NovelToon NovelToon
Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Keinginan terakhir sang ayah, membawa Dinda ke dalam sebuah pernikahan dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia temui. Bahkan beliau meminta mereka berjanji agar tidak ada perceraian di pernikahan mereka.

Baktinya sebagai anak, membuat Dinda harus belajar menerima laki-laki yang berstatus suaminya dan mengubur perasaannya yang baru saja tumbuh.

“Aku akan memberikanmu waktu yang cukup untuk mulai mencintaiku. Tapi aku tetap akan marah jika kamu menyimpan perasaan untuk laki-laki lain.” ~ Adlan Abimanyu ~

Bagaimana kehidupan mereka berlangsung?

Note: Selamat datang di judul yang ke sekian dari author. Semoga para pembaca menikmati dan jika ada kesamaan alur, nama, dan tempat, semuanya murni kebetulan. Bukan hasil menyontek atau plagiat. Happy reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saling Mendamba

Dinda mengusap kaca yang berembun karena uap air sehabis mandi. Ia menatap dirinya yang terpantul di sana.

Perlahan ia mematut dirinya dengan pelembab, lipcare yang membuat rona bibirnya menyala, dan semprotan parfum di nadi tangan serta belakang telinganya.

Ia masih dalam keadaan tak percaya jika saat ini menjalani bulan madu dengan suaminya, Adlan.

Saat mereka sampai siang tadi, ia dikejutkan dengan vila yang dipesan oleh Adlan. Dinda yang mengira mereka akan menginap di hotel biasa, merasa takjub dengan vila privat tersebut.

“Ini pasti mahal ya?”

“Tidak mahal.”

“Oppa jangan berbohong! Hotel biasa di kota ini saja sudah mahal, apalagi vila privat seperti ini?”

“Tenang saja! Tidak ada yang mahal kalau untuk menyenangkan istri. Lagipula, vila privat lebih nyaman daripada hotel biasa. Kita bisa menghabiskan waktu berdua dengan semua fasilitas yang ada.”

Adlan membawa Dinda mengelilingi vila tersebut. Ada ruang santai, kamar mandi dengan bathtube muat dua orang, kamar tidur yang di hias dengan kelopak bunga dan angsa dari handuk, kolam probadi dengan tempat berjemur yang menyatu dengan alam.

“Vila ini dekat dengan beberapa galery, apa kamu mau ke sana?” Tanya Adlan setelah Dinda selesai merapikan isi kopernya ke dalam lemari pakaian.

Dinda menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sianh itu mereka habiskan untuk berkeliling galery dan mencoba kuliner khas Kota Pura. Mereka baru kembali bakda isya’.

Tok… Tok… Tok…

Pintu kamar mandi diketuk dari luar, membuyarkan lamunan Dinda.

“Sudah selesai belum?” Tanya Adlan dari luar.

“Su-sudah.” Jawab Dinda gugup.

Ia kembali melihat penampilannya, ia ingin memastikan tidak ada salah sebelum keluar dan bertemu dengan Adlan.

“Kenap…” Adlan tidak menyelesaikan kalimatnya saat melihat Dinda keluar dari kamar mandi.

Mendapat tatapan dari Adlan, Dinda hanya bisa membeku. Entah penampilannya yang aneh atau ada yang salah dengan pakaiannya, Dinda tak tahu.

“Oppa…” panggil Dinda karena Adlan tidak mengatakan apapun dan hanya menatapnya.

Adlan menelan saliva. Penampilan Dinda dan panggilan yang terlontar sudah membuat sesuatu yang selama ini ia kendalikan berdiri tegak.

“Gantian aku yang mandi!” Kata Adlan yang segera masuk ke dalam kamar mandi.

Dinda menunggu suaminya sambil memalas pesan dari mama mertua dan temannya yang sedang memberikan semangat untuknya.

Ceklek!

