Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 [ Semakin Berani Menggodaku ]
Berhubung Bibik meminta cuti sehari, urusan pekerjaan rumah akhirnya Tyara yang mengerjakan, Tyara membersihkan Rumah layaknya seorang pembantu, namun ia lakukan dengan niat dan ikhlas. Membersihkan sofa, mengelap debu semua telah ia lakukan dengan suka rela, tidak terlihat kerepotan yang ia tunjukkan ketika ia membersihkannya.
Sesaat Arvan duduk di sofa lain saling berhadapan dengan Tyara, namun niat Arvan bukan pada hal lain, namun ia hanya sekedar menonton televisi sambil meneduh teh dan membaca koran, terlihat dirinya bersantai tanpa adanya kerjaan.
Tadinya niat Lelaki itu yang hanya ingin bersantai, namun berhadapan dengan Tyara seketika membuat hati Arvan merasakan ada getaran yang aneh, ia tak mengerti dan tak memahami apa maksudnya ini, sesekali Arvan menyentuh hatinya merasakan degupan kencang dari detak jantungnya yang berdetak dengan kencangnya.
"Ini kenapa? Kenapa hatiku berdegup kencang tidak karuan seperti ini? Apa aku mulai mengidap jantung lemah? Tidak biasa perasaanku ikut tidak karuan seperti ini?"
Arvan membatin, masih mempertanyakan apa yang terjadi pada dirinya.
Arvan kelepasan tersenyum tak jelas, namun sialnya ketika ia tersenyum Tyara memergoki.
Lirikan lelaki itu lalu tertuju pada sang wanita yang kian semakin mendekatinya, ia tak bodoh jelas Arvan tau apa maksud sang wanita itu dengan beraninya mendatangi dan memberikan tatapan mesumnya itu.
Dengan lancangnya Tyara duduk dipangkuan Arvan, entah apa yang ada dibenak pikirannya sampai-sampai ia tak ingat jika dirumah ini masih ada si kecil dan juga Nenek.
"Kau? Berani sekali anda duduk di pangkuanku seperti ini? Lupakah jika disini ada Nenek?"
Tyara seperti tak menggubris, sebaliknya ia malah melingkari leher Arvan, dengan nakalnya ia pula memberikan sentuhan manja pada hidung keduanya.
"Katakan apa barusan aku tidak salah dengar?" Pertanyaan yang berbalik dilayangkan oleh Tyara.
"Apa maksudmu?"
"Kamu ini sudah berani? Apa maksudmu secara diam-diam memandangku seperti tadi? Jujur saja kamu sengaja mencari-cari kesempatan dalam kesempatan ya kan? Ataukah sebaliknya kamu sangat bahagia jika kita berdekatan dengan cara seperti ini?"tuduh Tyara dengan suaranya yang sedikit manja, tak lupa Tyara sendiri mengigit bibirnya seolah-olah sangat lihai dalam hal menggoda.
Arvan menyipitkan mata sedikit heran apakah Wanita ini sungguh wanita yang sangat lihai dalam hal goda menggoda seperti ini.
"Apa aku tidak salah dengar?"tegas Arvan."
Tak main-main Arvan langsung mendorong tubuh Tyara hingga tubuhnya itu tersungkur jatuh kelantai, jujur ini rasanya sakit, namun sakit yang Tyara rasakan bukan soal patah hati, namun sakit ketika b0k0ngnya mendapatkan dorongan kasar seperti ini, ingin rasanya ia mengumpat, namun Tyara sadar ini bukanlah waktu yang tepat.
Tyara masih bersimpuh dilantai, Arvan sekejap bangkit berniat akan pergi menjauh, namun sialnya kakinya terjengkang kaki Tyara, lelaki itu kini nasibnya sama-sama terjatuh ke lantai, Arvan tak sengaja menindih Tyara yang posisinya dibawahnya, pandangan keduanya tak terhindarkan, lagi dan lagi mereka berpelukan seolah-olah takdir tak memisahkan.
Masih dalam keadaan berpelukan dalam lamunan yang sama, pandangan keduanya saling menyatu, Arvan tak kunjung mengalihkan pandangannya begitu juga yang dilakukan Tyara.
"Suasana ini? Kenapa aku merasa tak asing dan seolah-olah pernah berada dalam posisi seperti ini? Tapi kapan?"
Arvan membatin dengan sedikit keheranan, ia tak kunjung mengalihkan pandangan dan berupaya pergi dari posisinya yang masih menindih Tyara.
Tyara memberikan kecupan pada bibir manis Arvan, detik itu pula Arvan sekejap berkedip, tersadar ia akan bangkit, namun rangkulan yang dilayangkan Tyara menggagalkan usaha Arvan.
"Lepas! Kau gila?"umpat Arvan, namun yang diberikan umpatan malah berbalik tak menunjukkan rasa takutnya.
"Coba saja kalau kamu bisa melepaskan pelukan ini?"tantang Tyara, yang kian tak takut.
"Papa ...."
Suara manis yang dihasilkan Cantika sekejap mengejutkan Arvan, posisinya yang masih menindih Tyara akan memberikan banyak pertanyaan yang harus Arvan jawab jika Cantika sampai memergokinya.
"Ini peringatan! Jangan pernah membuat darahku naik! Paham!"
Namun, lagi-lagi yang ia ancam tak kunjung menunjukkan rasa takutnya, sebaliknya wanita yang berada dalam kungkungannya itu hanya tersenyum manja.
..................... Bersambung ..................