Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.
Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.
Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.
Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.
Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.
Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Istimewa
"Thank you, sweety." ucap seorang pemuda yang merupakan turis asing dari Perancis.
Mereka merupakan tamu yang datang ke restoran ini untuk menikmati hidangan yang disajikan oleh Panorama Restoran.
Sejak kemarin Gita membantu adik iparnya di restoran ini. Dia juga menginap di rumah milik Elisa yang ternyata hanya tinggal berdua saja dengan satu orang asisten rumah tangga.
Gita yang awalnya hanya ingin membantu karena melihat Bagas dan Elisa cukup kerepotan melayani rombongan turis yang datang kemarin.
Tapi lama kelamaan, Gita malah menyukai perannya sebagai pelayan restoran. Dengan kemampuan bahasa Inggrisnya yang lumayan, Gita pun berhasil menjadi pelayan yang paling disukai para turis tersebut.
"Wah, kalau begini sih, aku bakalan bangkrut karena harus ngasih bonus besar ke mbak Gita." ucap Elisa saat melihat para turis asing yang mencuri pandang pada kakak iparnya.
"Yang minta bonus ke kamu itu siapa? Simpan aja duitmu itu. Kamu nggak bakalan mampu kalau aku minta bayaran." sahut Gita dengan sombong. Padahal dia sendiri yakin jika kekayaan Elisa mungkin lebih banyak darinya.
Secara Elisa adalah anak tunggal dan punya warisan yang banyak. Usahanya pun cukup berkembang dan ramai.
"Dih, kakak ipar masih aja jual mahal. Iya deh, bonus dari aku mana bisa dibandingkan sama almarhum suami mbak Gita yang pembalap itu." kata Elisa sambil mencebikan bibirnya.
"Hmm... Itu tau. Udah nggak terlalu ramai lagi. Mbak pengen jalan, bosen juga lama-lama terkurung di pulau ini. Kok, bisa kalian tinggal belasan tahun di sini. Berasa kayak di film Cast Away tau nggak."
Mendengar gerutuan Gita, adik iparnya itu pun tertawa. Kakak iparnya ternyata selucu itu, membandingkan hidup mereka di pulau ini dengan film yang di bintangi oleh Tom Hanks itu.
"Itu mah terdampar, mbak. Beda kali dengan kita. Fasilitas di sini jauh menunjang kehidupan orang di pulau. Kami juga masih bisa jalan-jalan ke kota kalau lagi pengen. Pakai itu." kata Elisa sambil menunjuk sisi sebelah kiri restoran. Dimana ada dermaga pribadi milik keluarga Elisa dan terdapat tiga buah speedboat, sebuah perahu motor dan... yatch.
Gila... Si Elisa itu ternyata sangat kaya. Hampir saja Gita menggigit lidahnya karena merasa minder dengan adik iparnya.
Kelihatan saja si Elisa ini biasa-biasa saja ternyata konglomerat.
"Mbak Gita kalau mau jalan ke pulau lain atau ke Jepara nanti biar diantar sama pak Budi. Dia yang biasa bawa perahu." kata Elisa sambil menunjuk seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yang sedang membawa beberapa jerigen bahan bakar.
"Itu kayaknya pak Budi mau jalan. Mau ambil bahan-bahan buat restoran. Kalau mbak mau ikut aja. Kali aja pengen belanja di kota." kata Elisa.
Gita berpikir sejenak, dia memang harus ke kota sekarang. Karena ada beberapa benda yang harus dia beli.
Awalnya dia hanya berniat tinggal satu minggu di tempat ini. Tapi Gita malah betah dan ingin memperpanjang waktunya di sini.
"Okelah kalau gitu. Aku ikut." kata Gita setuju.
Akhirnya, Gita pun berangkat bersama pak Budi dan dua orang pegawai restoran. Dan juga... Bagas.
Lelaki yang sempat menunjukkan rasa tertariknya saat awal pertemuan mereka kini terlihat menjaga jarak dengannya.
Gita tak tau apa sebabnya, tapi lebih baik begini. Dia tak perlu repot-repot mengatakan jika dia tak tertarik dengan lelaki itu.
