NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Teguran Dari Nagari Ulu

       Jauh berbeda nasibnya dari Olen, tiba-tiba mahluk itu menghilang.

Dukun Uciak tidak berhenti merapal mantra di hadapan mereka, seperti irama orang meratap, dan terus mengulang-ulang membaca mantra.

"Keaaaaaaaaak!". Suara mahluk itu terdengar lagi, semakin mendekat.

"Bruuuuk". Mahluk itu melompat pas di hadapan mereka, lebih kurang sepuluh langkah jarak nya dari hadapan dukun Uciak, sosok mahluk tinggi seperti orang utan, dengan berbulu lebat memiliki mata menyala dengan wajah datar hitam.

Erin terkejut beserta dengan teman-teman nya sambil berebutan ingin di tengah, mereka saling berpelukan karena sangat takut.

"Kambali la angkau saparoti nan daulu nyo". ( Kembali Engkau seperti semula). Ucap Dukun Uciak, lalu dukun Uciak meniup mahluk itu. Mahluk itu lalu langsung berubah menjadi tunggul kayu dengan di tumbuhi bulu-bulu seperti orang utan duduk, setinggi lebih kurang satu setengah meter.

Lalu dukun Uciak menyalakan senter, dan mengambil bahan-bahan yang dia bawa tadi satu persatu, lalu dia mendekati tunggul kayu itu.

"Erim, co mandakek kasiko". ( Erim, ayo mendekat kesini). Panggil dukun Uciak pada Erim.

Tapi tidak ada jawaban, lalu Dukun Uciak kembali memanggil Erim, namun juga tidak ada sahutan.

"Eriiiiim!!". Teriak dukun Uciak, hingga suara dukun Uciak menggema ke seluruh hutan kulindan.

"Iyo Mak Uciak". (Iya om). Sahut Erim seakan tersadar dari pingsan.

"Mandakek kasiko". ( Mendekat Kesini). Ucap dukun Uciak.

"Oh, i, i, i, iyo jadi mak Uciak". (Oh, jadi Om Uciak). Jawab Erim yang belum hilang ketakutan nya.

Lalu mereka berlima melangkah ke arah dukun Uciak, dengan langkah yang sulit di gerak kan, ternyata tunggul itu penuh dengan gambar-gambar orang, serta dengan nama yang di tuju dan juga nama orang tua nya.

"Ko baun apo ko?". (Ini bau apa ini). Ucap dukun Uciak sambil menyoroti setiap selangkangan pemuda itu dengan senter.

"La basah mak Uciak". (Sudah basah Om Uciak). Jawab mereka hampir persamaan.

"Pambatang kalian sajo nan gadang nyo ma, tapi panakuik". (Batang kalian saja yang besar, tapi penakut). Ucap dukun Uciak.

Setiap gambar orang itu ada yang di paku, ada yang di paku dengan sengat ikan baung, ada dengan duri landak, dan juga sengat ikan pari ada dengan penjahit, ratusan gambar yang terukir di tunggul kayu ini ternyata tidak sedikit orang yang di santet sejak zaman dahulu melalui perantara tunggul buta ini.

Lalu Dukun Uciak membuat gambar seorang wanita dengan di ukir dengan sengat ikan pari yang mereka bawa tadi.

"Erim sia namo urang nan ka di tuju tu?". (Erim siapa nama orang yang akan kita tuju itu). Tanya dukun Uciak, dia terus membuat gambar, sesekali dari tunggul itu keluar darah persis seperti darah manusia.

"Namo nyo Yunita Maria mak Uciak". (Nama nya Yunita Maria om Uciak). Jawab Erim.

"Namo kaduo urang gaek e?". (Nama kedua orang tuanya?). Tanya Dukun Uciak lagi.

"Amak e Mariya bapak nyo Uran". ( Mami nya Mariya, Papi nya Uran). Ucap Erim terus menatap tunggul itu.

Setelah selesai dukun Uciak membuat gambar orang itu, lalu dia melingkari, dalam lingkaran itu, dia ukir nama-nama yang baru di sebut kan Erim tadi.

Lalu kain putih bekas sisa kapan orang mati tadi dia tusuk dengan sengat ikan pari hingga tembus.

