Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terenggut
“Mas.. boleh saya bicara sebelum saya menandatangani surat ini?” Tanya Ameera.
“Jangan buang waktuku, katakan saja hal yang penrting..” Ucap Rumi dengan sangat ketus.
“Saya sempat berfikir untuk membatalkan pernikahan ini, saya tidak mencitai Mas Rumi dan saya juga tidak tertarik pada sosok Mas Rumi.. terbesit di pikiran saya betapa sulitnya saya akan membangun sebuah rumah
tangga tanpa ada rasa tertarik dan cinta..” Ucap Ameera dengan sangat Berani.
Mendengar Ucapan Ameera membuat Rumi merasa tersingung dan merasa dirinya di rendahkan oleh sosok Ameera.
Kurang Ajar!! Dia menolakku? Dia bilang tidak tertarik denganku? Hemm baru kali ini ada wanita yang menolakku secara mentah-mentah.. siapa dia? Dia pikir dia ini seleraku?
“Kamu pikir aku tertarik dengan mu? Tidak cantik, tidak sexy dan lihat penampilanmu itu, standart anak kampus yang hanya mampu jajan mie instan..” Ucap Rumi merendahkan.
“Aku setuju, silahkan kamu bicarakan dengan Tuan Rudi yang terhormat itu, katakan jika ini adalah murni keinginan kamu.. jangan sekalipun kamu membawa namaku.. ingat itu..!!”
Rumi kemudian begitu saja pergi meninggalkan Ameera membawa amarahnya yang terpendam, saat itu juga Ameera terdiam merenungi keadaan rumit dalam hidupnya.
Ameera bergegas meraih tasnya dan beranjak untuk pergi, hari sudah cukup sore dan cuaca terlihat mendung.
“Sepertinya akan turun hujan.. aku harus cepat sampai rumah..” Ucap Ameera pelan.
*
Malam ini hujan turun cukup deras, Tiupan angin juga menambah udara semakin dingin terasa.. perut lapar membawa Ameera ke dapur untuk memasak satu porsi Mie Instan.
“Kenapa aku jadi ingat ucapan Mas Rumi, hemm hanya mampu makan mie instan” Ucap Ameera terkekeh.
Di tengah kesibukannya di dapur, Ameera merasa ada suara yang mengusuk dirinya, suara itu berasal dari pintu utama kediamannya.
“Keey??? Faizz??” Teriak Ameera mengira kedua sahabatnya yang datang karena akses kediamannya itu bebas di jangkau oleh kedua sahabatnya.
“Astagfirullah..” Ucap Ameera spontan saat lampu kediamannya padam total, suara sahut petir juga menambah rasa cemas pada diri Ameera yang berada seorang diri di rumahnya.
“Ini kenapa tumben sih paket komplit gini, hujan, petir dan mati listrik..”Kata Ameera pelan.
Perasaan Ameera kini tak menentu, ia tengah meraba beberapa laci di dapur mencari lilin dengan cahaya yang sanagat minim, yaitu dari kompor yang menyalah.
Pergerakan Ameera terhenti sejenak, ia teridam dan mencoba memasang telinganya atas suara-suara yang tengah samar ia tangkap.
Seperti ada suara
derap langkah yang semakin dekat.. – Batinnya
“Keey?? Izz…” Ucap Ameera pelan. Suara petir kembali terdengar.
“Izz.. Keey.. kalian bukan? Jangan membuat aku takut…”Ucap
Ameera pelan sambil menahan rasa takutnya itu. Ameera meraih lilin, ia menyalahkan lilin itu kemudian mematikan kompor. Ia berjalan pelan menuju ruang tengah kediamannya.
“Keey?? Kamu kah yang datang?” langkah Ameera pelan, bahkan sangat pelan karena rasa takutnya itu.
Ameera kemudian berteriak kencang, sangat kencang saat tubuhnya di tarik kuat oleh seseorang, lilinpun padam seketika, tubuh munggil Ameera terhempas jatuh ke atas sofa.
