Amara gadis berusia dua puluh satu tahun ini terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang bernama Aska sebagai penebus hutang ayahnya.
Ayahnya kabur begitu saja meninggalkan banyak hutang tanpa Amara ketahui.
Setelah menjadi istri, Aska memerintahkan Amara untuk merawat sang ibu yang sedang terbaring sakit.
Namun suatu saat Aska menikah lagi dengan seorang wanita yang ia cintai bernama Davina.
Jangan lupa Like,coment,vote dan favoritkan🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Setibanya di rumah, Ansel langsung saja masuk ke dalam. Dia tertegun ketika melihat kedua orang tuanya tengah duduk di sofa ruang keluarga.
Ansel dan orangtuanya langsung saja berpelukan hangat melepaskan rasa rindu yang sudah menggebu-gebu.
Alena ibu dari Ansel, langsung saja mengajak Ansel untuk makan bersama. Karena Alena sebelumnya sudah menyiapkan berbagai hidangan makanan untuk menyambut kedatangan anak tercintanya.
Akhirnya mereka pun makan bersama.
Selesai makan, Surya ayah dari Ansel pun kembali membuka suara.
"Menikahlah Ansel....kau sudah waktunya untuk menikah!" Ucap Surya, ayah dari Ansel.
Ansel memutar mata malas, sudah ribuan kali ia mendengar ucapan itu dari mulut orangtuanya. Mau lewat telpon ataupun bertemu, pasti akan selalu membahas tentang pernikahan.
"Sebenarnya ayah dan ibu memintaku pulang hanya ingin berbicara itu lagi?" Tanya Ansel.
Alena tersenyum. "Ansel.......ayah dan ibu semakin hari semakin menua, jadi kami ingin sekali melihatmu menikah. Apa kau tidak ingin membahagiakan kami dengan memberikan seorang cucu?" Tanya balik Alena.
"Ibumu benar, Ansel. Jika kau menikah, maka ambil alih lah semua perusahaan ayah!" Sambung Surya.
"Ah.....jangankan menikah, pacar saja tidak punya!" Ujar Ansel.
Padahal banyak wanita yang mengejar-ngejar Ansel, tapi belum ada satu wanita pun yang bisa memikat hati dari seorang Ansel.
"Ansel kau sudah 5 tahun di luar negeri, mustahil tidak ada satu wanita pun yang mau dengan kau?" Alena terheran.
"Bukan begitu ibu, ...." Belum selesai Ansel berbicara, Surya langsung memotongnya.
"Kalau begitu biar kami saja yang mencarikan mu jodoh!" Tukas Surya. "Lagian teman-teman ayah banyak kok yang memiliki anak perempuan seusia mu!"
"Ayahmu benar Ansel!"
Ansel kaget mendengar ucapan dari kedua orangtuanya itu.
"Tidak.....tidak mau, Ansel tidak mau di jodohkan! memangnya ini jaman dulu apa?"
"Biarlah Ansel memilih dengan pilihan Ansel sendiri!"
"Sampai kapan Ansel?" Tanya Surya dan Alena.
"Baiklah, cepat atau lambat Ansel akan membawakan calon menantu untuk ayah dan ibu!" Jawab Ansel.
Surya dan Alena seketika bernapas lega mendengarnya.
Ansel bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ansel lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sore menjelang malam, terlihat mobil Aska baru saja terparkir di depan rumah. Aska keluar dari dalam mobil lalu berlari kecil ke samping membukakan pintu mobil untuk Davina. Hal itu memang selalu di lakukan Aska ketika ia berangkat kerja maupun pulang kerja, karena ia dan Davina satu mobil.
Pemandangan itu hampir tiap hari Amara saksikan, betapa Davina di perlakuannya Aska bagai ratu.
Tepat di depan tengah rumah, Amara berdiri mematung saat melihat Aska dan Davina yang baru saja pulang.
Aska dan Davina langsung saja duduk di sofa.
Amara....buatkan aku teh hangat, tapi gulanya jangan terlalu banyak!" Perintah Davina.
"Buat saja sendiri!" Ketus Amara.
"Apa kau bilang? sayang, lihatlah Amara, dia tidak mau membuatkan ku teh hangat!" Ucap Davina dengan manja.
"Amara....cepat buatkan!" Titah Aska.
"Tapi dia bisa buat sendiri, lagipula apa susahnya membuat teh!" Seru Amara.
"Amara, mengertilah, Davina hamil dan dia baru saja pulang kerja!" Ucap Aska.
Amara dengan hati yang jengkel pun langsung saja melangkah ke dapur. Ia benar-benar geram dengan Davina, rasanya ingin sekali Amara mencabik-cabik wajah Davina.
Dengan wajah yang tak bersahabat, Amara pun menyodorkan secangkir teh di hadapan Davina.
"Amara.....mau kemana kau?" Tanya Aska saat Amara ingin berbalik badan.
"Aku ingin masak untuk makan malam!" Ujar Amara. Karena ia tahu selain dia siapa lagi yang akan memasak di rumah ini. Istri kedua suaminya itu sama sekali tidak pernah menyentuh alat-alat memasak.
"Tidak usah, aku dan Aska akan makan diluar nanti malam! bukankah begitu sayang?" Tanya Davina.
Aska pun seketika menganggukkan kepala. "Iya sayang, kita akan makan malam diluar nanti."
"Terserah kalian, lagipula sebenarnya aku masak hanya untuk ibu." Tutur Amara lalu melangkah pergi.
Davina sedikit malu ketika mendengar penuturan dari Amara.
Aska benar-benar tidak adil, selama menikah hanya Davina saja yang di ajak untuk makan malam diluar. Sedangkan dirinya sama sekali tidak pernah diajak.
Amara merasa dirinya sama sekali tidak di anggap oleh Aska. Padahal dirinya juga istri dari Aska, tapi seratus persen perhatian, hanya Aska berikan kepada Davina saja.
khadiran davina tk kn mmpu mngisi kekosongan hatimu.... dan sosok amara perempuan tulus... tk akn prnh trgntikan...
btw aku dari tahun 2025/Grin/