[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puput Merepet
KRIIIIING...
Jam istirahat pun tiba. Gue sama Puput segera datang ke UKS. Kami mau nengokin keadaan Gilang.
Sebenarnya tadi Puput bersikeras mau ada urusan dan jalan sendiri ninggalin gue. Tapi, firasat gue mengatakan kalau Puput bakal datangin Gilang ke UKS. Kalaupun benar Puput ada keperluan lain seenggaknya Puput bakal duluan ke UKS baru pergi ngurusin urusannya. Sedangkan kalau Puput bohong sama gue bahwa katanya dia ada urusan nyatanya enggak, itu ga penting juga.
Terus, gue bilang aja ke Puput. "Gue mau ke UKS. Soalnya gue adalah sahabat si Gayung. Kasihan, siapa lagi yang bisa diandalkan di sekolah ini kalau bukan sahabatnya," kata gue tanpa ngelihatin muka Puput dan sambil sok sibuk ngerapihin buku di meja gue.
Gue ngomong gitu Puput pasti tahu kalau itu adalah cara nyampein satir ke Puput. Masa dia dengan gampangnya bilang ada urusan lain sementara orang yang dia buat sakit dianggurin kaya gitu.
"Gue mau ke UKS juga," bales Puput.
Kami pun pergi sama-sama tanpa banyak ngobrol. Di dalam pikiran gue sih gue udah gedek banget pingin nyalahin Puput atas kejadian pagi ini, tapi gue tahan-tahan. Gue lagi ga mood buka perang terbuka sama Puput.
Pas nyampe UKS, Gilang ga ada di sana. "Duh, tu anak pulang pasti," celetuk Puput. "Ga mungkin. Gue di kelas tadi masih ngelihat tasnya di laci," kata gue. "Terus tu anak kemana ya?" kata Puput. Gue pun memgendikkan bahu pertanda gue ga tahu.
Puput oun dengan gercep nyari petugas jaga. UKS bener-bener kosong. Bahkan petugas medis jaga pun ga ada di sana. Puput pun bergegas ke ruang guru. Dia nyari-nyari info sementara gue nunggu dari pintu.
"Katanya Gilang udah mendingan tapi ga pulang. Coba cari dia ke kantin, katanya," kata Puput nyanpein ulang perkataan salah satu guru kepada dia.
Gue dan Puput pun pergi ke kantin. Bener ternyata, Gilang lagi makan di sana. Gue dan Puput pun ngedatengin dia yang lagi duduk sendirian itu. Tapi, ada dua buah teh botol di meja itu, berarti Gilang lagi sama seseorang yang sekarang ga tahu lagi di mana.
"Gimana kondisi lu?" kata Puput. "Udah mendingan kan?" kata gue yang sekalian refleks megang jidat Gilang. Eh, lupa, harusnya gue menjaga perasaan Puput, tapi ni tangan ga bisa dikondisikan.
Jidat Gilang ga panas, gue pun langsung narik balik tangan gue lagi.
"Bagian mana lu yang sakit? Lengan? Betis? Punggung?" tanya Puput risau. "Lu masih lemes ga?" tanya gue.
"Satu-satu," kata Gilang yang baru aja menelan makanan dari dalam mulutnya. "Satu-satu dong nanyanya," lanjut Gilang.
"Eh, Bro. Temen-temen lu udah datang," kata seorang cowok yang kayanya dari kelas dua belas. "Iya, Bro," jawab Gilang. "Kalau gitu gue pamit dulu. Ada yang mau gue kerjain sekarang," kata cowok itu. "Oh, iya. Terimakasih banyak ya, Bro Rafael," kata Gilang. "Sama-sama. Ya udah ya, caw," kata cowok itu dan dia pun pergi.
"Tadi kami nyariin lu. Kirain lu pulang apa kemana. Eh tahunya lu di sini. Syukur deh," kata Puput. "Iya, Papoy sampe manggil-manggilin petugas ga ada juga. Akhirnya dia ke ruang guru buat cari tahu kondisi elu," sambung gue.
"Segitunya?" tanya Gilang kaget. "Ya iyalah! Lu pikir gue biasa aja gitu pas lu jatuh pingsan kaya tadi?!" kata Puput dengan nada heboh. Sadar kalau dia heboh sendiri, Puput pun nurunin nada bicaranya. "Ya soalnya kita kan temen lu, Gay," lanjutnya pelan.
