Adara terpaksa menerima kehadiran seorang madu di rumah tangganya, dia tidak dapat berbuat apa-apa karena sang suami dan mertua yang begitu kekeuh menghadirkan madu tersebut. Madu bukannya manis, tapi terasa begitu menyakitkan bagi Adara.
Awalnya Adara merasa sanggup bila dirinya berbagi suami, tapi nyatanya tidak. Hatinya terasa begitu sakit saat melihat sang suami dan adik madunya sedang berduaan. Apalagi hubungan sang mertua yang terlihat sangat dekat dengan adik madunya. Ditambah lagi suami dan mertuanya juga memperlakukan sang adik madu dengan begitu istimewa, bak seorang putri yang harus selalu dilayani dan tidak boleh melakukan pekerjaan apapun. Berbanding terbalik dengan Adara yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah termasuk menyiapkan kebutuhan sang adik madu.
Hati Adara sangat sakit menerima perlakuan tidak adil tersebut.
Sejauh mana Adara sanggup bertahan membina rumah tangganya yang tak sehat lagi?
Yuk ikuti terus cerita ini. InsyaAllah happy ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang
Karena merasa kesal tidak mendapatkan informasi tentang di mana Adara berada, Erlang lalu memilih pulang, Winda sudah sangat membutuhkan kehadiran nya.
Sesampainya di rumah, Winda langsung memeluk tubuh sang suami.
''Sayang, kamu kok lama sih? Kamu jangan pergi-pergi lagi. Aku sama bayi kita tidak ingin jauh dari kamu,'' kata Winda merengek manja dengan kepala bersandar pada dada bidang sang suami.
''Iya Sayang. Mas tidak akan pergi lagi. Tadi Mas ada urusan sebentar,'' Erlang mengelus pucuk kepala Winda.
''Emang urusan apaan, Mas?'' tanya Winda penasaran.
Erlang menarik nafas dalam lalu menghembus kasar.
''Adara menggugat cerai, Mas. Surat gugatan nya ada di rumah,'' ucap Erlang lesu.
''What? Benarkah itu?'' Winda mengangkat kepala, dia menatap Erlang lekat.
''Iya Sayang. Mas tidak bohong,''
Seulas senyum terbit di wajah Winda, baginya apa yang dikatakan oleh Erlang barusan adalah kabar baik.
''Kok kamu senyum sih?''
''Aku senang. Berarti setelah ini kamu cuma milikku seorang. Kita akan menjadi keluarga bahagia dengan kehadiran buah hati kita. Ah ... Ternyata, kehadiran bayi kita di dalam rahim ku membawa keberkahan tersendiri untuk hubungan kita,'' kata Winda masih tersenyum bahagia. Dia lalu memeluk suaminya lagi.
Erlang tak berucap lagi. Pikirannya bercabang, antara menerima keputusan Adara atau berusaha tetap mempertahankan.
Melihat kebahagiaan yang terlukis jelas di wajah Winda, membuat Erlang gamang. Dia berpikir untuk melepaskan Adara saja.
*
Sebulan berlalu.
Sidang perdana perceraian Adara dan Erlang diadakan.
Erlang tiba di kantor pengadilan agama bersama mamanya dan Winda. Dua wanita itu memaksa ikut karena mereka ingin bertemu Adara dan menghina Adara habis-habisan. Apalagi Sari, dia merasa mulutnya sudah gatal karena sudah lama tidak menghina dan marah-marah kepada Adara.
''Mana sih Si Adara? Kok belum nongol juga,'' kata Winda dengan wajah betek. Ruang sidang sudah dipenuhi oleh beberapa pengacara, para saksi serta para hakim. Sebentar lagi sidang akan di mulai.
''Iya, Mama juga tidak sabar ingin melihat wajah nya yang sok polos itu,'' timpal Sari.
Erlang menggeleng kecil mendengar perkataan Mama dan istri mudanya itu. Karena walau bagaimanapun masih ada cinta dihatinya untuk Adara.
Hingga beberapa menit berlalu, sidang akhirnya di mulai.
Para pengacara Adara yang berjumlah tiga orang mengatakan klien mereka tidak dapat hadir karena lagi ada urusan dan salah satu dari mereka juga mengatakan kalau klien mereka tidak akan hadir karena ingin sidang perceraian dipercepat serta tidak adanya mediasi antara Adara dan Erlang.
Saat sidang baru di mulai, semua berjalan dengan tenang dan aman, hingga beberapa saat setelah itu, keributan terjadi diruang sidang tersebut.
''Ini, Pak Hakim. Semua bukti ini jelas dan nyata adanya. Pak Erlang telah berbuat kasar kepada Bu Adara, Bu Adara telah mengalami KDRT di dalam rumah tangga nya, dan itu merupakan salah satu point sehingga Bu Adara menggugat cerai Pak Erlang,'' jelas sang pengacara dengan suara lantang.
Erlang terdiam beberapa saat setelah mendengar serta melihat bukti yang berupa fhoto yang di paparkan oleh pengacara pihak Adara. Dia tidak menyangka Adara akan memotret serta membuat vidio singkat memar-memar yang ada di tubuh Adara karena ulahnya.
Istri yang dianggap nya polos ternyata licik juga. Erlang sama sekali tidak kepikiran hal itu.
Sari dan Winda menyanggah bukti tersebut, mereka mengatakan kalau Adara telah memalsukan foto tersebut. Mereka tidak ingin Erlang mendekam dipenjara apalagi saat ini Winda tengah mengandung. Winda tidak ingin Erlang tidak ada di sisinya saat masa-masa mengandung serta saat dia melahirkan kelak.
Bersambung.
Maaf ya para pembaca setia. Bab ini singkat. Karena aku lagi tidak enak badan di tambah sibuk urusan di dunia nyata.
saga kasihan Thor😢😢
dan semoga rajin lagi Up nya 😍