“Tolong.. lepas!! Kamu siapaa??!! Lepas!” teriak Ameera sambil mencoba melepaskan dirinya dari dekapan seseorang.
“Jangan.. akui mohon Jangan.. lepaskan akuuuuuu!!!!” Ameera sudah menangis ketakutan, berontak juga tak mampu menahan tubuh besar yang sudah mengunci tubuhnya di atas sofa.
Tangis Ameera pecah, seseorang mencumbu tubuh Ameera kala itu, rasa takut, sedih, dan respon diri merasakan sentuhakan seorang pria itu menjadi satu.
BREEEKKKKK kancing piyama Ameera sudah terlepas begitu saja, kedua tangan Ameera terkunci di tahan oleh kedua tangan pria itu yang kini asik menjelajahi bagian depan tubuh Ameera. Ameera semakin lemas, sepenuh tenanga sudah ia keluarkan untuk memberi perlawanan namun tidak ada hasilnya.
Gelap, sangat gelap sehingga Ameera tidak dapat melihat sosok pria yang tengah mencumbu dirinya itu, hanya suara ******* kecil pria itu yang dapat ia dengar, tidak tahu suara siapa itu.
Pria itu melepas cengkraman pada kedua tangan Ameera, ia kini berusaha membuka bagian celana Ameera, dan ia lanjutkan dengan membuka pakaiannya sendiri dengan cepat. Merasa ada sedikit celah untuk kabur, saat itu Ameera kembali memberi perlawanan, ia berusaha bangun dan mencoba melarikan diri, namun sial kakinya tertahan oleh pria itu hingga tubuh Ameera terjatuh di lantai.
“Lepaaassskaaaann” teriak ameera sambil menangis saat ia merasa tubuhnya kini sudah tidak memakai satu helai bajupun.
Spontan Ameera memberi cakaran pada bagian leher samping pria itu hingga terdengar suara pria itu mengerang kesakitan.. Namun, suara kitu lagi-lagi tidak dapat Ameera terka siapa pria itu sebenarnya.
“Aku mohon jangann.. jangannnnn..” Pinta Ameera berkali-kali. Suara Ameera yang kencang itu terasa pelan, suara deras hujan di sertai dengan angin dan petir yang silih berganti menyambar membuat suara Ameera terkalahkan.
Pria itu semakin bringas menikmati indah tubuh Ameera, kecupannya semakin liar mejalar ke bagian tertentu yang mampu membuat Ameera semakin lemas pasrah karena sentuhan yang ia respon.
Tangis histeris Ameera semakin jelas terdengar saat kedua kakinya muai di tekuk dan di buka paksa oleh pria itu, menangis histeris sambil menggelengkan kepalanya.
“JANGAN AKU MOHON..”
Ucapan Ameera tak di dengar, pria itu kemudian melanjutkan aksinya dengan sangat bringas tanpa memikirkan kondisi Ameera yang kesakitan penuh dengan kesedihan , tubuh Ameera semakin lama terasa dingin dan tangisannya perlahan mereda, pergerakannya semakin lama juga terasa semakin melemah.. Yaa nampaknya Ameera benar-benar kehabisan tenaga untuk berontak melepas dirinya.
Karena kelakuan bejat pria itu, ia tidak melihat kondisi Ameera, tidak memperdulikan keadaan Ameera, sekilas cahaya petir yang menembuk ke arah jendela memperlihatkan wajah Ameera yang tengah menahan kesakitan dan kesedihan.
Aku tidak pernah merasakan kenikmatan ini Ameera, kamu membuatku menikmati sensai yang baru dalam hidupku…
*
*
*
Ah jangan ngomel – ngomel ya ibi-ibu.. jangan demo Author yaa.. hihi
Minum dulu yuk..
Terimakasih sudah membca, jangan lupa berikan juga dukungan kalian untuk Ameera yaa, berupa komengtar positif, like, vote dan rate (GRATIS) jika ada satu dua tiga sepulu tangkhai mawar juga boleh, atau kopi hangat hehe
Terimakasih sudah membaca..
Salam Cintaku,
MEI..❤️
🤭🤭
mampir awak Thor