"Aku akan membayarmu" Ucap Vaya sahabatnya.
"Kamu bercanda Va" Tanya Maura memastikan.
Sebuah tawaran yang cukup gila, membuat Maura harus menjalani hari - harinya bersama Gilang. Seorang pria tampan yang mempunyai segudang pengagum.
"Kamu cukup menjadi asistennya, dan buat dia jatuh cinta"
"What.!!" Teriak Maura.
Apakah Maura setuju dengan tawaran yang diajukan oleh Vaya?
Apakah Maura sanggup menjalani hari - harinya bersama Gilang?
Lalu hubungan seperti apa yang akan terbentuk antara Maura dengan Gilang?
Yuk mampir, ikuti kisahnya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkunci
Maafkan aku, aku harap aku tidak terlambat..
Aku janji, aku tidak akan mematikan panggilanmu lagi.
-Gilang-
🌿🌿🌿
Pagi itu, Maura memasuki kelas seperti biasa. Ia menarik kursinya dan duduk kemudian. Membaca memang biasa ia lakukan sebelum kelas dimulai.
Namun pagi itu terasa berbeda. Maura merasa banyak pasang mata mengamati dirinya. Hampir setiap orang yang melintasinya tersenyum dan menyapanya.
"Mimpi apa aku semalam, kenapa orang-orang jadi ramah begini?" Tanya Maura dalam hati.
Maurapun tak terlalu mempedulikannya. Ia kembali sibukkan diri dengan buku yang di genggamnya. Membaca dan membuka halaman demi halaman.
Setelah mengikuti kuliahnya, Iapun beranjak pergi meninggalkan kelas dengan segera. Rasanya sangat tidak nyaman. Hampir semua orang menatapnya lagi.
"Hah.. ada apa ini sebenarnya." Tanyanya sendiri.
Maura terus melangkah, langkahnya lebih cepat dari biasanya. Dan tanpa disadari ada seseorang yang menepuk bahu Maura.
Maura menghentikan langkahnya, membalikan tubuhnya dan menatap seseorang yang telah membuatnya terkejut.
"Rian." Panggil Maura.
"Kamu kenapa, Ra?" Tanyanya, seakan Rian tau apa yang sedang dirasakan Maura saat itu.
"Entahlah.. aku merasa jadi pusat perhatian hari ini." Jawab Maura bingung.
"Hemm..mungkin itu karena Gilang."
"Gilang." Ulang Maura.
Dari kejauhan ada seseorang datang menghampiri mereka. Wajahnya berseri seakan sebuah hadiah besar berhasil di dapatkannya.
Ia berteriak memanggil nama Maura dan senyumnya masih merekah saat dirinya sudah sampai di hadapan Maura.
"Vaya." Panggil Maura.
"Lihat ini Ra..Ini kamukan?" Tanya Vaya tiba-tiba sambil menunjuk ke layar handphone miliknya.
Mata Maura membulat saat itu. Membacanya dan terkejut dalam sekejap.
"Kamu ada dalam berita gosip pagi ini." Ucap Vaya dan tersenyum bahagia.
Maura sadar akhirnya, apa yang menyebabkan dirinya banyak yang memperhatikannya saat ini. Wajahnya terlihat jelas diberita itu, saat Gilang menarik tangan Maura menuju mobil miliknya.
Rian yang sejak tadi memperhatikan mereka, ikut penasaran juga. Iapun menarik handphone milik Vaya dan ikut menatap dan membacanya.
"Kamu kemarin pergi sama Gilang?" Tanya Rian
"Iya."
"Jadi benar ini kamu?"
"Iya."
"Jadi sudah sedekat apa kalian?" Tanya Vaya yang ikut penasaran dan mulai bertanya.
"Kalian kenapa sih? Aku tuh sama Gilang hanya sebatas teman saja. Jangan berfikir macam-macam." Ucap Maura menjelaskan dan bergegas pergi meninggalkan mereka
"Loh.. mau ke mana kamu Ra?" Tanya Vaya.
"Ke toilet." Jawab Maura dan terus melanjutkan langkahnya.
Sepanjang jalan, Maura terus berfkiri.. kenapa jadi seperti ini. Aku bukan wanitanya Gilang.. aku bukan siapa-siapanya Gilang. Berita itu salah besar.. semua salah.
Sedangkan Vaya dan Rian berdiri terdiam. Saling melihat satu sama lain. Vaya mengenal Rian, karena Rian adalah temannya Gilang.
"Tumben sekali kamu peduli dengan orang lain." Ucap Vaya pada Rian yang sejak tadi masih menatap kepergian Maura.
"Aku hanya peduli padanya." Jawab Rian dan berlalu pergi meninggalkan Vaya seorang diri sekarang.
Vaya terkejut mendengar ucapan Rian barusan "hanya peduli padanya" kata-kata itu membuat hatinya sakit. Sebenarnya Vaya menaruh hati pada Rian, tapi Rian tak pernah menunjukkan tanda-tanda yang sama seperti dirinya. Rian tetap saja seperti itu pada Vaya, terlalu cuek dan bersikap dingin.
Vaya pergi, Rian pergi dan Maura sudah sampai di toilet. Ia melangkah masuk ke dalam. Menatap dirinya sendiri di sebuah cermin besar di hadapannya.
Maura membasahi wajahnya dan menghela nafas kemudian. Toilet ini terlihat sepi, tak ada satu orangpun di sini. Hanya Maura yang berada di dalam. Setelah cukup lama berdiam iapun mencoba melangkah keluar.
