Eclipse, organisasi dunia bawah yang bergerak di bidang farmasi gelap. Sering kali melakukan uji coba demi mendapatkan obat atau vaksin terbaik versi mereka.
Pada awal tahun 2025, pimpinan Eclipse mulai menggila. Dia menargetkan vaksin yang bisa menolak penuaan dan kematian. Sialnya, vaksin yang ditargetkan justru gagal dan menjadi virus mematikan. Sedikit saja bisa membunuh jutaan manusia dalam sekejap.
Hubungan internal Eclipse pun makin memanas. Sebagian anggota serakah dan berniat menjual virus tersebut. Sebagian lain memilih melumpuhkan dengan alasan kemanusiaan. Waktu mereka hanya lima puluh hari sebelum virus itu berevolusi.
Reyver Brox, salah satu anggota Eclipse yang melawan keserakahan tim. Rela bertaruh nyawa demi keselamatan banyak manusia. Namun, di titik akhir perjuangan, ia justru dikhianati oleh orang yang paling dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Robert, sang tangan kanan dan sekaligus orang yang paling bisa diandalkan di Eclipse. Dialah satu-satunya orang yang sampai saat ini belum pernah mengecewakan Carlo. Di tengah kekacauan Eclipse saat ini, dia tak hanya berhasil membawa keluarga Martha untuk dijadikan tawanan, melainkan juga berhasil menjatuhkan keluarga Reyver hanya dalam waktu tiga hari.
Ya, tiga hari saja. Media di Indonesia sudah dihebohkan dengan tumbangnya perusahaan milik keluarga Brox. Meski belum jelas masalah apa yang mendera mereka, tetapi tiba-tiba saja dalam waktu singkat mereka sudah mengumumkan kebangkrutannya.
Tak hanya kehilangan perusahaan yang sekian tahun mengepakkan sayap di mana-mana, kini keluarga Brox terjerat hutang yang tidak sedikit. Dalam rupiah, hutang mereka mencapai ratusan triliun.
Dalam sebagian media, mereka juga mengabarkan bahwa saat ini orang tua Reyver sedang dirawat di rumah sakit. Keduanya mengalami serangan jantung dan harus dirawat secara intensif. Bahkan, ada salah satu media yang menyebut kondisi ayah Reyver sangat kritis dan sangat tipis kemungkinan selamatnya.
Selain viral di pemberitaan Indonesia, kabar tersebut juga sempat disiarkan di pemberitaan internasional negara-negara Eropa. Figur keluarga Brox memang cukup dikenal, maka tak heran jika media negara-negara itu menyertakan berita tentang bangkrutnya mereka.
"Andress, kau belajarlah dari Robert! Lihat, hasil kerjanya tidak pernah mengecewakan!" ujar Carlo di tengah rasa puasnya melihat kehancuran keluarga Reyver.
Menanggapi ucapan itu, Andress hanya menunduk dan mengangguk patuh.
"Saya akan belajar lagi, Tuan. Mohon maaf atas masalah kemarin, saya yang bodoh dan tidak bisa menjaga keamanan Eclipse."
Andress tak berani mengangkat wajah di hadapan Carlo dan Robert, karena nyata-nyata dia terlalu payah dan gagal membereskan kekacauan yang ada.
Reyever yang berhasil menyusup ke Eclipse, tempo hari berhasil keluar dengan selamat—dengan cara membunuh penjaga pintu gerbang. Untungnya virus sudah dipindah tempat dan hanya Carlo yang tahu di mana letaknya.
Andai tidak, pasti Reyver sudah berhasil menggagalkan rencana besarnya. Karena bersamaan dengan tragedi pembunuhan kemarin, virus palsu yang diletakkan di laboratorium tiba-tiba raib. Carlo yakin, Reyver-lah yang membawanya dan mengira bahwa itulah virus yang asli.
"Saya janji masalah seperti ini tidak akan terjadi lagi di lain hari, Tuan," sambung Andress, masih menyesali kegagalannya.
Namun, Carla justru tertawa. Rasa senang dan puas membuatnya sedikit punya hati.
"Kali ini aku tidak akan mempermasalahkan kebodohanmu, karena pengecut licik itu sudah mendapatkan balasannya. Aku ingin melihat, tanpa aku, apa yang bisa dia lakukan untuk membantu keluarganya. Dan bagaimana reaksinya saat tahu bahwa virus itu adalah virus palsu."
"Reyver terlalu angkuh, Tuan, menganggap kehebatan diri terlalu tinggi. Sampai-sampai dia lupa sedang berhadapan dengan siapa," sahut Robert dengan seringai liciknya. Dia pun cukup puas dengan apa yang terjadi saat ini.
"Sekarang kita tinggal menunggu. Tidak lama lagi, Reyver pasti datang sendiri dan memohon padaku. Heh, aku ingin tahu apakah dia masih bisa bersikap angkuh di hadapanku." Carlo mengulas senyum miring, dengan tatapan yang menyiratkan kepuasan atas kemenangannya.
