Supaya tidak bingung, alangkah baiknya membaca The Mafia Bride 1.
Siena gadis berusia 20 tahun harus merelakan suaminya untuk wanita lain dan takdir mempertemukannya dengan Kenzi. Seorang pria dingin dan kejam membawa Siena ke dalam hidupnya. Perjalanan panjang, lika liku kehidupan dan bayang bayang kematian mengiringi perjalanan hidupnya. Hingga takdir memisahkannya dari Kenzi dan kedua putranya.
Dapatkah mereka bersatu kembali menjadi keluarga yang utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Married
Pasukan Kenzi dan Hernet sudah tiba di markas kartel Siloa, dan mereka semua langsung menyerbu ke dalam markas. Namun sayang, apa yang mereka duga ternyata salah. Langkah Siena lebih maju satu langkah dari perkiraan. Di dalam markas itu sudah kosong, semua barang barang milik kartel Siloa sudah di pindah ke markas tersembunyi jauh dari tempat itu.
"Sayang, rupanya kita telah tertipu," ucap Laila geram.
"Kau benar, mereka lebih licin dari pada yang kita bayangkan." Kenzi menimpali.
"Kau terlalu meremehkan Kenzi, sudah kukatakan sebelumnya bukan?" Livian tersenyum sinis.
Sementara di luar markas, anak buah Siena sudah mengepung markas itu. Dan mereka mengendap masuk ke dalan markas langsung menembaki pasukan Kenzi.
Dari arah pintu dan kaca jendela pasukan Siena menerobos.
"PRANKK!!!
" DOR DOR DOR!!
"Ahhhkkkk!!
Satu persatu pasukan Kenzi ambruk bersamaan erangan kesakitan.
" Sial!" sungut Kenzi dan Laila lalu mereka lari ke belakang tembok untuk menghindari peluru.
"DOR DOR DOR!!
Di halaman markas, Siena berdiri menggunakan topeng menatap ke arah pertempuran.
" Matilah kalian keparat!" gumam Siena tersenyum menyeringai.
"PRANKKK!!!
"DOR! DOR! DOR!"
"DUARRR!!!
Suara peluru berdesing berseliweran, satu buah mobil meledak di depan markas, api merembet kemana mana.
"Ahhhkkk!" suara erangan dari pihak musuh atau anak buah Siena yang tumbang.
"Lihat! wanita itu ada di luar!" seru Laila, lalu ia berlari mendahului Kenzi dan Livian menghampiri Siena.
"Akhirnya kita ketemu lagi, wanita sundal." Siena tersenyum lebar di balik topengnya, matanya melirik ke arah Kenzi dan Livian yang baru saja tiba dan berdiri di belakang Laila.
"Dia bagianku! aku ingin dia mati di tanganku!" pekik Laila geram. Kedua tangannya terulur, dari sela sela jarinya mengeluarkan senjata tajam yang sangat runcing.
Siena tidak terkejut, ia sudah tahu semuanya dari mata matanya. Wanita itu meludah di depan Laila.
"Cih!
"Wanita sundal! kau pikir aku takut? menjijikkan!" sindir Siena mencemooh.
"Sialan!"
Hiyaaaa!
Laila langsung menerjang ke arah Siena dengan tangan terulur, cakar runcing yang siap merobek tubuh Siena, berhasil di tepis. Kaki kanan Siena langsung menendang perut Laila hingga tersungkur ke tanah lalu duduk.
"Rasakan ini wanita sundal!"
"Bukk!!
Kaki kanan menendang dagu Laila hingga terjungkal. Melihat laila kewalahan, Kenzi langsung mengarahkan senjata api ke arah Siena.
" Dor!"
Siena sempat berguling, namun peluru berhasil melukai bahu Siena meski tidak menembus dagingnya.
"Ahkk!" Siena mengerang kecil, menatap marah pada Kenzi lalu ia mengambil senjata api di balik bajunya, ia arahkan pada Kenzi. Namun Livian sudah lebih dulu menembak kaki Siena.
"Dor! Dor!
Siena berhasil menghindari peluru dari senjata Livian. Lalu ia bersandar di bawah mobil. " Sialan kau Livian."
"Keluar kau pengecut!" seru Kenzi.
Namun Siena hanya diam, matanya terpejam merasakan sakit di bahunya. Dulu ia yang di puja, jangan sampai terluka sedikitpun Kini suaminya sendiri yang melukai.
