Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Zaki keluar dari ruangan IGD dan menuju ke depan puskesmas, di mana teman-teman Novi lainnya menunggu dengan khawatir. Ketika mereka melihat Zaki keluar, mereka langsung menghampirinya. "Zaki, gimana keadaan Novi?" tanya Nanda dengan khawatir. Zaki menundukkan kepala, wajahnya terlihat sedih. "Novi... dia didiagnosis leukemia," jawab Zaki dengan suara lirih. Teman-teman lainnya terkejut, beberapa di antaranya tidak bisa menyembunyikan air mata.
2 jam kemudian, Bu Tet datang ke puskesmas bersama dengan beberapa guru lainnya, wajahnya terlihat khawatir setelah mendengar berita tentang Novi dari Resi saat mengambil motor di sekolah.
Bu Tet melihat murid-muridnya, termasuk Zaki dan teman-teman lainnya, berkumpul di depan puskesmas dengan wajah sedih. "Apa kabar Novi?" tanya Bu Tet dengan khawatir. Zaki menjelaskan keadaan Novi dengan singkat, "Novi didiagnosis leukemia, Bu." Bu Tet menghela napas, "Ya Allah, semoga Novi cepat sembuh," kata Bu Tet dengan penuh harapan.
Setelah itu, Bu Tet memutuskan untuk masuk ke ruang IGD untuk melihat keadaan Novi dan memberikan semangat kepada orang tua Novi. "Bu, Pak, semoga Novi cepat pulih. Kami semua mendukung Novi," kata Bu Tet dengan penuh empati. Orang tua Novi tersenyum sedikit, merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Bu Tet.
Kemudian dokter datang masuk keruangan Novi. "Apa Novi sudah boleh pulang, Dok?" tanya orang tua Novi dengan harap. "Ya, Novi sudah boleh pulang, tapi besok harus dibawa ke RS Kota untuk pemeriksaan lebih lanjut," jawab dokter.
"Sudah ada rujukan belum, Dok?" tanya orang tua Novi lagi. "Sudah, rujukan sudah selesai diurus oleh perawat. Jadi besok tinggal langsung ke RS Kota saja," kata dokter menjelaskan.
"Baik, terima kasih Dok," kata orang tua Novi dengan senyum lega.
"Bu, Pak, saya menawarkan Novi pulang dengan mobil saya, biar lebih nyaman," kata Bu Tet kepada orang tua Novi. Orang tua Novi mengangguk terima kasih, "Terima kasih, Bu Tet. Kami sangat berterima kasih." Sementara itu, Senja dan teman-teman lainnya pamit untuk menyusul nanti karena ingin sholat zuhur terlebih dahulu. "Kami pamit dulu, Bu. Kami akan menyusul setelah sholat," kata Senja. Bu Tet mengangguk, "Baik, hati-hati di jalan.
"Eh, Novi, aku mau izin dulu ke mesjid dekat puskesmas buat sholat zuhur. Mega, Susan, kalian ikut aku ya?" kata Senja. Novi tersenyum lemah, "Aku juga ingin sholat..." Senja membalas, "Kamu pulang saja dulu sama Ibu, Ayah, dan Bu Tet. Kamu di rumah jangan lupa sholat ya. Karena apapun yang terjadi, kita tidak boleh meninggalkan sholat." Novi mengangguk pelan, "Oke, aku ingat."
Orang tua Novi tersenyum melihat hubungan baik antara Novi dan Senja. "Senja memang anak yang baik, selalu ada untuk Novi baik saat suka maupun duka," kata Ibu Novi dengan bangga. Ayah Novi mengangguk setuju, "Ya, Senja selalu mengajak Novi ke hal-hal yang baik, kita berterima kasih kepada Senja."
Senja, Mega, dan Susan keluar dari ruang IGD dan menuju ke depan puskesmas, di mana teman-teman lainnya menunggu, kemudian Senja mengajak teman-teman lainnya untuk sholat zuhur bersama di mesjid dekat puskesmas.
