NovelToon NovelToon
Berjalan Di Atas Luka

Berjalan Di Atas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aisha

Hidup hanya untuk berjalan di atas luka, itulah yang dialami oleh gadis bernama Anindira Sarasvati. Sejak kecil, ia tak pernah mendapat kasih sayang karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya, dan ayahnya menyalahkan Anin atas kematian istrinya karena melahirkan Anin.

Tak hanya itu, Anin juga selalu mendapat perlakuan tak adil dari ibu dan adik tirinya.
Suatu hari, ayahnya menjodohkan Anin dengan putra sahabatnya sewaktu berperang melawan penjajah. Anin tak memiliki pilihan lain, dia pun terpaksa menikahi pria bernama Giandra itu.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Masa Lalu

Anin duduk di kursi mobil, pandangannya tertuju ke arah kaca jendela yang memantulkan cahaya matahari pagi. Sementara Giandra tengah fokus menyetir, meski sesekali melirik Anin yang membisu selama perjalanan.

“Kamu mau beli apa di pasar, hmm?” tanya Giandra, melirik Anin sejenak, kemudian kembali memusatkan perhatiannya ke depan.

“Kamu mau beli apa di pasar, hmm?” tanya Giandra, melirik Anin sejenak, kemudian kembali memusatkan perhatiannya ke depan.

“Aku nggak mau beli apa pun, tapi aku mau jalan-jalan sama kamu. Nggak tahu kenapa ... Sejak hamil anak kedua, aku jadi sedih kalau ditinggalin sama kamu. Aku mau selalu ada didekat kamu tapi kamu selalu pergi dinas keluar kota,” jawab Anin jujur.

Giandra terdiam, menatap sejenak wajah Anin yang tampak sendu.

“Maaf ... Aku juga nggak mau jauh dari kamu dan anak kita tapi aku keluar kota pun untuk cari nafkah supaya kebutuhan kalian tercukupi,” tutur Giandra.

Dia meraih tangan Anin, menggenggam jari-jemarinya erat.

“Tapi ... Aku takut kamu selingkuh di sana,” ungkap Anin.

“Untuk apa aku selingkuhi istri sempurna seperti kamu? Lagi pula, semua hartaku milikmu. Jika aku selingkuh, aku nggak akan dapat apa pun, selain penyesalan. Aku bukan pria bodoh yang rela kehilangan keluarga dan harta demi perempuan murah,” jawab Giandra.

Anin terdiam, bibirnya mengerucut hingga maju lima senti. Tatapannya tertancap pada Giandra.

“Hmm, aku cuma bisa percaya sama kamu. Tolong, jangan kecewain aku. Aku cuma punya kamu di hidupku ...” tutur Anin.

Giandra tersenyum tipis, mengusap punggung tangan Anin tanpa meliriknya.

Setengah jam kemudian, Giandra memberhentikan mobilnya di depan ruko kosong yang berada tak jauh dari pasar tradisional.

Anin hendak membuka pintu, namun Giandra bergegas keluar, dan membukakan pintu untuknya.

“Pelan-pelan turunnya,” ujar Giandra.

Dia mengulurkan tangan, Anin pun memegang tangannya, dan turun dari mobil.

Giandra merangkul bahu Anin, kemudian mereka berjalan menuju pasar yang cukup ramai oleh pengunjung.

“Giandra!” Suara seorang wanita terdengar dari arah belakang. Anin dan Giandra pun menoleh, mendapati wanita muda yang tak asing oleh mereka dan wanita paruh baya yang tampak seperti ibunya.

“Tari?” Seketika Giandra memasang wajah ketus, menggenggam tangan Anin semakin erat.

“Apa kabar, Gian? Kamu makin ganteng aja,” ucap Tari sembari tersipu malu.

“Iya dong. Kan dirawat sama istrinya,” sahut Anin.

“Oh ya? Tapi dari dulu Gian udah ganteng jadi sekali pun bukan kamu yang rawat, dia akan tetap ganteng,” jawab Tari tak mau kalah.

