NovelToon NovelToon
Kau Hanya Milik ARUNA

Kau Hanya Milik ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aru_na

"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25.

Perjalanan pulang dari rumah Naila terasa berbeda bagi Aruna. Meskipun ia sudah tidak berada di bawah satu atap dengan Norman, bayang-bayang pria itu dan segala ketidaknyamanan yang ia rasakan masih membekas.

Ia duduk diam di samping Arza, memandangi pemandangan desa yang mulai ramai oleh aktivitas pagi.

Arza yang menyadari keheningan Aruna, melirik istrinya. Ia tahu Aruna masih gelisah. Ia menghela napas pelan, kemudian meraih tangan Aruna dan menggenggamnya.

"Kamu masih kepikiran soal ayah Norman?" tanya Arza lembut.

Aruna mengangguk, menoleh ke arah Arza. "Aku tidak tahu kenapa. Firasatku tidak enak. Ada yang aneh dengan dia."

Arza mengusap punggung tangan Aruna dengan ibu jarinya. "Aku tahu kamu tidak nyaman. Sebenarnya, aku juga merasakan hal yang sama."

Aruna menatap Arza dengan kening berkerut. "Maksudmu?"

Arza tersenyum tipis. "Sebenarnya, hari ini aku masih libur. Aku tidak ada jadwal di Puskesmas."

Aruna terkejut. "Apa? Jadi... kamu berbohong tadi?"

Arza mengangguk. "Maafkan aku, sayang. Aku hanya ingin kita segera pulang. Aku melihat kamu tidak nyaman di sana. Aku juga merasa ada yang tidak beres dengan ayah mu itu. Entah kenapa, dia membuatku merasa tidak tenang juga."

Hati Aruna menghangat mendengar pengakuan Arza. Ia merasa lega dan terharu. Ternyata Arza juga merasakan hal yang sama, dan bahkan rela berbohong demi membuatnya nyaman. Ini semakin menunjukkan betapa Arza menghargainya dan peka terhadap perasaannya.

"Terima kasih," bisik Aruna, matanya berkaca-kaca. "Kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan."

Arza tersenyum, mengusap pipi Aruna. "Tentu saja. Kamu istriku."

Suasana di dalam mobil menjadi lebih santai setelah pengakuan Arza. Aruna merasa lebih tenang, dan mereka mulai mengobrol ringan tentang banyak hal, mencoba mengalihkan pikiran dari Norman.

"Bagaimana perasaanmu setelah bertemu Ami dan Anara?" tanya Arza.

"Aku senang sekali bisa bertemu mereka lagi," jawab Aruna tulus. "Aku kangen Anara. kami tidak pernah berpisah ." Ia kemudian terdiam sejenak. "Hanya saja... kehadiran ayah di sana membuat semuanya menjadi seperti ini."

"Aku bisa mengerti," kata Arza. "Ada sesuatu yang memang tidak beres dari laki-laki itu. Ami juga terlihat tidak nyaman dengannya, meski ia berusaha menyembunyikannya."

"Itu yang aku takutkan," Aruna menghela napas. "Ami terlalu mudah merasa kasihan. Aku khawatir ayah akan memanfaatkan kebaikan Ami, apalagi mereka berdua pernah...."Aruna tidak melanjutkan lagi perkataan nya,dia terlihat sedih.

"Kita akan awasi dia," janji Arza. "Aku akan sering mengajakmu berkunjung ke sana. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, kita akan segera bertindak."

Aruna mengangguk, merasa lebih tenang dengan jaminan Arza. Ia menatap ke luar jendela, membiarkan angin menerpa wajahnya. Perjalanan pulang ini, meskipun diawali dengan kegelisahan, kini terasa lebih ringan karena ada Arza di sisinya. Aruna tahu, ia tidak sendirian sekarang. Ia memiliki suami yang peduli, yang siap melindunginya dan orang-orang yang ia cintai.

Perjalanan pulang menjadi momen krusial bagi Aruna dan Arza. Pengakuan Arza tentang alasan di balik kepulangan mereka yang dipercepat, serta kepeduliannya terhadap kenyamanan Aruna, semakin menghangatkan hati Aruna.

Ketakutan Aruna pada Arza, yang selama ini tersimpan, perlahan mulai sirna. Ia melihat Arza bukan lagi sebagai dokter kaku yang menikahinya karena paksaan, melainkan sebagai seorang suami yang perhatian dan pelindung.

Di dalam mobil, Aruna mulai merasa lebih bebas mengungkapkan perasaannya. Ia bercerita tentang kekhawatirannya pada Naila dan Anara, tentang masa lalunya dengan Norman yang belum ia ceritakan secara detail.

Arza mendengarkan dengan sabar, sesekali memberikan tanggapan yang menenangkan atau pelukan hangat. Rasa aman yang Arza berikan membuat Aruna merasa mampu menghadapi apa pun.

Tawa mereka sesekali pecah saat Arza mencoba melontarkan lelucon ringan, mencairkan suasana. Ikatan di antara mereka terasa semakin kuat, dibangun di atas rasa saling percaya dan pengertian.

Mobil Arza akhirnya memasuki halaman rumah mereka. Senyum lega Aruna merekah saat melihat rumah yang kini terasa seperti surga aman baginya. Namun, senyum itu seketika memudar saat pandangannya menangkap sesosok wanita berdiri di depan pintu utama rumah mereka.

Itu Kalila.

Kalila berdiri di sana, mengenakan pakaian rapi, dengan tas tangan kecil di genggamannya. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang aneh, campuran antara cemas dan... terlalu polos. Ia terlihat seperti seseorang yang baru saja menunggu lama.

