Selir Cinta Sang Mafia

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂.

"Mau apa ke hotel?"

"Buka baju kamu semua" jawab Adam dengan senyum penuh arti.

"Gila! ini tuh mau masuk kelas" sergah Diana menepis tangan Adam yang mencekal nya.

"Tanggung, udah bel dari tadi. Emang kamu gak denger?" kekeh Adam yang berhasil membuat gadis cantiknya itu sampai tak sadar jika bel sudah bunyi sejak ia menyesap lehernya.

"Saling enaknya, 'kan? sampe gak kedengeran"

Diana merengut kesal dan kembali duduk di kursi tempat ia menunggu Adam tadi setelah melihat jam di pergelangan tangannya.

"Udah telat delapan belas menit, guru juga pasti udah masuk" rutuknya jengkel, sangat sangat jengkel.

Adam memeluknya dari belakang, ia letakkan dagunya di bahu kanan.

"Maaf, aku begitu menikmatinya tadi" bisik Adam.

Diana menghela nafas, ia yang baru pertma kali mengenal lawan jenis entah kenapa sulit menghindar jika Adam ingin menyentuhnya.

"Minggu depan sudah mulai ujian, aku harap kita semua mendapat nilai terbaik"

"Kamu lanjut kuliah dimana?" tanya Adam semakin nyaman mendekap Diana.

"Kuliah itu bagai mimpi untukku"

"Hey, kenapa berputus asa, kita kuliah sama sama, gimana?" tawaran Adam yang lumayan mendadak membuat Diana sedikit terperanjat tak percaya.

"Aku ingin bekerja, ibu sudah dua minggu ini sakit"

"Apa obatnya habis? sudah ku bilang bawa kerumah sakit, 'kan?" Adam yang kesal sedikit meninggikan nada suaranya karna ia susah berulang kali menyuruh Diana membawa ibu untuk di rawat dengan intensif.

"Berobat di bidang sudah cukup, Dam"

"Kamu pikir ibu mau lahiran dibawa ke bidan!" sahut Adam yang sudah mengurai pelukannya lalu menarik tangan Diana untuk bangun.

"Mau kemana?"

"Jemput ibu, kita bawa kerumah sakit dan aku gak mau denger penolakan!" tegas Adam tak main-main.

"Tapi Dam aku..."

"Dee, cuma aku sama ibu yang kamu punya, kalau

seandainya aku pergi setidaknya masih ada ibu yang nemenin kamu" ucap Adam sambil memegang kedua bahu Diana dengan tangannya.

"Kamu mau pergi kemana?" tanya Diana dengan menakutkan kedua alisnya bingung dan kaget dengan apa yang di ucapkan Adam.

"Jangan pergi, ku mohon!"

Adam tertawa kecil lalu memeluk Diana dengan erat.

Entah apa yang di rasakannya saat ini tak bisa Adam ungkapkan. Namun, rasa tak ingin kehilangan sedang bergelayut di dalam hatinya.

****

Sampai di rumah kontrakan Diana, Adam langsung memapah tubuh wanita yang sudah membesarkan kekasihnya itu menuju mobil yang ia pinjam dari salah satu tamannya, karna jika Adam pulang lebih dulu ke rumah justru urusannya akan semakin panjang karna mamanya pasti banyak bertanya tentang kepulangan Adam di jam sekolahnya.

"Kita kerumah sakit umum aja, Dam"

Adam hanya mengangguk tanpa menjawab karena ia akan membawa ibu kerumah sakit besar di ibu kota.

"Dam, kok kesini?" tanya Diana bingung.

"Harusnya, 'kan ke kanan, bukan ke kiri" sambungnya lagi yang mulai sadar jika Adam sepertinya salah arah.

"Kamu ikut aja, gak usah banyak protes" ucap Adam yang hanya melirik Diana lewat kaca spion karna gadis cantiknya itu duduk di kursi penumpang bersama ibu.

"Dam, aku, 'kan maunya kerumah sakit umum"

"Aku males kesana, pasti penuh dan gak langsung dapet kamar"

Diana diam dan merengut kesal, hampir empat bulan ini ibu yang sakit-sakitan memang sering di bantu Adam untuk berobat ke bidan atau ke klinik terdekat tapi karna hasilnya tetap sama dan tak ada perubahan, Adam nekat membawa calon ibu mertuanya itu menuju rumah sakit besar.

Mobil berhenti di parkiran gedung bertingkat, Adam yang keliat lebih dulu langsung membuka pintu untuk kembali memapah ibu ke kursi roda yang sudah di siapkan.

"Bu, sudah sampai di rumah sakit, ayo bangun" bisik Diana sambil mengusap pipi Ibu.

"Bu, ayo bangun"

"Bu, ibu kenapa, Dee" Adam yang ikut panik memegang pergelangan tangan ibu.

"Bu.. bu.. bangun!"

.

.

.

.

.

Dee.... ibu?