Sepanjang perjalanan Gita menikmati birunya lautan dan juga beberapa hewan laut yang tampak dari atas air yang jernih itu.
Di tengah-tengah perjalanan, Gita melihat sebuah yatch mewah dan harganya pasti lebih mahal dari punya Elisa.
Gita yakin mereka adalah rombongan tamu yang datang ke pulau. Sepertinya dia tak akan berlama-lama untuk berbelanja jika sampai di kota nanti.
Kasian Elisa jika hanya sendirian mengurusi para tamu, sedangkan Bagas ikut bersamanya.
Sesampainya di dermaga, Bagas mengajak Gita menaiki mobil double cabin yang terparkir di sebuah garasi khusus.
Gita duduk di belakang bersama seorang wanita muda yang merupakan staf bagian dapur. Di depannya Bagas mengendarai mobil dan disebelahnya ada seorang pemuda bernama Chiko. Lelaki itu merupakan karyawan bagian kebersihan.
"Saya dan Chiko akan tunggu di sini. Reni akan menemani mbak Gita supaya tidak kesasar. Kalau mbak Gita sudah selesai bisa kembali ke tempat ini." kata Bagas saat mereka sampai di sebuah pasar tradisional tapi terlihat cukup lengkap.
"Oh... Oke... Terima kasih." kata Gita lalu pergi bersama Reni meninggalkan Bagas.
Jujur saja dia merasa sangat canggung untuk berbicara dengan Bagas. Sikapnya yang dingin membuat Gita merasa bersalah karena sempat menipunya kemarin.
Gita pun akhirnya masuk ke sebuah toko yang menjual pakaian. Gita membeli beberapa set pakaian dalam lalu daster dan kaos. Jujur saja dia tak membawa banyak pakaian, karena mengira dia hanya akan sebentar saja.
Lagipula pakaian yang dibawanya hanya dua kemeja dan celana pendek, dua baju tidur serta satu dress yang semuanya sudah kotor dan di cuci oleh asisten rumah tangga Elisa tadi pagi. Kecuali kemeja biru dan celana pendeknya ini.
"Kamu juga pilih yang kamu suka. Nanti saya yang bayarin." ucap Gita pada Reni.
Gadis itu menatap Gita tak percaya, mungkin karena Gita menawarkan dengan wajah datar.
"Udah cepetan, Ren. Kasian nanti mas Bagas dan Chiko kalau harus nungguin kita." ucap Gita sambil menepuk pelan bahu Reni.
"Boleh beli itu, mbak?" tanya Reni sambil menunjuk sebuah gamis biru bermotif bunga.
"Boleh, tapi kamu mau pakai itu ke mana? Pulau itu kan panas banget, apa nggak pengap pake itu?" tanya Gita.
"Buat ibuku mbak, lebaran kemarin aku belum bisa belikan ibu baju. Soalnya THR ku habis buat beli baju seragam dan sepatu adik-adikku." kata Reni malu-malu. Gadis itu menundukkan kepalanya karena merasa tak enak hati pada Gita. Bisa-bisa Gita menganggap dirinya memanfaatkan kesempatan.
"Oh... beli aja. Beli beberapa buah pakaian untuk ayah dan adik kamu juga. Buat kamu juga." kata Gita.
Reni mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah wanita cantik itu. Karena tubuhnya memang lebih pendek dari Gita yang memiliki tinggi 168 cm.
"Buruan sana.. Aku tunggu di kasir ya." ucap Gita sambil tersenyum.
Saat berdiri di dekat Kasir, mata Gita berbinar saat melihat dress pendek dengan lengan sabrina yang dipakai oleh manekin. Dress berwarna putih dengan motif bunga matahari itu terlihat cantik.
Terdapat kerut di bagian dada hingga pinggang, dan mengembang pada bagian roknya membuat dress itu semakin manis.
"Mbak, saya mau lihat yang itu bisa?" tanya Gita pada pramuniaga toko.
Tentu saja wanita itu mengangguk dan segera melakukan apa yang diinginkan oleh Gita. Apalagi costumer yang satu ini sudah memborong banyak pakaian di tokonya.
"Cantiknya..." ucap Reni dan pramuniaga toko bersamaan saat melihat Gita memakai gaun itu.
