NovelToon NovelToon
Istri Bayangan

Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Nindya adalah wanita empatik dan gigih yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri. Kehidupannya yang sederhana berubah ketika ia bertemu Andrew, pria karismatik, mapan, dan penuh rahasia. Dari luar, Andrew tampak sempurna, namun di balik pesonanya tersimpan kebohongan dan janji palsu yang bertahan bertahun-tahun.

Selama lima tahun pernikahan, Nindya percaya ia adalah satu-satunya dalam hidup Andrew, hingga kenyataan pahit terungkap. Andrew tetap terhubung dengan Michelle, wanita yang telah hadir lebih dulu dalam hidupnya, serta anak mereka yang lahir sebelum Andrew bertemu Nindya.

Terjebak dalam kebohongan dan manipulasi Andrew, Nindya harus menghadapi keputusan tersulit dalam hidupnya: menerima kenyataan atau melepaskan cinta yang selama ini dianggap nyata. “Istri Bayangan” adalah kisah nyata tentang pengkhianatan, cinta, dan keberanian untuk bangkit dari kepalsuan yang terselubung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Nindya menoleh, alisnya berkerut.

“Untuk apa kau tunjukkan itu padaku? Bukankah itu urusan pribadimu?”

“Justru karena aku ingin kamu tahu, kalau aku jujur.”

Jawaban itu membuat Nindya terdiam sejenak. Ada kejujuran di nada Andrew yang sulit diabaikan. Ia menggenggam map di tangannya, mencoba menyembunyikan kegamangan.

“Baiklah,” katanya akhirnya.

“Tapi jangan berharap setelah itu semuanya akan mudah.”

Andrew tersenyum tipis.

“Aku tidak berharap mudah.”

Jumat Sore Andrew bergegas meninggalkan kantor tanpa mengganti pakaian ia memacu kendaraannya menuju pelabuhan sekupang.

Ia mengejar ferry terakhir hari itu, tiga puluh menit kemudian ia sudah berada di dalam ferry lautan malam itu tampak tenang.

Tidak ada riak, berbeda dengan hidupnya yang penuh riak riak dalam perjalananya, Andrew memutuskan untuk naik ke lantai atas ruangan terbuka.

Ia duduk memandangi lautan yang tampak kelam namun tenang, sesekali angin laut menerpa wajahnya.

Singapura selalu memberi Andrew rasa campur aduk. Kota itu bagai rumah dan jebakan sekaligus.

Jalanan rapi, gedung-gedung menjulang, orang-orang berjalan dengan ritme cepat; namun di balik keteraturan itu, ada ikatan lama yang tak kunjung ia putuskan.

 Keesokan harinya setelah rapat di kantor pusat selesai, Andrew pulang ke rumah ibunya. Rumah tua di kawasan Katong, penuh kenangan masa kecilnya, kini terasa seperti ruang interogasi. Mamanya menyambutnya dengan senyum yang tipis, senyum yang lebih mirip tuntutan terselubung.

“Kamu makin jarang pulang, Drew,” ujar Mamanya sambil menuangkan teh.

“Urusan kantor atau ada urusan lain?."

Andrew menarik napas, duduk tegak di sofa. Ia tahu percakapan ini akan datang, hanya soal waktu.

“Apa maksud Mama?” tanyanya hati-hati.

Mamanya menatap tajam.

“Lupakan.. oh ya perceraianmu kapan selesai?,Ingat Michelle sudah lama kamu gantung tanpa kepastian kasihan dia."

Andrew merasakan dadanya sesak. Nama Michelle keluar begitu saja, seolah semua orang sepakat bahwa ia adalah masa depan yang pasti. Padahal, justru Michelle yang membuat langkahnya terseok seok.

“Ma…” Andrew berusaha menjaga suaranya tetap tenang.

Ma... Mama tahu kan Cintya sengaja tarik ulur agar ini berlarut larut?.”

Ibunya mengibaskan tangan.

“Apa sih mau Cintya? perempuan itu selalu saja buat masalah." Dengus Mamanya dengan raut wajah tidak senang.

"Maaa... walau bagaimanapun dia Ibunya Alex cucu Mama." Potong Andrew berusaha menengahi.

