NovelToon NovelToon
Lewat Semesta

Lewat Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Anara adalah siswi SMA berusia 18 tahun yang memiliki kehidupan biasa seperti pada umumnya. Dia cantik dan memiliki senyum yang manis. Hobinya adalah tersenyum karena ia suka sekali tersenyum. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Fino, laki-laki dingin yang digosipkan sebagai pembawa sial. Dia adalah atlet panah hebat, tetapi suatu hari dia kehilangan kepercayaan dirinya dan mimpinya karena sebuah kejadian. Kehadiran Anara perlahan mengubah hidup Fino, membuatnya menemukan kembali arti keberanian, mimpi, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Pintu rumah terbanting, Fino masuk dengan wajah kusut. Napasnya berat, langkahnya cepat. Anara yang lagi selonjoran di sofa langsung berdiri, kaget.

“Lo kenapa, Fin?” tanyanya, alis terangkat.

Tanpa menjawab, Fino langsung maju dan meraih tubuh Anara ke dalam pelukannya. Anara sontak mendorong dada Fino.

“Eh! Lepasin, Fin! Apa-apaan lo—”

Namun genggaman Fino justru semakin erat. Tubuhnya bergetar, suaranya pecah.

“Sebentar aja, Anara… Aku mohon. Jangan dilepas.”

Anara membeku.

“Aku cuma butuh… sebentar aja, Anara. Buat ngerasain kalau aku nggak sendirian.” Suaranya parau, hampir berbisik.

Mendengarnya, perlahan tangan Anara yang tadi mendorong mulai melemah, lalu akhirnya diam. Ia membiarkan Fino tenggelam dalam pelukan itu.

Fino menutup mata rapat, air matanya jatuh.

“kamu tau… hidup ini aneh banget, Anara. Aku udah mencoba yang terbaik, menerima semua hal buruk yang datang sama aku, tapi kenapa nggak ada yang nanya… apa aku bahagia.”

“Kadang… yang kita butuhin emang cuma tempat buat pulang, Fin.”

“Kalau gitu, biarin aku pulang ke kamu. Walau cuma sebentar, biarin aku rasa kalau aku masih punya rumah.”

Anara terdiam, matanya berkaca-kaca. Hatinya yang tadinya keras, perlahan luluh oleh kejujuran itu. Ia tidak membalas pelukannya, tapi juga tidak lagi menolaknya.

Tapi tiba-tiba, tubuh Anara menegang. Matanya membelalak, lalu dengan cepat ia mendorong Fino hingga sedikit terlepas.

“Anara?” Fino menatap heran.

Anara langsung memegangi kepalanya, wajahnya menahan sakit. Nafasnya tersengal, keringat dingin menetes di pelipisnya.

“Ah… kepala gue…” suaranya pecah.

Fino panik, buru-buru memegang kedua bahunya.

“Nar! Hei, kamu kenapa?!”

Anara memejamkan mata erat-erat. Di dalam kepalanya, kilasan-kilasan aneh mulai muncul—suara pintu terbanting, kaca pecah, dan sosok seorang pria dengan tatapan tajam. Suara tangisan samar terdengar, bercampur dengan teriakan keras.

“Jauhi Fino jika kamu ingin dia tetap hidup…” suara itu menggema, membuat tubuhnya bergetar.

“Nar?!” Fino semakin cemas, wajahnya pucat.

"Kamu liat apa? Ingat apa?”

Anara membuka mata perlahan, tapi tatapannya kosong. Air matanya jatuh tanpa ia sadari.

“Fin… gue… gue inget sesuatu… tapi… semua

nya masih kabur.”

Fino menggenggam tangannya erat, suaranya bergetar.

“Kamu jangan bikin aku takut, Anara. Coba jelasin, apa yangmu liat?”

Anara mengguncang kepalanya pelan, berusaha menyingkirkan rasa sakit itu.

“Ada kaca pecah… ada suara. Ada orang yang bilang… gue harus jauhin lo.”

Jantung Fino seakan berhenti berdetak mendengar kata-kata itu.

Anara terisak kecil, tubuhnya melemah.

“Kenapa gue nggak bisa inget apapun, kenapa gue nggak tau diri gue ini siapa. Siapa gue, siapa lo Fino?”

Fino langsung menariknya kembali ke pelukan, memeluknya dengan erat.

“Udah, jangan dipaksa. Kamu nggak sendiri, Anara. Aku akan bantu kamu sampai ingetan kamu kembali sepenuhnya.”

Tubuh Anara semakin melemah. Tangannya yang tadi mencengkeram kemeja Fino perlahan jatuh terkulai.

“Anara… Nar?!” Fino langsung panik, wajahnya pucat. Ia menepuk pipi Anara pelan, mencoba membangunkannya.

“Bangun, Anara! Jangan bikin aku takut gini, please!”

Tapi kelopak mata Anara sudah terpejam rapat. Nafasnya masih ada, meski pendek dan tersengal.

Fino buru-buru mengangkat tubuhnya ke sofa, meletakkannya dengan hati-hati. Jemarinya gemetar saat mengusap rambut Anara yang menempel di wajahnya.

Fino buru-buru meraih ponselnya dengan tangan bergetar, langsung menekan nomor dokter langganan keluarga. Suaranya panik saat menjelaskan kondisi Anara, sambil sesekali menatap wajah pucat gadis itu. Setelah mendapat jawaban, ia langsung menghubungi Bagas.

“Gas, tolong cepet dateng ke rumah. Anara…” suara Fino tercekat, “…dia pingsan.”

Tak lama, Bagas pun datang. Dokter sudah memeriksa Anara di kamar, memberikan obat penenang ringan, lalu meninggalkan mereka dengan pesan agar Anara cukup istirahat.

Bagas bersandar di dinding, menatap Fino yang duduk di tepi ranjang, jemarinya masih menggenggam erat tangan Anara.

“Gimana keadaan Anara fin?” tanya Bagas pelan.

“Gue bisa liat itu. Tapikenapa Anara bisa tiba-tiba pingsan?”

“Dia… sempet nginget sesuatu.”

Bagas mengernyit. “Maksud lo, nginget sesuatu gimana?”

“Dia bilang ada kilasan. Suara kaca pecah, suara orang teriak… dan…” Fino menunduk, suaranya bergetar,

“…ada seseorang yang nyuruh dia jauhin gue kalau mau gue tetap hidup.”

Bagas terdiam, menatap Fino dengan serius.

“Jangan-jangan ini semua ulah bokap lo.” Jawab Bagas begitu saja.

“Coba lo perhatiin baik-baik,” Bagas melanjutkan, suaranya rendah dan hati-hati.

“Lo di-serang setelah dari rumah bokap lo waktu itu, sampe tangan lo cedera dan lo gabisa latihan. Terus tiba-tiba dia nongol lagi, padahal selama ini dia nggak pernah nyari lo. Dateng di saat lo jatuh, ngajak lo gabung ke perusahaannya.” Bagas berhenti sebentar, lalu menatap Fino dalam-dalam.

“Dan sekarang, mendadak dia mau jodohin lo sama anak rekan bisnisnya. Lo nggak ngerasa janggal?”

Fino tiba-tiba terdiam, tatapnya jatuh pada Anara yang masih belum tersadar dan perkataan Bagas yang terngiang-ngiang di kepalanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!