Gue tahu kenapa Puput segitunya. Dia pasti merasa bersalah dong kalau Gilang kenapa-kenapa. Tapi, ni anak masih aja tengsin, ga mau ngaku. Dasar, Papoy.
"Saya udah baikan. Cuma butuh istirahat aja kok. Kata petugas tadi tensi darah saya rendah. Kalau gejala yang lain-lain ga ada. Jadi aman. Kalian yang tenang ya?" kata Gilang.
"Terima kasih kalian udah mau jadi sahabat saya. Ada yang perhatian sama saya itu rasanya beruntung banget. Kalian kan tahu sendiri saya di sini paling susah bergaul. Cuma sama kalian saya berteman yang dekat kaya gini," kata Gilang.
"Syukurlah kalau lu ga kenapa-kenapa. Kita juga senang kok bersahabat sama elu," kata gue. "By the way, memangnya tadi pagi lu ga sarapan?" tanya Puput.
Gilang terdiam sebentar, kaya mikir dulu sebelum menjawab pertanyaan Puput itu.
"I-iya... Iya, saya belum sempat sarapan. Saya baru ingat kalau saya belum sarapan tadi pagi. Hehe..." kata Gilang.
"Anjrit!" DAAAAGH
Puput gebuk meja pakai kepalan tangannya tapi ga terlalu keras.
"Ternyata itu penyebabnya! Gue sampe ketar-ketir, kirain lu pingsan gara-gara gue!" kata Puput ngomel-ngomel.
"Lu sendiri udah tahu mau latihan sama gue, kenapa lu malah ga sarapan dulu!" protes Puput. "Apa lu susah berangkat lebih awal buat latihan? Lu tahu kan yang ngotot banget ngajakin lu latihan itu gue, karena gue simpati sama elu? Tapi elu, kenapa lu malah..." kata Puput. Puput nyerocos tanpa jeda.
"Poy, Papoy? Poy? Tenang, Poy. Tenang. Atur napas lu. Hirup pelan-pelan, hembuskan pelan-pelan," kata gue sambil ngusap-usap punggung Puput.
Puput pun nurut apa kata gue. Dia menenangkan diri dan ngatur napasnya sesuai dengan instruksi gue.
"Lain kali lu sarapan dulu," kata Puput dengan nada yang lebih tenang dan pelan.
Gilang ngelihatin kami berdua pas gue lagi nenangin Puput. Dia sampai berhenti makan. Mie yang mau dia suap ke mulutnya seketika berhenti di tengah jalan. Tu tangan yang pegang garpu yang ada mie-nya mendadak kaya patung. Mulutnya yang mau melahap mie itu pun masih mangap.
Mungkin Gilang heran dengan cara kami ini. Sikap mematungnya pun diakhiri dengan senyum. Dia kaya tergelitik dengan kelakuan kami berdua.
"Sorry ya, Gay. Papoy memang suka gitu. Kalau udah merepet suka lepas kontrol. Kalau ga ditenangin nanti dia auto cosplay jadi pedagang baju loak yang ga berhenti-berhenti ngoceh," kata gue.
"Oh, iya iya. Oke. Gue baru tahu aja ada yang begitu. Kamu suka yoga gitu ya, Poy?" kata Gilang. "Bukan yoga, cuma Lele memang suka ngingetin gue dengan cara kaya gitu," kata Puput.
Karena ini adalah jam istirahat, gue dan Puput pun memesan makanan dan minuman. Soalnya ga cuma Gilang doang yang haus dan lapar, kami juga.
Hubungan gue sama Puput sedikit demi sedikit mulai mencair lagi. Kami pun mulai ngebanyol bareng, ngerumpi dan curhat-curhatan lagi
"Ganteng banget tahu cowok tadi! Ih siapa sih namanya?" kata gue. "Jadi selera lu yang kaya gitu?" kata Puput. "Lumayan tahu, Poy! Itu lumayan banget. Masa lu masih nanya," kata gue.
"Ehem... ehem..." kata Gilang. Eh, gue kalau udah ngomongin cowok sama Puput sampe lupa sama sekitaran gue. Astoge, gue lupa kalau ada Gilang di sini!
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian