NovelToon NovelToon
Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24: Segel Merah dan Dosa Sang Pejabat

Halaman Parkir Ruko Warung Bahagia.

Pukul 08.30 WIB.

Pemandangan pagi ini sangat kontras dengan keramaian antrean pelanggan kemarin.

Tidak ada ojek online. Tidak ada aroma gulai yang menggugah selera.

Yang ada hanya barikade truk Satpol PP, dua mobil dinas plat merah, dan puluhan petugas berseragam cokelat yang memasang wajah garang. Pita kuning bertuliskan "DALAM PENGAWASAN" sudah ditarik melintang di depan pintu ruko.

Di tengah halaman, berdiri seorang pria paruh baya bertubuh tambun dengan seragam dinas yang kancing perutnya hampir lepas. Namanya Drs. Burhan, Kepala Dinas Pengawasan yang diutus langsung oleh koneksi "Bintang Tiga" milik Bramantyo.

"Mana pemiliknya?!" teriak Pak Burhan lewat toa, gayanya seperti jenderal perang. "Panggil keluar! Tempat ini resmi ditutup mulai detik ini!"

Dari dalam ruko, pintu kaca terbuka.

Rian keluar.

Ia tidak terlihat takut. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung rapi dan celana bahan navy. Di belakangnya, Maya mengikuti dengan iPad di tangan, sementara Pak Teguh dan Trio Marinir berdiri dalam posisi istirahat di tempat—tenang tapi mematikan.

Yang aneh, Rian tidak membawa pengacara. Ia membawa... Tripod dan Ring Light.

Rian menaruh tripod itu tepat di depan wajah Pak Burhan, lalu memasang HP-nya.

"Halo, Pak," sapa Rian ramah sambil menekan tombol Live. "Senyum sedikit, Pak. Bapak sekarang sedang ditonton oleh 50.000 orang di TikTok dan YouTube."

Pak Burhan kaget, refleks menutupi wajahnya. "H-heh! Apa-apan ini?! Matikan! Kamu tidak punya izin merekam pejabat negara!"

"Lho? Bapak kan pelayan publik. Digaji pakai pajak rakyat. Masa rakyat nggak boleh lihat kerjanya Bapak?" sindir Rian santai.

Di layar HP Rian, komentar netizen mulai membanjir deras. Efek Reward "Viral Master" bekerja. Algoritma langsung mendorong siaran ini ke FYP (For You Page) jutaan orang.

@OmGembul: "Woy! Itu Warung Bahagia mau digusur?! Gila, padahal enak banget!"

@NetizenMahaBenar: "Pejabat lagi, pejabat lagi. Viralinnn!"

Pak Burhan merah padam. "Cukup main-mainnya! Saudara Rian, saya membawa Surat Perintah Penyegelan Nomor: 001/SEGEL/XII/2024. Usaha Anda terbukti melanggar UU Pangan, menggunakan bahan berbahaya, dan mencemari lingkungan!"

"Bahan berbahaya?" Rian mengangkat alis. "Bisa dibuktikan lab-nya, Pak?"

"Tidak perlu debat di sini! Buktikan nanti di pengadilan! Sekarang, minggir! Anggota, segel pintunya!" perintah Burhan.

Dua petugas Satpol PP maju membawa stiker segel raksasa berwarna merah.

"Tunggu," suara Rian berubah dingin.

"Maya, bacakan data dari Kenzo."

Maya maju selangkah. Jari telunjuknya menggeser layar iPad dengan elegan.

"Bapak Drs. Burhan," baca Maya dengan suara lantang. "NIP 197508... Gaji pokok plus tunjangan: Rp 12.500.000 per bulan."

Pak Burhan mengernyit. "Apa hubungannya?!"

Maya tidak menggubrisnya. "Tapi anehnya, Pak... Jam tangan yang Bapak pakai sekarang, Rolex Submariner Date, harga pasaran Rp 250.000.000. Itu setara 20 bulan gaji Bapak tanpa makan."

Kamera HP Rian langsung men-zoom ke pergelangan tangan Burhan. Burhan panik, buru-buru menyembunyikan tangannya ke belakang punggung.

"I-ini KW! Palsu!" elak Burhan gugup.

"Oh, palsu?" Maya tersenyum sinis. "Kalau begitu, apakah transferan sebesar Rp 500.000.000 yang masuk ke rekening BCA atas nama Istri Kedua Bapak kemarin sore juga palsu?"

JEDER!

Wajah Pak Burhan pucat pasi. Kakinya lemas.

Dua petugas Satpol PP yang mau menempel segel berhenti bergerak. Mereka saling pandang bingung.

"D-dari mana kamu tahu..." suara Burhan tercekat.

Rian mengambil alih pembicaraan. Dia menatap lensa kamera HP-nya.

"Halo Netizen Indonesia. Kalian dengar itu? Ada transferan setengah miliar masuk ke rekening pejabat ini kemarin sore. Pengirimnya adalah perusahaan cangkang milik... Rasa Nusantara Group."

Rian menyebut merek musuhnya dengan lantang.

"Jadi, teman-teman," lanjut Rian, "Warung saya bukan ditutup karena bahan berbahaya. Warung saya ditutup karena ada Konglomerat Besar yang takut bersaing sama pedagang kecil, lalu nyogok pejabat korup ini buat matikan rezeki saya."

Kolom komentar meledak.

@RakyatJelata: "BOIKOT RASA NUSANTARA!!!"

@KPK_Official: "Mohon info detailnya DM kami."

@OmGembul: "Gue otw sana sekarang! Kita kepung!"