"Mbak, dress-nya mau langsung saya pakai." ucap Gita dengan semangat. Kulit Gita tak cerewet dan memiliki alergi apapun. Jadi dia tak perlu mencuci pakaian ini lagi.
Toh, dia dulu sering memakai pakaian bekas. Jadi santai saja, mau pakai ya tinggal pakai.
Setelah selesai memilih, Gita pun membayar belanjaan mereka. Gita pun mengajak Reni kembali ke area parkiran ujung pasar.
Ternyata di sana Bagas dan Chiko sudah selesai, semua barang-barang yang dipesan sudah tersimpan rapi di bak mobil.
"Sudah selesai?" tanya Bagas yang terpana melihat penampilan Gita yang lebih fresh bak remaja.
"Masih mau keliling?" tanyanya lagi dan dijawab Gita dengan gelengan kepala.
"Sudah semua, ayo kita balik." ajak Gita lalu masuk ke dalam mobil.
Bagas pun mengangguk dan segera duduk di belakang kemudi. Mereka bersiap untuk pulang ke pulau.
Sepanjang perjalanan, Gita menyadari beberapa kali Bagas mencuri pandang dan menatapnya. Tapi ketika tertangkap pandangan Gita, lelaki itu akan membuang mukanya.
Gita yang malas bertanya pun hanya mengacuhkan saja. Hingga ketika mereka berada di dekat dermaga.
Bagas menghampiri Gita yang sedang duduk di area belakang perahu sambil menyaksikan pemandangan laut.
"Kamu suka?" tanya Bagas tiba-tiba
"Heh? Apa?" tanya Gita yang sempat kaget karena Bagas datang tiba-tiba dan bicara dengannya.
"Pemandangan laut, kamu suka?" tanya Bagas lagi.
Gita menatap lautan biru itu kembali di lalu mengangguk.
"Suka.... Mereka cantik." kata Gita sambil menunjuk gugusan pulau yang tampak indah.
Cukup lama mereka diam, larut dalam pikirannya masing-masing.
"Saya dan Gilang adalah sahabat baik. Kami tumbuh besar bersama di pulau itu." kata Bagas akhirnya.
Gita yang mendengar nama adiknya disebut oleh Bagas, lalu menoleh dan menatap lelaki di sebelahnya itu.
"Kami dulu bersekolah di tempat yang sama, bisa dibilang kami sahabat yang tak terpisahkan. Dimana ada Gilang disitu ada saya, begitu juga sebaliknya. Hingga Gilang memutuskan untuk kuliah di Semarang dan saya memilih bekerja di restoran, barulah kami berpisah."
"Dia... Seperti apa Gilang saat sekolah dulu?" tanya Gita yang tak mampu menyembunyikan perasaan sedihnya mengingat sang adik yang terpisah darinya.
"Gilang itu pintar, dia selalu juara umum di sekolah. Bahkan kuliah pun dia mendapatkan beasiswa. Gilang selalu berpikiran dewasa dibandingkan usianya yang masih remaja. Restoran itu adalah idenya, walaupun pak Rama yang membangun tapi semua manajemen dikendalikan oleh Gilang. Dan saat itu dia baru kelas dua SMA." kata Bagas.
Gita tersenyum bangga, adiknya memang selalu bisa diandalkan. Dulu dia lah yang membantu Gita menjaga dan merawat Gian.
"Tapi setelah kejadian dua tahun lalu dia melepaskan restoran dan memilih melanjutkan S2 nya di luar negeri."
"Kejadian? Kejadian apa, kalau saya boleh tau,?" tanya Gita yang penasaran
"Bu Hana, istri pak Rama meninggal dunia saat terjadi tsunami yang menghancurkan restoran." kata Bagas
"Dulu restoran kami tidak seperti sekarang, bangunan restoran yang Gilang bangun semuanya hancur karena tsunami. Yang membuatnya terpukul adalah kematian Bu Hana."
"Mereka tampaknya sangat menyayangi Gilang, ya?"
"Sangat, bahkan terkadang aku suka iri dengan Gilang. Tapi mengingat dia yang kehilangan keluarga dan ingatannya membuatku kasihan padanya."