“Cukup! Ayo, kita pergi,” ajak Giandra sembari menatap Anin.

“Tunggu, Giandra! Ada yang mau saya bicarakan sama kamu,” ungkap wanita paruh baya di sebelah Tari.

“Bicara apa?” tanya Giandra.

“Ini mengenai rahasia ibumu di masa lalu,” jawabnya.

“Rahasia apa?” Anin ikut menimpali.

“Hmmm, tidak masalah jika istrimu tahu?” tanya wanita itu.

“Saya tidak pernah menyembunyikan apa pun dari istri saya,” jawab Giandra.

“Baiklah. Kamu tahu alasan Astri selalu membeda-bedakan kasih sayang antara kamu dan Hanung?” tanyanya.

Giandra menggeleng kecil.

“Itu semua karena Astri tidak pernah menginginkan keberadaan kamu sejak awal kehamilan,” jawabnya.

Dia terdiam sejenak, menarik napas, dan membuangnya perlahan.

“Dulu Astri dan Yasir menikah karena dijodohkan oleh orangtuanya. Kala itu Astri memiliki kekasih tapi hubungan mereka tak mendapat restu dari bapaknya. Akhirnya, mau tak mau Astri terpaksa menikahi Yasir yang juga telah memiliki tambatan hati sendiri. Pernikahan mereka berjalan selayaknya pasangan biasa. Namun, diam-diam, Astri berselingkuh dengan mantan kekasihnya hingga hamil,” jelasnya panjang lebar.

“Jadi, Hanung itu bukan anak kandungnya Pak Yasir?” tanya Anin.

“Iya. Tiga tahun setelah itu, tiba-tiba Astri hamil anak dari benih Yasir dan tentu, kehamilan itu membuat kekasih gelapnya murka. Mau tak mau, mereka pun berpisah. Namun, setelah Astri berpisah dengan kekasih gelapnya, Yasir justru menikahi Ningrum. Hal itu membuat Astri semakin tak menginginkan keberadaan calon buah hatinya. Dia berusaha menggugurkan kandungan, tetapi tak pernah berhasil, bahkan Giandra lahir dengan sehat tanpa cacat sedikit pun.”

Giandra terdiam, sorot kekecewaan terpancar dari matanya. “Jadi, itulah alasannya. Tapi kenapa Ibu sampai sewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan bapak dan burum?” gumamnya.

“Karena dia dan Hanung ingin menguasai harta Yasir. Kamu jangan sampai mengalah Giandra. Kamulah anak kandungnya, kamu harus memperjuangkan warisan bapakmu,” tutur wanita itu.

“Maaf, kalau saya boleh tahu, ibu ini siapa ya?” Anin mengernyit, menatap wanita paruh baya di depannya.

“Nama saya, Tiur. Saya sahabatnya Astri sejak kecil tapi persahabatan kami renggang karena sikap Astri yang arogan,” jawabnya.

“Ibu keterlaluan! Dia korbanin nyawa bapak dan burum yang jelas-jelas nggak salah demi harta,” ucap Giandra.

“Kamu tenang ya, aku akan panggil pengacara ayah untuk bantu kamu urus masalah itu,” ujar Anin.

Tari menatap Anin sinis. “Panggil pengacara? Emang kamu mampu?” tanyanya dengan nada merendahkan.

“Cukup, Tari! Jangan begitu,” ujar Tiur.

Tari terdiam, memutar bola matanya malas, lalu mendengus kesal.

“Tolong, maafin sikap anak saya ya. Kalau begitu, saya dan Tari izin pamit. Assalamualaikum,” ucapnya.

“Waalaikumsalam,” jawab Anin dan Giandra serempak.

Anin memandang Tiur dan Tari hingga menghilang dari pandangannya.

“Ayo, kita belanja! Setelah ini baru kita ke rumah Wijaya,” ajak Giandra.

Anin mengangguk pelan, mereka pun melanjutkan langkahnya dan memasuki pasar untuk berbelanja kebutuhan bulanan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!