Maura meraih pintu toilet dan mencoba membukanya. Namun apa yang terjadi, pintu itu tak bisa terbuka. Ia mencoba membukannya kembali, namun tetap saja pintu itu tak bisa terbuka. Pintu itu seakan terkunci. Maurapun memulai menggedor pintu itu, berteriak dan mencoba memanggil seseorang di luar sana.
Ia menggedornya berkali-kali. Namun usahanya sia-sia. Tak ada seorangpun yang datang. Maura lelah.. ia akhirnyapun terduduk dan bersandar.
"Handphone.." Teriak Maura.
Iapun mengambilnya, mengeluarkannya dari dalam tas miliknya.
Maura mencoba menghubungi Vaya, namun Vaya tak mengangkatnya. Ia memanggilnya kembali, tetap saja Vaya tak mengangkatnya.
"Kemana dia?" Tanya Maura kesal.
Maura kembali berfikir, siapa lagi yang bisa ia hubungi. Ia teringat Rian, tapi ia tak memiliki nomornya.
"Ah.. Gilang.." Teriak Maura akhirnya.
Maura mencoba menghubungi Gilang saat itu. Gilang tak mengangkatnya juga. Maura mencobanya lagi.. dan Gilang malah mematikan teleponnya.
Tiba-tiba ada pesan masuk dari Gilang. Maura membacanya perlahan.
Jangan telepon, aku lagi di kelas.
Maurapun membalas pesan itu, ia mengetik dengan cepat dan mengirimnya.
Tolong aku Lang, aku terkunci di toilet.
Maura menunggu.. Gilang tak kunjung membalas pesannya. Gilang tak menghubunginya juga. Maura terdiam akhirnya tak melakukan apapun. Duduk termenung sambil menundukkan kepalanya dan meletakannya di kedua lututnya. Ia bersandar tepat di dinding samping pintu masuk toilet berada.
Maura lelah, lelah berfikir.. lelah menunggu.. tubuhnyapun makin terasa lemah. Ia tak cukup tidur semalam. Rasa pusing mulai dirasakannya. Rasanya ia ingin memejamkan matanya. Sekuat apapun ia mencoba sadar, namun tubuhnya sudah tak cukup kuat untuk membuatnya tetap tersadar.
Cahaya makin terlihat redup, semua tampak terlihat samar dalam pandangan Maura. Hanya beberapa detik kemudian.. matanya sudah benar-benar terpejam.
"Siapapun tolong aku.." Bisik Maura diakhir kesadarannya.
.
.
.
.
.
Hampir setengah jam, Gilang membiarkan pesan Maura tak terbaca. Bukan karena dia tak ingin, tapi ia tak tau, dirinya sudah disibukkan oleh dosen yang sedang memberikan penjelasan.
Namun hatinya tiba-tiba merasa tak tenang, ia teringat dengan Maura. Perlahan ia mengeluarkan handphonenya lagi dan membaca sebuah pesan masuk dari Maura.
Gilang terkejut.. dan berlari begitu saja meninggalkan kelas, membuat seluruh penghuni kelas teridam dan terkejut melihat Gilang pergi. Rakapun menjadi saksi kepergian Gilang yang begitu tiba-tiba.
Gilang berlari dari satu lorong ke lorong berikutnya. Ia menghampiri semua pintu toilet di kampus ini. Ia bertanya dan bahkan membuka sendiri pintu itu. Walau ia tahu bahwa pintu toilet wanita yang dibukannya. Ia meyakini satu hal, selama pintu itu bisa dibukanya, berarti Maura tidak ada di dalam sana.
Sampai akhirnya ia tiba, di sebuah pintu yang jauh dari keramaian. Gilang mencoba membukannya dan pintu itu terkunci. Gilang menggedornya dan memanggil nama Maura berulang kali.
Maura tak menjawab, Gilang makin panik dibuatnya. Gilang yakin bahwa Maura ada di dalam sana. Ia mendobraknya, aksinyapun terlihat beberapa orang yang tak sengaja melintas.
"Bantu aku buka ini." Teriak Gilang meminta bantuan.
Mereka mendobraknya bersama dan akhirnya pintu itupun terbuka. Gilang berlari ke dalam, ia melihat Maura saat itu. Maura terduduk dan bersandar. Dengan mata yang terpejam. Gilang menghampirinya, rasa sesal menyelimutinya.
"Maafkan aku Ra, kamu kenapa? ku mohon sadarlah." Pinta Gilang berkali-kali.
Gilangpun dengan sigap mengangkat tubuh Maura dan menggendongnya sekarang.
Terlihat sosok Raka menghampirinya. Rasa penasaran membuatnya ikut menyusul Gilang pergi. Rakapun terkejut saat melihat Gilang menggendong Maura. Inilah jawaban dari kepanikan Gilang tadi.
.
.
.
.
.
Gilang panik lagi.. Ikut deg..degkan😢
Tinggalkan jejaknya dan likenya ya kak.
Di jadikan Favorite trus kasih Rate yang banyak. Supaya tambah semangat up nya.
💪😊
Semoga selalu setia membacanya dan menunggu upnya.
Mau likenya ya kak 😊
Mau ratenya juga ya kak😇
di Vote Alhamdulilah😁
Mampir juga yuk ke novelku yang lain, judulnya "Cinta Pak bos", Adit dan Ayna menunggu di sana😉
Terima kasih yang sudah Vote😘, yang sudah membaca, yang sudah hadir, yang sudah like, yang sudah komen. Terima kasih ya semoga betah di sini😊
lanjut
lanjut
semangat Thor, ceritanya bagus, penasaran laras maunya apa sekarang . . 💪
Tuan rumah ngebucinin Art sendiri