"Seandainya kamu lebih dulu bertemu Michelle, mungkin hidupmu tidak akan berantakan begini Ndrew.”Seloroh Mamanya seolah menyesali takdir yang tertulis

Andrew terdiam. Kalimat ibunya menampar, lebih pedih dari teguran atasan sekalipun.

Di dalam hatinya, wajah Nindya muncul—mata bening yang menuntut kejujuran. Bagaimana ia bisa menjelaskan padanya, bila keluarganya sendiri berdiri kokoh di sisi Michelle?.

“Aku tahu, Ma,” akhirnya Andrew berkata pelan.

“Aku tidak lari dari tanggung jawab, tapi apa mau dikata ya ikuti saja alurnya.”

Ibunya mendengus.

“Enteng betul kamu ngomong, dimana rasa empathy mu Ndrew?,”Omel Mamanya panjang lebar.

"Jadi mau gimana ma saya tidak punya kuasa buat atur jalannya persidangan."Kilah Andrew

Mamanya kemabli menatapnya tajam namun tidak ada kata yang terucap

Andrew menutup mata sejenak.Ia yang rencananya ingin menghabiskan waktu lebih lama memilih untuk mempercepat tekanan itu begitu nyata, seperti dinding yang menutup jalannya dari segala sisi.

Di satu sisi ada janji lama kepada Michelle yang keluarganya dukung sepenuhnya, di sisi lain ada Nindya—perempuan yang membuatnya kembali merasa hidup, tapi juga semakin sadar bahwa kebohongan kecil tak bisa lagi disembunyikan.

Ferry yang membawa Andrew dari Singapura bersandar di pelabuhan sekupang menjelang sore . Dari balik jendela , lampu-lampu Batam berkelip, tapi tidak memberi ketenangan. Justru sebaliknya—semakin dekat ke kota ini, semakin besar beban yang ia rasakan.

Di pikirannya, tiga nama terus bergantian muncul. Cintya, yang menekan lewat kuasa hukum main tarik ukur agar proses perceraian lambat Michelle, yang kini hamil besar menanti anak kedua, menagih janji yang sudah terlalu lama ia tunda.

Dan Nindya… perempuan yang membuatnya ingin hidup jujur, tapi sekaligus orang yang paling berhak melarikan diri jika semua kebusukan itu terkuak.

Andrew mengusap wajah, mencoba mengusir lelah, tapi percuma. Semua yang ia bawa dari Singapura hanyalah tekanan baru. Ibunya terus-menerus mengingatkan soal Michelle. kata-kata itu masih terngiang jelas.

Malam itu, begitu tiba di apartemennya, Andrew menyalakan lampu dan duduk lama di sofa. Telepon genggamnya penuh pesan tak terbaca dari Cintya, dari Michelle, dari pengacara.

Ia menatap layar, namun tangannya tak kunjung bergerak. Ia tahu, semakin lama perceraiannya tertunda, semakin menumpuk fee yang harus ia bayar.

Keesokan harinya di kantor, Andrew berusaha menjaga wajah profesional, tapi Nindya bisa membaca kegelisahannya. Tatapan Andrew tidak setenang biasanya, bahunya tampak lebih berat. Saat rapat pun, ia beberapa kali terdiam, seolah pikirannya melayang ke tempat lain.

Sepulang rapat, Nindya menghampiri meja Andrew.

“Ada yang salah?” tanyanya hati-hati.

Andrew mengangkat kepala, berusaha tersenyum.

“Tidak, hanya lelah.”

“ Kamu terlihat… seperti orang yang membawa beban besar.” Suara Nindya lembut, namun penuh penekanan.

Andrew menunduk, lalu menghela napas. “Trust me ..aku hanya lelah." Elak Andrew

Nindya terdiam. Kata-kata itu menusuk lebih dari yang ia duga. Ia mengingat perjanjian mereka di pantry kejujuran, tidak ada lagi rahasia. Jika sekarang Andrew kembali menutup pintu, itu berarti janji itu hanya manis di bibir.

“Oouh ok” Sahut Nindya singkat

Andrew menatapnya. Di matanya ada rasa bersalah, tapi juga ketakutan.

“Gimana kangen aku tidak.”Celetuk Andrew mengalihkan ketegangan yang ada.

Keheningan menggantung di antara mereka. Nindya menatap Andrew lama,

"Haruskah di pertanyakan?."

Andrew tersenyum samar.

Sorenya mereka kembali menghabiskan waktu usai jam kantor.

Kafe kecil di sudut Batam Center itu tampak lengang sore itu. Hanya ada beberapa pengunjung yang sibuk dengan laptop mereka.

Nindya duduk berhadapan dengan Andrew, segelas cappuccino di hadapannya hampir dingin. Sejak tadi ia hanya memutar sendok kecil itu tanpa benar-benar berniat meminumnya.

Andrew, seperti biasa, tampak santai. Kemeja biru muda yang dikenakannya rapi, lengan sedikit digulung, membuatnya terlihat tenang sekaligus percaya diri. Senyum tipisnya sempat muncul, tapi tak mampu mengusir gelisah di wajah Nindya.

“Kenapa diam saja?” tanya Andrew akhirnya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan.

Nindya menatapnya, kali ini dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan berhari-hari.

“Aku cuma ingin tahu, Andrew,” ucapnya pelan tapi tegas.

“Sebenarnya, hubungan kita ini… arahnya mau ke mana?.”

Andrew terdiam pertanyaan itu seperti pukulan telak yang ia tahu suatu hari pasti akan datang. Tangannya meraih gelas kopi, mencoba menutupi kegugupannya.

“Aku serius, Drew,” lanjut Nindya, kali ini suaranya bergetar.

 “Aku tidak mau menjalin hubungan yang tanpa arah.

Andrew menarik napas panjang.

“Nind.. hubungan kita bukan tanpa arah."

“Lantas kemana arahnya Drew?."

Tatapan Andrew mengarah ke meja. Di benaknya, wajah Michelle terlintas. Janji yang pernah ia buat pada wanita itu masih membelenggu. Dan ada Cintya, yang meski sudah jauh, belum resmi menjadi masa lalu.

“Nindya,” akhirnya ia berkata, berusaha terdengar meyakinkan.

“Aku tidak main-main sama kamu ,aku sayang sama kamu aku serius.”

“Serius bagaimana? Kalau serius kamu pastinya tahu dong arahnya kemana.” potong Nindya cepat.

Andrew menegakkan tubuhnya, menatap mata Nindya dalam-dalam.

“Mau kamu bagaimana?.”

Nindya menggenggam tangannya sendiri di bawah meja. Kata-kata Andrew terdengar ragu.

“Aku perempuan dewasa, tentu maunya hubungan ini jelas arahnya ,pada ikatan yang lebih serius.”

Andrew terdiam. Ruang di antara mereka penuh dengan kata-kata yang tak terucap.

1
Uthie
Andrew niiii belum berterus terang dan Jujur apa adanya soal mualaf nya dia sama Ustadz nya 😤
Uthie
Hmmmm.... tapi bagaimana dengan ujian ke depan dari keluarga, dan juga wanita yg telah di hamilinya untuk kali ke dua itu?!??? 🤨
Uthie
semoga bukan janji dan tipuan sementara untuk Nindya 👍🏻
Uthie: Yaaa... Sad Ending yaa 😢
total 2 replies
partini
ini kisah nyata thor
partini: wow nyesek sekali
total 3 replies
Uthie
harus berani ambil langkah 👍🏻
Uthie
Awal mampir langsung Sukkkaaa Ceritanya 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Uthie
apakah Andrew sudah memiliki Istri?!???
Uthie: 😲😲😦😦😦
total 2 replies
Uthie
Seruuuu sekali ceritanya Thor 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
sukensri hardiati
mundur aja Nin...
sukensri hardiati
nindya....tagih dokumennya
Seroja86: terimaksih atas kunjungan dan dukungannyanya ... 😍😍
total 1 replies
sukensri hardiati
baru kepikiran...sehari2 yudith sama siapa yaa....
Seroja86: di titip ceritanaya kk
total 1 replies
sukensri hardiati
masak menyerah hanya karena secangkir kopi tiap pagi...
sukensri hardiati
betul nindya...jangan bodoh
sukensri hardiati
mampir
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!