"Lalu menurut kamu, apakah dia akan senang jika bertemu denganku? Apalagi sekarang dia sudah bahagia bersama istrinya." Gita menanyakan pendapat Bagas. Bagaimana pun lelaki itu teman baik adiknya pasti mengetahui karakter Gilang.
"Pasti... Dia akan senang bertemu dengan sosok yang selalu muncul dalam mimpinya."
Bagas tersenyum sambil menatap Gita.
"Gilang selalu menganggap mu adalah gadis yang dia cintai sebelum kehilangan ingatannya. Nama Gita sendiri sering keluar tanpa sadar dari mulutnya. Dia sangat terobsesi dengan nama Gita, hampir semua teman wanita di media sosialnya bernama Gita." lanjut Bagas,
kemudian lelaki terkekeh mengingat kelakuan bodoh Gilang yang mengira jika Gita itu pacar masa kecilnya, ternyata kakak kandungnya.
"Ck... Pemikiran apa itu." ucap Gita sambil merinding membayangkan Gilang yang tergila-gila padanya, kakak kandungnya sendiri.
"Dia sudah menikah, harusnya memikirkan Elisa bukan yang lain." ucap Gita.
"Hanya saja Gilang tak mencintainya, Elisa hanya cinta sendiri. Karena hutang budi pada Pak Rama dia bersedia menikahi Elisa."
Gita membelalakkan matanya lalu menoleh ke arah Bagas, niatnya mau protes tapi tidak jadi. Karena Gita melihat sesuatu di mata lelaki yang sedang menatap ke arah laut.
Kesedihan dan kekecewaan...
Jangan-jangan Bagas...
"Kamu menyukai Elisa?"
Bagas menoleh ke arah Gita dan belum sempat Bagas menjawab, perahu mereka sudah bersandar di dermaga.
"Harusnya kamu bisa jadi lelaki gentle yang memperjuangkan cintamu. Elisa tak akan bahagia jika cintanya bertepuk sebelah tangan pada Gilang. Aku juga tak akan membiarkan adikku hidup dalam pernikahan tanpa cinta. Mereka akan menderita jika tetap bersama." kata Gita
Jika salah satu sudah tak mencintai, yang ada rumah tangga itu seperti neraka, seperti orang tuanya.
"Semangat lah, kalau kamu tak masalah menikahi janda maka berusahalah. Fighting!!," ucap Gita sambil menunjukkan kepalan tangan kanan dan kirinya di depan Bagas.
Lalu Gita pun turun ke dermaga, sementara yang lain masih mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa tadi.
Di sisi kiri perahu Gita melihat yatch yang berpapasan dengan mereka saat berangkat tadi.
Ketika dilihat dari dekat, ternyata yatch ini sangat besar dan mewah. Bahkan yatch milik Elisa itu terlihat tak ada apa-apanya. Sepertinya yatch ini milik tamu istimewa.
Kalau saja suaminya tak meninggal muda, mungkin Gita juga akan memiliki benda itu.
Sayangnya dia harus pasrah menerima bagian harta warisan yang diberikan untuknya. Setidaknya masih bersyukur dia tak jatuh miskin seperti dulu.
Gita melangkah masuk ke area restoran. Namun setelah berada di sana tubuh Gita mendadak lemas.
Apa-apaan ini, matanya menangkap sosok yang dia benci sedang duduk sambil menatapnya tajam.
'Oh Tuhan... Bisakah kau mendatangkan tsunami dan membawa makhluk sialan ini ke tengah lautan.' batin Gita kesal.
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
❤❤❤😍😍😙😙
bisakah Gita benaekan Gilang..
❤❤❤❤😍😙😙
bunuh Arga jga fosa besar...
❤❤❤😘😍😙😙
😀😀😀
❤❤❤❤❤
❤❤❤😍😙😙😙
❤❤❤😘😙😗
Arga penolongnyaaa...
❤❤❤❤😘😍😙
lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
❤❤❤😍😙😙
gilang tetap hidup..
❤❤❤😍😙😙
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.
❤❤❤❤
bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
❤❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😙
❤❤❤😘😍😙🤦♂️
❤❤❤😘😍😙😙