Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Kabut ungu mulai menipis. Ilusi yang menyelimuti negeri antara dimensi itu mulai retak, dipaksa pudar oleh kekuatan dari dua sosok kuat yang berdiri tak jauh satu sama lain.
Shuwan menatap pemuda di hadapannya—jubah hitam, mata dingin sepekat malam, dan kekuatan tak terlihat yang menyelimuti langkah-langkahnya.
Sosok itu berdiri kokoh di atas batu yang mengambang, tak berkata sepatah pun, namun keberadaannya terasa seperti guntur yang tak perlu dijelaskan.
Feng Aoren menatap balik. Gadis di hadapannya bagaikan perwujudan cahaya murni. Api merah keemasan dari Phoenix Api berkobar di satu sisi, dan es biru dari Phoenix Es berkilau di sisi lain. Ia berdiri dengan kepala tegak, seolah dunia bisa runtuh dan ia tetap tak goyah.
Mereka tidak langsung berbicara.
Ilusi di sekitar mereka perlahan membentuk kembali—kali ini bukan perangkap, tapi gambaran dari tempat suci di tengah padang putih: Menara Sinar Ketiga. Di sanalah Pecahan Cahaya Ketiga disimpan.
“Jadi, kau juga sampai ke sini,” kata Shuwan pelan, lebih pada dirinya sendiri daripada kepada Feng Aoren.
Feng Aoren menyipitkan mata. “Aku tak pernah berniat ke tempat ini. Tapi para iblis melarikan diri ke celah ini. Dan aku hanya mengikuti mereka.”
Shuwan terkejut. Ia tak menyangka pemuda ini juga berburu para iblis. “Kau siapa?”
Feng Aoren menatap dalam. “Orang yang memburu kegelapan. Sama seperti kau, mungkin.”
Shuwan tidak membalas. Tapi dalam hatinya, sesuatu bergetar. Ada aura yang berbeda dari Feng Aoren, bukan hanya kekuatan, tapi juga keseimbangan. Seolah-olah dirinya adalah cahaya, maka pemuda ini adalah… bayangan yang tidak mengancam, tapi melindungi.
Di balik langit negeri ilusi, Tuan Penguasa Gelap murka.
“Dua pecahan cahaya dalam satu titik… Itu mustahil!” Suaranya menggema di ruang gelap tanpa dasar. “Kekuatan cahaya tidak boleh bersatu! Tidak sekarang!”
Bayangannya yang raksasa bergetar, dan ia mengirimkan tiga jenderal bayangan terakhir, makhluk setengah manusia, setengah iblis, yang dulunya pemuda-pemuda berbakat dari dunia manusia. Mereka adalah pengkhianat cahaya.
Kembali ke negeri ilusi
Menara Sinar Ketiga mulai bersinar. Tapi untuk masuk ke dalamnya, dua energi berbeda harus berpadu.
Phoenix Api mengepakkan sayap. “Gerbang menara hanya bisa dibuka oleh dua kekuatan bertolak belakang yang setara…”
Phoenix Es menambahkan, “...dan saling percaya.”
Shuwan dan Feng Aoren saling menatap. Diam.
Feng Aoren mengangkat pedangnya, bukan untuk menyerang, tapi menusukkan ke tanah. Cahaya gelap memancar dari ujungnya, membentuk lingkaran perlindungan.
“Kalau kau percaya aku takkan mengkhianati cahaya itu, mari kita buka menaranya bersama.”
Shuwan tersenyum tipis. “Percayalah, aku tahu membedakan kegelapan yang mengancam... dan bayangan yang melindungi.”
Mereka berdiri berdampingan.
Api dan es, cahaya dan bayangan. Dua kutub yang bertolak belakang… tapi mulai menyatu.
Gerbang Menara terbuka. Di dalamnya, kristal putih bersinar dengan tenang.
Tapi saat mereka mendekat, bayangan hitam muncul di langit seperti retakan. Tiga jenderal iblis turun bersamaan.
Phoenix Api dan Phoenix Es bersiaga.
Feng Aoren menarik kembali pedangnya. “Pertarungan yang layak akhirnya datang.”
Shuwan memejamkan mata. Cahaya menyelubungi tubuhnya, menandakan putri cahaya siap menyala sekali lagi.
Dan kali ini… dia tidak sendiri.
Langit negeri ilusi memucat. Tiga sosok turun dari celah gelap di udara, masing-masing diselimuti kabut hitam pekat. Mereka adalah sisa terakhir dari para Jenderal Bayangan, makhluk keji yang dulunya manusia terhormat, namun menjual jiwa mereka demi kekuatan gelap.
Mereka mendarat bersamaan di depan Menara Sinar Ketiga, membentuk segitiga ancaman.
“Feng Aoren…” bisik salah satu dari mereka—berwujud pria tinggi berambut abu dengan dua tanduk bengkok. “Kau, pengkhianat bayangan. Berani-beraninya mengangkat pedang pada tuan kita.”