"Senja mengajak teman-teman lainnya untuk sholat zuhur bersama di mesjid dekat puskesmas. "Hey, teman-teman, ayo sholat zuhur bersama! Kita minta Zaki jadi imam, sekalian kita doakan Novi cepat sembuh," ajak Senja. Teman-temannya setuju dan mengikuti Senja ke mesjid. Zaki yang ditunjuk menjadi imam, memiMpin sholat dengan khidmat. Setelah sholat, mereka berdoa bersama untuk kesembuhan Novi. "Ya Allah, sembuhkanlah Novi dan berikanlah kekuatan kepada keluarganya," doa mereka bersama.
"Setelah selesai sholat zuhur bersama di mesjid dekat puskesmas, Senja dan teman-temannya berkumpul sejenak.
"Hey, teman-teman, aku usul kita iuran dulu buat beli buah untuk Novi, sebagai tanda perhatian dan semangat," kata Nanda, ketua kelas. Senja setuju, "Aku setuju, buah pasti Novi suka!" Teman-teman lainnya mengangguk dan langsung mengumpulkan uang.
Setelah terkumpul, mereka menuju toko buah dan membeli beberapa jenis buah segar. "Ayo, kita langsung ke rumah Novi sekarang," ajak Senja. Dengan buah di tangan, mereka berangkat menuju rumah Novi dengan penuh harapan Dan semangat.
Sampai di rumah Novi, Ibu dan Bu Tet sangat senang melihat kekompakan teman-teman Novi. "Terima kasih, anak-anak, sudah mau menjenguk Novi. Ini benar-benar menunjukkan bahwa kalian peduli satu sama lain," kata Ibu Novi dengan senyum hangat.
Bu Tet menambahkan, "Ya, ini sangat berarti bagi Novi dan keluarga. Kalian semua sangat baik." Novi sendiri tersenyum bahagia melihat teman-temannya berkumpul di rumahnya, membawa buah dan semangat untuknya.
"Hai, Novi, gimana kabarnya sekarang? Masih sakit nggak?" tanya Resi dengan penuh perhatian. Novi tersenyum lemah, "Alhamdulillah, aku sudah lebih baik, Res.
"Alhamdulillah, jawab teman Novi serempak.
"Semoga cepat sembuh ya, Nov!" ucap teman-teman lainnya serempak, sambil tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menyemangati Novi. Novi tersenyum bahagia, merasa disayangi dan didukung oleh teman-temannya. "Makasih, teman-teman... aku akan berusaha untuk cepat sembuh," kata Novi dengan suara yang masih lemah.
Ibu Novi menahan air mata, terharu melihat anaknya dikelilingi oleh teman-teman yang baik dan peduli. "Masya Allah, Novi benar-benar dikelilingi oleh teman-teman yang baik. Ibu sangat bersyukur," kata Ibu Novi dengan suara yang bergetar. Bu Tet yang ada di sampingnya mengangguk setuju, "Ya, Bu, anak-anak ini memang sangat baik dan perhatian." Novi tersenyum, merasa bahagia dan disayangi.
Setelah beberapa lama berbincang dan menghabiskan waktu bersama Novi, teman-teman pamit untuk pulang.
"Novi, kita pamit dulu ya, semoga kamu cepat sembuh," kata Nanda. Bu Tet juga memberikan sedikit amplop kepada Novi, "Ini sedikit dari Bu Tet untuk Novi, buat tambahan biaya berobat." Novi dan ibunya mengucapkan terima kasih, "Terima kasih banyak, Bu Tet, dan teman-teman semua."
"Teman-teman perempuan Novi, seperti Susan dan yang lainnya, bersalaman dengan Novi sambil mendoakan kesembuhannya. "Semoga kamu cepat sembuh, Nov," kata mereka sambil tersenyum. Sementara teman-teman laki-laki Novi, seperti Zaki dan yang lainnya, mengatupkan tangan dan mendoakan Novi dari jauh, sebagai tanda hormat dan menjaga adab karena bukan mahram. "Semoga cepat sembuh, Nov," kata mereka dengan senyum hangat.
Senja juga berpamitan pada Novi. "Aku juga pulang duluan ya, Nov. Aku titip pesan, kamu jaga kesehatan dan jangan lupa minum obat sesuai jadwal, ya. Dan yang paling penting, berdoa terus sama Allah, karena hanya Allah yang bisa menyembuhkan kita," kata Senja dengan penuh perhatian. Novi mengangguk lemah, "Iya, Sen. Makasih ya sudah selalu ada dan mendoakan aku." Senja tersenyum, "Semoga kamu cepat sembuh, Nov."
