Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Berbagi Kesusahan
"Gue diusir, Anyiing!"
Mendengar itu, Edo semakin membulatkan kelopak matanya. Apalagi saat menyadari wajah Ghara yang babak belur, bekas pukulan Alessandro semalam. Edo ingin mencekal lengan Ghara untuk meminta penjelasan, tetapi pria itu segera menepis.
Ghara menyeret kopernya masuk ke dalam apartemen Edo dan membuangnya ke sembarang arah. Lalu menghempaskan tubuh ke sofa, merasa malas untuk bekerja. Sebab di luar sana, banyak sekali wartawan yang mengejarnya.
Ya, semua itu gara-gara Keysha.
"Kok bisa lu diusir, Bre? Masalah semalem?" tanya Edo, seraya duduk di sofa single.
Dia menatap penuh duga, sepertinya pertengkaran antara Ghara dan Alessandro sangat hebat, hingga pria keturunan buaya rawa-rawa itu diusir dari rumah.
Ghara mendesaahkan nafas kasar, lalu menyugar rambut panjangnya. Dia juga tidak habis pikir, kenapa Alessandro malah mengusirnya. Bukankah seharusnya ia dan Lily menikah. "Gak, Do! Ini masalah laen lagi. Gue bener-bener ngerasa kayak anak tiri kalo gini."
"Lah terus kenapa?"
Edo memasang wajah serius, karena dia begitu penasaran dengan masalah yang tengah dihadapi oleh Ghara. Dia yakin, semua itu tak hanya datang dari Keysha.
Ghara terdiam, lalu tiba-tiba dia mengusap perut sixpack-nya. "Mending makan dulu deh, Do. Gue laper, belom sarapan tadi," ujar Ghara dengan mimik memelas. Membuat Edo langsung menelan ludahnya.
"Elah, gue udah serius mau dengerin. Masak sendiri sana!" sentak Edo, jangankan untuk orang lain, dia saja malas memasak sarapan untuk dirinya sendiri.
"Ogah, lu aja, lu kan asisten!"
"Ck, gue tuan rumah, Nyet!"
"Tetep aja, gue bos elu, Do. Bikinin gue mie instan yah, pake telor, kayaknya enak tuh. Tadi gue gengsi mau makan di rumah si Ale," jelas Ghara seraya mengusap-usap paha Edo. Merayu pria itu agar lekas pergi ke dapur.
"Setaann lu, Ghar. Dateng-dateng nyusahin aja," gerutu Edo, dia bangkit dan meninggalkan Ghara di ruang tengah, membuat pria tampan itu terkekeh.
"Kan kita sahabat, Do. Wajarlah berbagi kesusahan," timpal Ghara sambil memperhatikan Edo yang melangkah ke arah kamar.
"Bodo amatlah, Bocah Dajjal!"
***
Dua mangkuk mie instan sudah ada di tangan masing-masing. Sambil sarapan Ghara menceritakan duduk permasalahan antara dirinya dengan sang ayah, yaitu tentang Liliyana.
Edo hampir tersedak kuah mie saat mendengar pengakuan Ghara, bahwa dia telah mencium Lily secara sadar tadi malam.
"Lu gila ya, Ghar?" sentak Edo dengan alis yang menaut tajam.
"Gila gimana sih, Do? Lu kan pernah nyuruh gue buat ngungkapin perasaan ke Lily, kok sekarang lu malah nyalahin gue?!" balas Ghara tak kalah menggebu. Merasa tak terima jika Edo menyalahkan tindakannya.
Edo langsung menoyor kepala Ghara, agar otaknya kembali ke tempat semula. "Yang gue gak habis pikir kenapa lu nyosor kayak soang! Tuh bocah lagi terkaget-kaget, yang ada sawan."
"Ck, biar kayak di film-film gitu lho, Do. Biasanya cewek kan suka tuh dicipokk kalo abis ditembak."
Sekali lagi, Edo menoyor kepala Ghara. Bahkan terasa jauh lebih kuat, membuat pria itu sedikit emosi. "Ck, napa pala gue ditoyor-toyor mulu sih?"
"Elu begoo! Ini konteksnya beda, Bambang. Lily itu bukan Keysha ataupun ciwi-ciwi di luar sana. Yang dia tahu dia adek elu! Mikir dikit dong, Ghar. Pake otaknya, jangan Jeky mulu lu gedein."
Edo menggunakan satu jarinya untuk mengetuk pelipis, karena merasa gemas dengan pemikiran Ghara.
Ghara terdiam sambil menghembuskan nafas kasar. Dia tahu dia salah, tetapi bukankah kesalahpahaman tadi malam membawa untung baginya.
"Tapi karena itu si Lily jadi bisa diajak kerja sama, Do."
"Maksudnya?" tanya Edo, mengurungkan niat untuk memakan mie instan yang sedari tadi menggugah seleranya.
"Gue sama dia abis diinterogasi tadi pagi, nah di situ dia jawab kalo pernah ngelakuin sesuatu sama gue. Sesuatu yang gak wajar buat dilakuin sama adek-kakak. Sumpah, tuh bocah polos banget, sampe bokap sama nyokap gue percaya dong … gila 'kan?" jelas Ghara dengan gamblang.
Sementara Edo hanya mampu menganga. Ini yang salah orang tuanya atau anaknya sih? Kenapa salah pahamnya jadi panjang begini?
"Terus yang buat lu diusir apa?"
"Bokapnya bawang putih nyuruh gue selesaiin dulu masalah sama si Lampir. Dan gak boleh bawa-bawa nama anak perawannya. Ck, gue beneran kayak anak pungut 'kan, Do?"
Mendengar itu, Edo menarik sudut bibirnya ke atas. "Lu emang anak pungut kali, Ghar. Bokap sama nyokap lu kasian pas elu nongol di rawa-rawa, makanya dibawa pulang."
Plak!
"Lu kira gue buaya?!"
"Lah elu 'kan cucunya buaya?"
***
Gak sadar diri dia, Do😜
"maen apa dad?? "😆😅