"Celaka, aku harus segera pulang." Siena melirik jam tangannya.
"BRUMMMM!!!
Lagi lagi keberuntungan ada di pihak Siena, satu buah mobil melaju langsung menabrak tubuh Livian hingga terseret dan berguling di tanah. Seorang pria keluar dari pintu mobil menarik tubuh Siena masuk ke dalam mobil. Kenzi tidak ingin kehilangan kesempatan, ia menembaki mobil itu namun pelurunya selalu meleset karena mobil melaju dengan kencang.
"Ikuti kemana mobil itu perginya dari kejauhan!" perintah Kenzi pada salah satu anak buahnya.
Sementara pria yang membantu Siena tidak lain adalah Avram. Di dalam mobil, ia merutuki perbuatan Siena.
"Apa kau sudah gila? ini hari pernikahan putramu," gerutu Avram
"Aku tahu." Siena menjawab datar.
"Kita harus segera sampai sebelum anak anakmu curiga." Avram melirik sesaat ke bahu Siena yang berdarah.
***
"Kak, ayo. Pernikahan akan segera di mulai." Ryu nampak gelisah karena Jiro masih diam tidak mau melakukannya. Ia ingin ada Siena di sampingnya. Namun sampai detik detik pernikahan di mulai. Siena menghilang dan belum kembali.
"Tidak, aku mau Ibu ada di sini." Jiro menundukkan kepala.
Sementara tamu undangan sudah menunggu dari tadi, mereka juga bingung kenapa mempelai masih saja diam tidak melakukan apa apa.
"Kak, memangnya Ibu kemana?" bisik Angela pada Ryu.
"Aku tidak tahu, dari tadi Ibu menghikang." Ryu mengedarkan pandangannya mencari cari Siena.
"Aku mau ada Ibu, jika Ibu tidak ada. Lebih baik pernikahan ini di gagalkan." Jiro tetap bersi keras.
"Sayang, maaf Ibu datang terlambat."
Jiro dan yang lain menoleh ke arah Siena yang berjalan dengan anggun bersama Avram.
"Ibu!" Angela langsung berlari mendekati Siena.
"Iya sayang, maafkan Ibu." Siena merangkul bahu Jiro dan mengecup keningnya sesaat.
"Ayah sudah tidak ada, aku hanya punya Ibu. Di saat bahagia ini, aku ingin kalian berdua di sampingku tapi itu tidak mungkin," ucap Jiro dengan nada bergetar.
"Apa Ibu kehadiran Ibu kurang lengkap, sayang? tanya Siena matanya berkaca kaca.
" Tidak Ibu, kalau tidak ada Ibu entah apa jadinya kami semua." Jiro memeluk Siena erat, lalu melepaskan pelukannya lagi.
"Jangan sedih, jangan ibu menangis." Siena mengusap air mata di sudut netranya.
"Ibu dari mana?" Pertanyaan Angela jadi pertanyaan yang lain juga. Mereka menatap ke arah Siena menunggu jawaban.
"Ibu-?"
"Ibumu lupa meletakkan cincin pernikahan kalian, jadi kami mencarikan cincin yang lain." Avram memotong sekaligus menyelamatkan Siena dari pertanyaan putra putrinya.
"Iya sayang," sahut Siena. Lalu mengambil kotak cincin di tangan Avram. "Terima kasih." Siena berbisik pelan. Avram hanya menganggukkan kepala, Kemudian mereka duduk bersama, menyaksikan janji ikrar suci yang di ucapkan Jiro dan Zoya.
Siena hanya diam dengan tatapan kosong, pikirannya mengembara jauh pada Kenzi.
"Seharusnya kau menyaksikan putramu menikah, seharusnya kau yang ada di samping putramu. Bukan Avram, tapi kau.." ucap Siena dalam hati.
Angela melirik wajah Siena, ia melihat raut wajah sedih, lalu ia merangkul bahu Siena, dab merasakan telapak tangannya basah. Lalu gadis itu menarik tangannya kembali.
"Darah, apa yang terjadi dengan Ibu?" ucap Angela dalam hati.
aq slah dtu reders yg hoby membca novel tentang mafia tpi kli ini aq bru menemuka kisah mafia yg tak pernah membosankan untuk di bca krna alur dan crtanya sngat bgus dan ke'ren.. smgantt dan trus brkarya author ku syank ummaccc😘