Sebagai pemimpin yang 'baik', Carlo tidak menyimpan sendiri 'kabar gembira' tersebut. Dengan jiwa iblisnya yang menyala, Carlo mendatangi ruang bawah tanah dan menghampiri Martha yang masih disekap di sana.
"Tuan ...."
Martha sedikit ketakutan melihat sang tuan melangkah santai ke arahnya. Bertahun-tahun bekerja pada Carlo, Martha sudah paham dengan senyuman dan tatapan yang dilayangkan pria itu sekarang, jelas bukan pertanda baik.
"Kekasihmu sudah ada dalam kendaliku. Apa kau masih yakin akan setia padanya?" Pertanyaan pertama yang keluar dari bibir Carlo.
Dengan ludah yang serasa tersangkut di tenggorokan, Martha berusaha menjawab dengan jelas, meski pada akhirnya yang keluar adalah suara tertahan dan gemetaran.
"Saya tidak pernah berpihak pada Reyver, Tuan. Saya selalu setia pada Anda."
Carlo tersenyum remeh. "Sayangnya aku tidak bodoh, Martha."
"Tuan—"
"Tapi, tidak masalah. Kau berkhianat atau tidak, sekarang sudah tak ada artinya. Lihat baik-baik, keluarga kekasihmu sudah hancur! Dan si pengecut itu juga keluar dari Eclipse dengan membawa virus palsu. Kau berani bertaruh, berapa hari lagi dia akan kembali dan memohon padaku?" pungkas Carlo sambil menunjukkan pemberitaan mengenai runtuhnya bisnis keluarga Brox, juga hilangnya virus palsu yang tersimpan rapi di laboratorium Eclipse.
"Baik-baiklah di sini sampai Reyver kembali. Jika kau masih setia padaku, bunuhlah dia di hadapanku! Jika kau tidak bisa melakukannya, kau dan keluargamu yang akan mati, Martha!" ucap Carlo dengan sangat tegas. Menunjukkan bahwa peringatan tersebut tidak main-main.
Lantas tanpa menunggu tanggapan Martha, Carlo berbalik dan pergi begitu saja, meninggalkan Martha yang langsung terpaku dengan perasaan yang teramat takut.
Dalam kesendirian dan suasana yang mencekam, Martha hanya bisa merutuk seorang diri. Mencaci maki Reyver yang begitu bodohnya membangkang pada Carlo, padahal bersama Eclipse-lah mereka akan mendapatkan kekuasaan dan kekayaan yang tidak terkira.
"Kebodohanmu membuat keluargaku ikut terlibat, Rey. Jika memang ada kesempatan, aku tidak akan berpikir dua kali untuk mengorbankan kamu demi mendapatkan kembali kepercayaan dari Tuan Carlo," batin Martha.
_________
Kegelisahan yang menggerogoti perasaan Martha membuatnya terjaga sampai tengah malam. Dia resah dan tidak tenang. Bukan karena percintaannya lagi, melainkan karena keselamatannya sendiri yang bisa dikatakan sudah di ujung tanduk.
Bagaimana tidak, keselamatannya tergantung pada Reyver. Andai lelaki itu kembali, tekad Martha sudah bulat untuk membunuhnya demi Carlo dan Eclipse. Namun, bagaimana jika lelaki itu tetap angkuh dan tidak mau kembali? Bukankah itu artinya, tidak ada kesempatan lagi bagi Martha untuk tetap selamat?
Di saat Martha masih terdiam dengan pikiran yang kalut, tiba-tiba matanya menangkap gerakan samar dari ujung tangga di seberang sana.
Martha langsung terkejut. Tak biasanya ada orang yang datang di tengah malam, karena untuk mengirim makan dan minum pun hanya sekali sehari.
"Apa mungkin itu suruhan Tuan Carlo? Jangan-jangan ... Reyver sudah kembali," batin Martha dengan waspada.
Namun, alangkah terkejutnya Martha setelah sosok itu berjalan ke arahnya dengan wajah yang tampak jelas.
Reyver. Dia justru Reyver. Entah bagaimana caranya lelaki itu bisa sampai di tempat ini, tanpa dibuntuti seorang pun.
"Rey ... kaukah itu?"
"Iya. Aku datang untuk menolong kamu dan juga keluargamu," jawab Reyver. Lantas dengan cekatan tangannya membuka kunci ruangan jeruji itu.
"Bagaimana caranya kamu bisa ada di sini, Rey? Bukankah kamu ...."
"Ceritanya panjang. Malam ini kita fokus saja untuk keluar dari sini. Percayalah, semua akan baik-baik saja. Aku sudah mendapatkan virusnya yang asli. Kita akan berhasil, Martha," jawab Reyver sambil tersenyum.
Namun, Martha sendiri masih ragu. Bahkan meski pintu sudah terbuka, ia tak lekas keluar, justru terpaku di tempat.
"Mungkin hari ini kamu mendengar banyak hal, tapi percayalah, tidak semuanya benar. Kamu percaya saja padaku, semuanya aman dan baik-baik saja," ucap Reyver lagi, seolah memahami keraguan di wajah sang kekasih.
Bersambung...