Begitu mobil berhenti, Kalila segera melangkah mendekat, matanya langsung tertuju pada Arza. Raut wajahnya berubah menjadi sangat lugu dan tampak terkejut.

"Mas Arza!" seru Kalila, suaranya terdengar lembut dan sedikit cemas. "Akhirnya mas pulang. Kalila... Kalila khawatir sekali karena mas tidak menjawab telepon Kalila semalam."

Aruna menatap Kalila dengan curiga. 'Sok polos,' batin Aruna, merasa tidak nyaman dengan sikap Kalila yang terlalu berlebihan.

Ia ingat bagaimana Kalila menelepon Arza berkali-kali semalam, dan bagaimana Arza mengabaikannya. Kehadiran Kalila di depan rumah mereka saat ini, dengan ekspresi semanis itu, memicu firasat tidak enak di hati Aruna.

Arza sendiri tampak sedikit terkejut melihat Kalila. Ia menghela napas, seolah sudah menduga hal ini akan terjadi. "Ada apa, Kalila? Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya, nadanya datar.

Kalila menunduk, tampak malu-malu. "Kalila... Kalila hanya ingin memastikan Dokter baik-baik saja. Ada beberapa hal penting yang ingin Kalila sampaikan tentang pekerja an yang pernah kita usulkan, tapi Kalila takut mengganggu mas karena mas sedang libur." Ia mengangkat wajahnya, menatap Arza dengan tatapan memelas. "Kalila tidak bermaksud mengganggu, mas."

Aruna hanya bisa memutar bola matanya dalam hati. Ia tahu ini semua hanyalah akting. Pertemuan tak terduga ini, setelah semua yang ia dan Arza alami, terasa seperti gangguan yang tidak diinginkan.

Kalila masih berdiri di depan pintu, memancarkan aura polos yang berlebihan. Aruna meliriknya, merasa risih dengan tingkah laku Kalila. Arza menghela napas, gestur yang tidak luput dari perhatian Aruna.

"Masuk dulu, Kalila," kata Arza, suaranya tetap datar. "Tidak enak bicara di luar."

Kalila tersenyum tipis, matanya melirik Aruna sekilas sebelum mengikuti Arza masuk ke dalam rumah. Aruna mengikuti di belakang mereka, hatinya dipenuhi kecurigaan.

Mereka duduk di ruang tamu. Arza menatap Kalila, menunggu penjelasannya.

"Jadi, ada apa sebenarnya?" tanya Arza, langsung ke intinya. "Penting sekali sampai kamu menelpon berkali kali , Kalila?"

Kalila menunduk, memainkan jemarinya. "Maafkan saya, mas Arza. Saya sungguh tidak bermaksud menganggu. Tapi ini menyangkut usulan mas untuk puskesmas,dan ayah sudah menyetujui"

Aruna menahan napas, merasa ada yang tidak beres. Masalah itu, Apakah itu ia benar-benar harus sampai datang ke rumah, apalagi setelah Arza jelas-jelas mengabaikan telepon Kalila semalam?

"Untuk masalah itu, saya akan menemui ayahmu nanti, Kalila," jawab Arza, suaranya sedikit lebih tegas. "Kamu tidak perlu sampai datang kemari. Saya sedang bersama istri saya."

Kalila mengangkat wajahnya, menatap Arza dengan tatapan memelas. "Maafkan saya, mas. Saya hanya... saya hanya panik. Dan telepon mas tidak bisa dihubungi semalam. Saya takut mas kenapa-kenapa, karena mas tidak pernah seperti ini sebelumnya ." Kalila melirik Aruna lagi, seolah ingin melihat reaksinya.

Aruna merasakan darahnya mendidih. Kalila jelas-jelas mencoba memainkan peran sebagai seseorang yang terlalu perhatian, dan itu terasa sangat manipulatif. Ia ingin sekali menyela, tapi ia memilih menahan diri, ingin melihat bagaimana Arza menanggapi.

Arza menatap Kalila lekat. "Kalila, saya sudah dewasa. Saya bisa menjaga diri saya sendiri. Dan ponsel saya mati karena baterainya habis. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Kalila menunduk lagi, tampak kecewa. "Baiklah, mas. Saya mengerti. Maafkan saya yang sudah menganggu." Ia kemudian bangkit. "mas, aku pamit" dia menatap Aruna.

Aruna hanya mengangguk kecil, tidak ada senyum di wajahnya. Ia memperhatikan Kalila yang berjalan menuju pintu dengan langkah gontai, seolah-olah baru saja menerima kekalahan.

Setelah Kalila benar-benar menghilang dari pandangan, Aruna menoleh pada Arza. Ada banyak pertanyaan di matanya. Arza menghela napas, berjalan mendekat dan meraih tangan Aruna.

"Jangan dipikirkan," kata Arza, mengusap punggung tangan Aruna. "Dia memang sedikit... berlebihan. Sudah, sekarang kita masuk. Kamu pasti lelah."

Aruna mengangguk, namun pikirannya masih dipenuhi keraguan tentang Kalila. Ia tahu, kunjungan ini bukan hanya tentang pekerjaan. Ia merasa ada persaingan tak terlihat yang kini mulai nyata.

"sebenarnya,apa yang di inginkan Kalila..."

1
Zudiyah Zudiyah
,hemmm sangat mirissss
rofik 1234
Perasaan campur aduk. 🤯
Aruna: benarkah?😁
total 1 replies
Shinichi Kudo
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
Aruna: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!