Dinda kembali meletakkan ponselnya dan melihat Adlan keuar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Pemandangan yang sudah biasa Dinda lihat, tetapi masih membuatnya tidak terbiasa.

Sambil menggosok rambutnya yang masih basah, Adlan berjalan mendekat ke arah Dinda. Ia melemparkan handuk secara sembarang dan mengukung Dinda yang duduk di tempat tidur. Kini, Adlan ada di atas tubuh Dinda.

Cup!

Adlan mengecup kening Dinda yang memejamkan mata karena gugup.

“Buka matamu!”

Begitu Dinda membuka mata, Adlan segera menyerang bibir istrinya membuat si empunya membelalakkan mata terkejut.

Meski terkejut, detik selanjutnya Dinda sudah bisa menguasai dirinya. Tangannya mengalung di leher Adlan dan mengikuti ritme suaminya.

Permainan keduanya semakin panas kala tangan Adlan bergerak di tubuh Dinda yang hanya berbalit kain tipis. Nafas keduanya mulai berlomba dan jantung mereka terpacu.

Seolah permainan itu sudah lama mereka tunggu, keduanya saling mendamba satu sama lain.

Sebagai laki-laki, insting Adlan mengatakan jika istrinya telaj siap. Tanpa menunggu lama, ia mulai mendobrak pertahanan istrinya dengan gagah berani.

Sayangnya, ia harus mendobrak beberapa kali untuk bisa masuk seutuhnya dan memulai pendakian.

Dinda yang merasakan sakit mengeluarkan suaranya tanpa bisa menahannya. Bukan suara rintihan, melainkan lenguhan yang membuatnya Adlan semakin percaya diri.

Pendakian keduanya berhasil mencapai puncak saat Dinda yang pertama kali sampai menjepit suaminya yang akhirnya sampai juga dipuncak.

“Terima kasih.” Bisik Adlan.

Mereka telah menjadi suami istri sepenuhnya. Baik Dinda maupun Adlan, sama-sama merasa jika pernikahan mereka bukanlah paksaan, melainkan jalan bagi keduanya untuk bersama.

Malam itu, keduanya hanyut dalam keniatan duaniawi yang baru saja mereka cicipi.

“Uhh…” keluh Dinda saat bangun dan mencoba untuk duduk.

“Sudah bangun?” Tanya Adlan yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Dinda menganggukkan kepalanya dan berusaha meraih air mineral yang ada di nakas, karena tenggorokannya terasa kering.

“Kenapa Oppa tidak membangunkanku?”

“Rencana setelah mandi baru aku bangunkan. Sekarang kamu mandilah, kita sholat!” Adlan mengangkat tubuh Dinda dan membawanya ke kamar mandi.

Ia berniat memandikan istrinya, tetapi Dinda menolak.

Selesai mandi, keduanya melaksanakan sholat subuh dan berdoa bersama.

“Apakah sakit?” Tanya Adlan saat melihat Dinda tidak nyaman duduk bersimpuh.

“Hanya tidak nyaman saja.”

“Apa mau melihat matahari terbit?”

“Dimana?”

Adlan mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke gazebo yang ada di samping vila.

Gazebo dengan tempat tidur itu menghadap ke kolam renang dengan pemandangan terbuka. Dari samping kiri gazebo mereka bisa menikmati matahari terbit diantara hijaunya pepohonan.

Meski tidak seindah yang dibayangkan, suasana yang asri dan tenang, membuat Dinda menyunggingkan senyumnya.

Keduanya merebahkan tubuh di tempat tidur dengan Dinda yang memunggungi Adlan menghadap arah matahari terbit.

Tak butuh waktu lama, Dinda justru terlelap kembali dan terbangun saat mendengar suara Adlan yang membangunkannya.

“Jam berapa, Oppa?”

“Jam 8. Ayo sarapan!”

Dinda mengucek matanya. Tubuhnya yang awalnya lelah, sudah terasa segar. Mungkin karena pendakian mereka semalam mengurangi jam tidurnya, makanya ia bisa tidur tanpa sadar.