Pak Burhan gemetar hebat. Keringat sebesar biji jagung mengucur deras. HP dinas di sakunya berdering terus-menerus. Itu pasti telepon dari atasan yang marah karena namanya terseret viral.

"Pak Teguh," panggil Rian.

"Siap, Bos?"

"Ambil stiker segel itu."

Pak Teguh merampas stiker segel merah dari tangan petugas Satpol PP yang bengong.

Rian mengambil stiker itu, lalu berjalan mendekati Pak Burhan yang sudah seperti kerupuk kena air. Rian menempelkan stiker DISEGEL itu tepat di dada seragam Pak Burhan.

"Bapak yang harusnya disegel. Karena hati nurani Bapak sudah kadaluarsa."

"Pergi dari sini," usir Rian dingin. "Sebelum massa datang dan mengarak Bapak keliling kampung."

Pak Burhan tidak menjawab. Dia langsung lari masuk ke mobil dinasnya, mengabaikan anak buahnya. Mobil itu tancap gas meninggalkan lokasi, disoraki oleh warga sekitar yang mulai berkumpul.

Para petugas Satpol PP yang ditinggalkan komandannya jadi salah tingkah.

"Euh... kami cuma tugas, Mas," kata salah satu petugas takut-takut.

"Saya tahu. Bubar," kata Rian.

Mereka pun bubar jalan.

Rian mematikan Live Streaming.

Napasnya lega. Tangannya sedikit gemetar—bukan karena takut, tapi karena menahan emosi.

[TING!]

[Misi Rahasia Selesai: The Public Judge]

[Target: Membalikkan serangan hukum dengan kekuatan opini publik.]

[Status: OVERKILL (Karir Target Hancur)]

[REWARD DITERIMA:]

Poin Dominasi: +1.000

Poin Reputasi: +2.000

Item Baru di Black Market: "Dokumen Palsu Level Dewa" (Bisa membuat identitas baru atau memalsukan izin dalam sekejap).]

Maya menutup iPad-nya sambil menghela napas panjang. "Gila, Pak. Bapak nekat banget. Kalau data Kenzo salah dikit aja, kita yang masuk penjara kena UU ITE."

"Makanya saya gaji Kenzo mahal, May," Rian tersenyum.

Tiba-tiba, Kenzo muncul dari balik pintu ruko sambil memegang secangkir mie instan.

"Gimana, Bos? Keren nggak overlay grafis data mutasi rekening yang gue tampilin di layar live tadi?"

"Sempurna, Zo. Lo layak dapet bonus."

Rian menatap jalanan yang kini kosong dari aparat.

Dia menang ronde ini. Tapi Rian tahu, ini baru permulaan. Bramantyo tidak akan jatuh hanya karena satu pejabat kroco-nya tumbang.

Di sisi lain kota, di sebuah rumah mewah di Menteng.

Bramantyo sedang menonton siaran ulang Rian di TV besarnya.

Tangannya tidak melempar vas bunga seperti Haryo.

Dia justru tertawa. Tawa yang mengerikan.

"Menarik," desis Bramantyo. "Dia main api. Baiklah, Nak Rian. Kalau kamu suka main api... mari kita bakar semuanya."

Bramantyo mengambil telepon rumah berwarna emas. Dia menekan satu tombol cepat.

"Halo. Aktifkan Unit Hitam. Saya mau pabrik mesin di Pulo Gadung itu rata dengan tanah malam ini. Buat seolah-olah kecelakaan korsleting listrik."

Kembali ke Ruko.

Rian tiba-tiba merasakan Cincin di jarinya bergetar lagi. Tapi kali ini getarannya beda. Bukan getaran deteksi racun.

Getaran itu seperti detak jantung yang panik.

[PERINGATAN BAHAYA!]

[Sistem Mendeteksi Ancaman Fisik Skala Besar terhadap ASET UTAMA.]

[Target: Pabrik Gunawan Mesindo.]

[Waktu Estimasi: 2 Jam lagi.]

Rian terbelalak.

Pabrik!

Mesin-mesin itu. Pak Gunawan. Semuanya ada di sana.

"Pak Teguh! Siapkan mobil sekarang!" teriak Rian panik. "Eko, Dwi, Tri! Bawa senjata kalian! Kita ke Pulo Gadung!"

"Kenapa, Bos?" tanya Rudi bingung.

"Bramantyo mau main bakar-bakaran," Rian berlari menuruni tangga. "Kita harus sampai di sana sebelum pabrik kita jadi abu!"

1
Purbalingga Jos
jangan kelamaan thor
Sukma Firmansyah: adohhhh, kopinya mana kopinyaaaa
biar author semangat wkwkwkkww
total 1 replies
Paulina al-fathir
wiiihh ceritamu memang the best lah 👏👏👏🤩🤩👍👍
Purbalingga Jos
jangan kelamaan dong
Sukma Firmansyah: baik diusahakan
total 1 replies
Paulina al-fathir
bagus banget ceritanya 😍😍smpi deg2an bacanya.mantap 👍💪
Denn King
gasss thorrr
Purbalingga Jos
lanjuuut donk
Travel Diaryska
mantull
Travel Diaryska
ini ceritanya bagus banget, tolong dilanjutin sampe tamat ya thorr🙏✨
Sukma Firmansyah: terimakasih atas support nya, jangan lupa like dan vote
agar author tetap semangat
total 1 replies
DREAMS
ini dilanjutkan atau sampai sini aja?
Sukma Firmansyah: baik
dibantu like/upvote
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!