"Rim... Ambiak puntuang kayu nisan nan sadang di baka tadi, baok ka siko". (Rim... Ambil puntung kayu nisan yang sedang di bakar tadi, bawa kesini). Ucap Dukun Uciak.

"Jadi mak Uciak". (Jadi Om Uciak). Jawab Erim sambil menarik lengan Olen, karena Erim sangat takut, sedang kan jarak mereka dari unggun itu, paling jauh sepuluh langkah.

"Ko mak Uciak". (ini mak Uciak). Ucap Erim sambil memberikan putung kayu nisan yang sedang menyala itu. Lalu puntung itu di ambil oleh dukun Uciak, lalu dia pejam kan mata sambil merapal mantra lagi.

Setelah itu ujung duri ikan pari itu dia letak kan ke arah leher kiri gambar tadi, lalu sengat ikan pari itu dia palu dengan putung nisan kuburan yang sedang menyala itu. Pukulan pertama terdengar suara jeritan seorang gadis yang sangat jauh, dan dukun Uciak menghentikan pukulan nya.

"Lai tadanga dek kalian?". (Apa terdengar oleh kalian). Tanya dukun Uciak.

"Tadanga mak Uciak". ( Terdengar mak Uciak). Jawab mereka hampir bersamaan.

Lalu dia palu lagi, ini yang kedua kali nya, dan terdengar lagi suara gadis menjerit sangat memilukan hati dan dari bekas tusukan sengat pari itu keluar darah mengalir.

Di saat dukun Uciak ingin memalu sengat ikan pari yang ketiga kali nya, tiba-tiba puntung kayu di genggaman nya terlempar seperti ada yang menepis. Sehingga bara nya terpelanting dan masuk ke dalam baju Erim.

"Au... Panas, au... panas, panas". Teriak Erim sambil melompat-lompat membuka baju nya.

Dukun Uciak terhenti dan terbengong penuh tanda tanya.

"Apo nan tajadi mak Uciak?". (Apa yang terjadi om Uciak?). Tanya Erim.

"Antalah, tapi baru ko tibo bayangan Datuak Klewang Pandore Ulu". (Entalah, tapi baru saja tiba bayangan Datuak Klewang Pandore Ulu). Ucap dukun Uciak, sambil memungut kembali puntung kayu yang masih menyala tadi. Tapi kelima preman itu hanya diam.

Kembali dukun Uciak melanjut kan pekerjaan nya, dia pukul lagi sengat ikan pari tadi, sehingga sengat itu tenggelam separuh nya, di sertai suara teriak dan tangis seorang wanita yang sangat jauh kedengaran nya.

"Cukuik tigo kali tokok ndak". (Cukup tiga kali pukul) Ucap dukun Uciak.

"Biaso nyo barapo kali tokok mak Uciak?". (Biasa nya berapa kali pukul mak Uciak?). Tanya Erim.

"Untuak manyakikan urang nan di sihia tu, tigo kali tokok, untuak malumpuahkan sagalo anggoto tubuah nyo limo kali tokok, untuak mambinasoan urang tu, tujuah kali tokok". (Untuk menyakit kan orang yang akan di teluh itu tiga kali pukul, untuk melumpuhkan segala anggota tubuh nya lima kali pukul, untuk membinasakan orang itu, tujuh kali pukul). Ucap dukun Uciak pada Erim.

"Kanapo ndak limo kali tokok sajo Mak Uciak?". (Kenapa tidak lima kali pukul saja Om Uciak?). Tanya Erim.

"Kurang paham ambo masalah nan kini ko, sobok tibo teguran dari Nagari Ulu, ndak biaso nyo, ambo kajadian sarupo nan mode ko dari dulu do, cukuik untuak manyakiti nyo sajo". (Kurang paham aku masalah yang sekarang, sebab tiba teguran dari Negeri Ulu, tidak biasa nya aku dengan kejadian serupa ini, cukup untuk menyakiti nya saja). Jawab dukun Uciak, tapi kelihatan di wajah nya penuh was-was dan agak bingung.

1
choowie
masih nyimak ya kka...sAlam kenal🙏
choowie
wooowww
choowie
serem amat ya
Andau: terimakasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!