Selesai sarapan, Dinda baru sadar kalau kamar mereka telah bersih. Mungkin saat dirinya tidur, staff vila datang untuk membersihkan kamar mereka.

“Mau kemana hari ini?” Tanya Adlan.

“Oppa bisa berenang?”

“Bisa.”

“Oppa mau mengajariku tidak? Aku tidak bisa berenang karena ayah tidak pernah mengizinkanku ikut les renang.”

“Tentu saja tidak boleh! Auratmu bisa menjadi totonam banyak orang.” Adlan setuju dengan ayah mertuanya.

“Sekarang ada pakaian renang anti jeplak, Oppa. Jadi tidak akan memperlihatkan lekuk tubuh.”

“Tetap saja.” Kata Adlan yang tidak rela tubuh istrinya dinikmati orang lain meski hanya melihatnya,

“Jadi, Oppa tidak mau mengajariku?”

“Aku mau mengajari asalkan kamu hanya berenang bersamaku. Kamu tidak boleh berenang di tempat umum!”

“Oke!”

Keduanya pun bersiap untuk berenang. Berhubung Dinda tidak punya pakaian renang, ia hanya mengenakan tanktop dan hotpant, membuat Adlan melotot.

Beruntung mereka di privat vila yang dikelilingi tembok untuk menjaga privasi, sehingga hanya dirinya yang bisa melihat penampilan istrinya saat ini. Pilihannya memang sudah tepat.

Ajaran yang diberikan Adlan berupa pelatihan nafas, belajar menggerakkan kaki sambil berpegangan di pinggir kolam dan menahan nafas di air.

Selama prosesnya, Adlan berkali-kali harus mengucapkan istigfar di dalam hati untuk menekan keinginannya.

“Oppa…” panggil Dinda yang melihat suaminya melamun.

“Ya.”

“Oppa kenapa?”

“Lihatlah sendiri!” Adlan menarik tangan Dinda dan menuntunnya ke tempat dimana keinginannya sedang menunjukkan diri.

Dinda terkejut dengan apa yang ada ditangannya.

“Kamu yang membuatnya seperti ini, kadi harus tanggung jawab!”

“Tapi ini di air dan kita ada di luar!” Dinda segera menarik tangannya.

“Bagaimana kalau kita coba?” Bisik Adlan yang segera membuat Dinda tersipu.

Segera saja keduanya menikmati permainan di dalam air. Hanya saja, mereka hanya melakukan pemanasan sampai akhirnya melakukan pendakian di tempat tidur gazebo setelah menutup tirainya.

.

.

.

.

.

Maafkan author yang sedang digempur pekerjaan huhuhu

Author usahakan up, tapi mungkin hanya satu bab perharinya. Jika tidak up, mungkin author tidur dan lupa hehehe selamat membaca…

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
kenapa Dinda gak pindah sekolah aja ngajar di sekitar rumah baru saja dripada harus kekampung dia lagi...
indy
selamat berbulan madu
𝐈𝐬𝐭𝐲
namanya Adlan atau Aksa sih Thor🤔
Meymei: Maaf typo kak 🤭
total 1 replies
Dewi Masitoh
Adlan kak🤣kenapa salah ketik jd aksa🙏
Dewi Masitoh: baik kak🙏
total 2 replies
Fitri Yani
next
indy
kayaknya sdh bisa resepsi biar gak ada lagi yang julid. wah ternyata gibran naksir dinda juga
indy
nanti resepsinya setelah masa duka selesai
indy
lanjut kakak
indy
ada yang bertengger di pohon kelengkeng
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka😍😍
Meymei: Terima kasih kakak… 😘
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut Thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
hadir Thor
indy
kasihan pak Lilik
indy
hadir kakak
Rian Moontero
mampiiir kak mey/Bye-Bye//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!