beredar luas.

 Kasus penggelapan dana itu menjadi berita nasional, menghancurkan reputasi keluarga Pratama sampai ke akar-akarnya.

Kabarnya, Adit bahkan harus menjual seluruh aset keluarganya untuk mengganti rugi perusahaan, sementara Siska masih terus berteriak histeris di balik jeruji besi, menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri.

​"Neng Maya! Ya ampun, restonya bagus banget! Kayak hotel bintang lima tapi rasanya tetep hangat!" puji Bu RT yang datang paling awal, kali ini tanpa membawa mangga sogokan karena dia tahu Maya sudah tidak bisa disuap dengan hal sepele.

​"Makasih, Bu RT. Silahkan duduk, hidangannya sebentar lagi keluar," jawab Maya ramah namun tetap berwibawa.

​Arlan berdiri di samping Maya saat sesi pemotongan pita. Dia menyerahkan gunting emas kepada Maya. "Silakan, Bos. Ini harimu."

​Maya menoleh ke arah Arlan, lalu ke arah Ibunya. Dengan tangan yang stabil, dia memotong pita merah itu. Tepuk tangan meriah pecah dari para tamu dan warga desa yang hadir. Saat itu juga, Maya resmi menandatangani dokumen kontrak eksklusif dengan Dirgantara Utama Group.

​"Kontrak jangka panjang, Maya. Tidak ada jalan keluar sekarang," bisik Arlan tepat di telinga Maya saat mereka berfoto bersama.

​"Siapa yang mau keluar? Aku baru saja mulai," sahut Maya penuh percaya diri.

​Acara makan-makan berlangsung sangat meriah. Maya tidak lagi berdiri di dapur belakang yang panas sendirian. 

Dia kini memimpin tim kecil yang terdiri dari ibu-ibu desa yang sudah dia latih secara profesional. 

Dia berjalan dari meja ke meja, memastikan semua tamu puas, persis seperti seorang manajer hebat, namun dengan jiwa seorang koki sejati.

​Sore menjelang saat tamu-tamu mulai pulang. Langit berubah menjadi oranye keunguan di ufuk barat. Arlan mengajak Maya berjalan ke teras belakang yang menghadap ke arah sawah yang baru saja ia beli untuk menjadi kebun rempah mandiri restonya.

​"Semuanya sempurna, Maya. Kamu berhasil membuktikan kalau kata-kata Siska soal 'produk gagal' itu sampah," ujar Arlan. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya.

​Maya menahan napas. Jantungnya berdebar kencang. Jangan bilang dia mau melamar di sini? Terlalu cepat, Arlan! batinnya panik namun ada rasa senang yang terselip.

​"Ini untukmu," Arlan menyerahkan kotak itu.

​Maya membukanya dengan tangan gemetar. Namun, matanya membelalak saat melihat isinya. Bukan cincin berlian, melainkan sebuah kunci logam kuno dengan gantungan berbahan kulit yang bertuliskan alamat di pusat kota kabupaten.

​"Ini... kunci apa?" tanya Maya bingung.

​"Itu kunci sebuah gedung tua di pusat kota. Bangunan kolonial yang sangat cantik. Saya sudah membelinya atas nama perusahaan kateringmu," Arlan menatap Maya dengan serius. "Itu akan menjadi cabang pertama Dapur Rempah Maya di kota. Kita akan bawa konsep ini ke pasar yang lebih luas."

​Maya menatap kunci itu, lalu menatap Arlan. "Arlan, ini terlalu banyak. Aku baru saja buka yang di sini..."

​"Ini bukan cuma soal ekspansi, Maya. Ini soal kemitraan kita. Kamu punya bakat, saya punya akses. Dan gedung itu... posisinya tepat di depan kantor cabang utama Pratama Food yang baru saja bangkrut," Arlan tersenyum miring, senyum yang penuh kemenangan. "Saya ingin saat Siska keluar dari masalah hukumnya nanti, dia harus melihat namamu terpampang besar sebagai penguasa pasar yang baru."

​Maya tertawa, air mata haru menggenang di sudut matanya. Pria ini benar-benar tahu cara memberikan hadiah yang bermakna. "Kamu bener-bener tembok pelindung yang paling berisik ya?"

​Arlan meraih tangan Maya, menggenggamnya erat. Dia tidak melepaskannya kali ini. "Ini langkah awal kita, Maya. Bersama. Bukan cuma sebagai mitra bisnis, tapi sebagai dua orang yang akan membangun sesuatu yang besar dari nol."

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!