#Warning
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jadi jika kalian suka silakan ikuti dan komentar lah dengan sopan dan baik. Selain itu, cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan melecehkan perempuan bercadar. karena cerita ini. Alzena memiliki karakter tegas yang berbeda dari yang lain sehingga kalian mungkin akan bilang tidak sesuai dengan pakaiannya atau apa pun hal lainnya🙏🙏🙏🙏
Athar Azmi adalah seorang berandalan yang selalu menjadi ketakutan penduduk kampung di tempatnya berada.
Ia sangat suka menciptakan masalah besar yang mendatangkan keributan.
Hingga suatu hari Athar dan kelompoknya melakukan pengeroyokan pada seorang anak remaja.
Dimana saat itulah Ia di pertemukan dengan seorang gadis bercadar yang sudah di lecehkan nya.
~~~~
Jadi sebelum tahu bentuk pelecehan itu seperti apa? Alangkah baiknya di baca dahulu isi cerita di dalamnya😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Pergi
Selang beberapa waktu dalam guyonan tersebut, dering ponsel Athar menarik perhatian seluruh keluarga. Athar yang tak enak hati langsung berpamitan untuk menerima telpon lebih dulu.
"Sebentar!" Tukas Athar yang segera beranjak dari kursi tanpa menoleh sedikit pun kearah Alzena.
Setelah di yakini tidak ada yang mendengar, Athar buru-buru menggeser tombol hijau untuk mengetahui ada info terbaru apa hingga Farid menghubunginya.
"Halo, ada apa Rid?" Tanya Athar agar judes.
"Itu Thar, Nicko dan kawan-kawannya ngeroyok Radit dan Riky. Sekarang kami OTW mau ke lokasi. Kamu cepet kesini ya kita tidak akan menang ngelawan Nicko jika kamu tidak ada. Motormu kan sudah aku antar kemaren, pasti mereka sedang mempersalahkan hal itu," timpal Farid panjang lebar.
"Oke, kamu sherlok aja alamatnya!"
"Siap Thar, aku kirim sekarang ya!"
Athar mematikan ponselnya dan kembali menghampiri Bunda Alika. Ia harus meminta izin untuk pergi menyelamatkan kedua teman seperjuangannya itu.
"Bun, Athar pergi dulu ya, ada urusan sebentar di luar!"
"Ngapain lagi sih Thar? Terus bagaimana dengan istrimu? Seharusnya dialah tempat kamu berpamitan bukan Bunda sebab istrimu lebih berhak tahu kemana kamu pergi!" Ujar Bunda Alika memberi tahu.
Athar pun menoleh ke arah Zena sebentar kemudian mendekat untuk mengulurkan tangan kearah perempuan bercadar itu. Sebenarnya Athar sangat malas melakukannya. Tapi mau tidak mau Athar harus mematuhi nasehat Bunda Alika.
Sebagai seorang perempuan yang Sholihah, Alzena langsung menyambut tangan Athar untuk menciumnya dengan patuh dantakzim. Tak lupa Zena berpesan agar Athar berhati-hati di jalan.
"Jaga diri baik-baik ya Mas, kalau bisa jangan pulang kesorean supaya bisa menunaikan kewajiban sama Allah!"
Athar yang kian malas menanggapi Alzena pun hanya memutar bola matanya ke atas. Perduli apa dengan perkataan perempuan itu. Kalau bukan karena Abah, sudah pasti Athar tidak akan pernah mau tahu apa pun soal Alzena.
Melihat wajah kelu adik iparnya itu, Alan menyenggol lengan Ardhan sambil berbisik-bisik. Bagaimana mungkin Athar memilih pergi meninggalkan Alzena seorang diri di saat hari pertama kedatangannya di rumah itu hanya untuk urusan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Athar pasti memilih pergi karena menyangkut Farid dan genknya yang mungkin sedang berbuat ulah di suatu tempat.
"Gila banget sih si Athar, bukannya ngajak istri mesra-mesra'an, malah pergi seenak hati!" Gerutu Alan dengan suara lirih di telinga Ardhan karena tidak ingin sampai di dengar oleh Alzena.
"Emang songong dianya, biarin aja. Nanti juga bakal nyesel sendiri melewatkan momen sakral. Ya udah deh, aku mau ke kamar dulu lanjut ronde ke tiga?" Ucap Ardhan dengan gaya pamernya.
"Eh, apa tiga?" Alan tidak sadar memperkuat suaranya sambil memperlihatkan jumlah nominal jari ke depan Ardhan. "Wah, jadi kamu kerja tiap malam dong. Sialan lo, enak banget si Dinda mau ngelayani kamu terus menerus!" Rutuk Alan semakin kesal. Kenapa nasibnya tidak seberuntung Ardhan. Sedang satu kali pun Alan belum pernah mencobanya.
Bunda Alika, Mami Zulfa dan Mama Yuna yang sejak tadi diam saja sampai tidak sadar kalau mereka ikut menyimak obrolan mereka pun jadi terbahak-bahak mendengarnya. Sedang Dinda dan Mayra hanya tersipu malu di buat oleh tingkah konyol kedua pemuda di antara mereka itu. Para suami mereka benar-benar sudah tidak waras hingga membahas hal tidak patut di depan para Ibu mertua mereka.
"Udah dong Mas, malu di dengar Mami, Bunda dan Mama. Masak harus di umbar-umbar sih berapa kali kita main," protes Dinda kemudian agak cermberut.
"Hehehe... apa boleh buat Yang. Biar Alan dan Mayra ngilerkan, terus ikutan romantis kayak kita," Jawab Ardhan dengan percaya diri.
Duh kok feeling aku ga enak ya aku takut ny athar kena imbas dri kelakuan teman2 nya palagi waktu itu syfa ambil fhoto ny athar di markas
untung malik masih percya lg sama athar,padahal athar pernah membuat malik sengsara.....kok masih ada kepercayaan nya....
jgn kita terlalu menilai dari segi sifat,sikap seseorang.......
terimakasih thor ceritanya.....walaupun pendek....manfaat juga..