Feng Aoren berdiri tenang, sorot matanya tak berubah. “Aku tak pernah menjadi milik siapa pun, apalagi iblis.”
Jenderal kedua, bertubuh wanita ramping namun bermata seperti ular, melirik Shuwan. “Dan kau… cahaya kecil yang terlalu berani. Kudengar kau putri mahkota Kekaisaran Dawei? Sayang, kau akan menjadi abu sebelum sempat duduk di takhta.”
Shuwan mengangkat alis, tak gentar. “Berapa kali aku harus menghancurkan kalian sebelum kalian mengerti bahwa cahaya tak bisa dipadamkan?”
Jenderal ketiga, berjubah kain gelap yang terus bergerak seperti asap, tidak berbicara. Namun kekuatannya meluap seperti pusaran neraka.
Phoenix Api dan Phoenix Es mengelilingi Shuwan, membentuk perisai sihir. Di sisi lain, Feng Aoren mengangkat pedangnya. Aura hitam miliknya bukan aura iblis—melainkan energi netral hasil pengendalian bayangan tingkat tinggi, sebuah teknik kuno yang hanya bisa digunakan oleh seseorang dengan jiwa sekuat baja.
Pertempuran pun pecah.
Feng Aoren vs Jenderal Tanduk Dua
Jenderal itu menyerang pertama, menghantam tanah dengan tombak bayangan raksasa. Ledakan terjadi, membentuk kawah raksasa. Tapi dari balik debu, Feng Aoren muncul tanpa luka sedikit pun. Dengan gerakan cepat, ia menebas udara. Gelombang hitamnya memecah tombak jenderal itu menjadi debu.
“Menyedihkan,” ujar Feng Aoren datar. “Kekuatanmu sudah usang.”
Feng Aoren lalu menghilang dan muncul di belakang musuhnya, menancapkan pedangnya dalam-dalam ke bayangan musuh. Tubuh jenderal itu runtuh, meledak menjadi serpihan asap hitam.
Shuwan vs Jenderal Mata Ular
Jenderal perempuan itu menyeringai. “Coba saja tangkap aku!” Ia melayang di udara, melepaskan serangan ilusi bertubi-tubi. Ribuan salinan dirinya memenuhi langit.
Namun Shuwan mengaktifkan kekuatan Phoenix Api—sayap merah keemasannya mengepak dan membakar semua ilusi hingga sirna. Kemudian, ia menggabungkan kekuatan Phoenix Es, memunculkan tombak es dari langit yang meluncur tepat ke arah asli sang jenderal.
Serangan itu menembus tubuh musuh, membekukannya. Lalu dengan satu serangan api terakhir, es itu meledak dan menghancurkan tubuh lawan hingga habis tak bersisa.
Feng Aoren dan Shuwan vs Jenderal Tanpa Nama
Jenderal terakhir jauh lebih kuat. Ia mampu memanipulasi gravitasi dan waktu di sekitarnya. Ruang mulai melengkung. Waktu berjalan lambat. Tanah di sekitar mereka berubah menjadi kubangan kelam.
“Dia menarik kita ke dimensi kegelapan,” kata Feng Aoren cepat. “Kita harus menyerang bersamaan.”
Shuwan mengangguk. Ia menaikkan kekuatan cahayanya ke tingkat tertinggi, membuat tubuhnya bersinar terang seperti fajar pertama.
Sementara itu, Feng Aoren menyerap bayangan di sekitarnya, membuat dirinya menjadi satu dengan kegelapan, bukan karena ia milik iblis, tetapi karena ia telah menjinakkan bayangan itu sepenuhnya.
Dalam satu serangan gabungan, Shuwan menebaskan cahaya ke jantung musuh, sementara Feng Aoren menghancurkan bayangan dengan pedangnya dari belakang. Tubuh jenderal itu bergetar, lalu lenyap.
Setelah Pertempuran
Tanah kembali tenang. Menara Sinar Ketiga bersinar lembut, menyambut Shuwan dan Feng Aoren. Ketika mereka masuk bersama, kristal cahaya melayang, lalu pecah perlahan, menyerap ke tubuh Shuwan dan memberikan kekuatan cahaya ketiga.
Phoenix Api dan Phoenix Es berputar mengelilinginya. Mata Shuwan berubah sedikit—lebih dalam, lebih tajam.
Feng Aoren menatapnya sejenak. “Kau… berubah.”
Shuwan menoleh, tersenyum tipis. “Kau juga. Tapi bukan berubah. Kau… menunjukkan siapa kau sebenarnya.”
Mereka tidak mengatakan lebih banyak. Tapi takdir telah memutuskan: dua kekuatan besar kini bersatu—tanpa harus saling menyentuh… untuk sekarang.
bersambung