Setelah dua tahun menikah, Laras tidak juga dicintai Erik. Apapun dia lakukan untuk mendapatkan cinta suaminya tapi semua sia-sia. Laras mulai lelah, cinta Erik hanya untuk Diana. Hatinya semakin sakit, saat melihat suaminya bermesraan dengan Dewi, sahabat yang telah dia tolong.
Pengkhianatan itu membuat hatinya hancur, ditambah hinaan ibu mertuanya yang menuduhnya mandul. Laras tidak lagi bersikap manja, dia mulai merencanakan pembalasan. Semua berjalan dengan baik, sikap dinginnya mulai menarik perhatian Erik tapi ketika Diana kembali, Erik kembali menghancurkan hatinya.
Saat itu juga, dia mulai merencanakan perceraian yang Elegan, dibantu oleh Briant, pria yang diam-diam mencintainya. Akankah rencananya berhasil sedangkan Erik tidak mau menceraikannya karena sudah ada perasaan dihatinya untuk Laras?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Berikan Aku Kesempatan
Pagi itu, aroma roti panggang dan kopi perlahan memenuhi dapur. Laras berdiri di depan kompor, tangan sibuk mengaduk telur orak-arik. Rambutnya yang tergerai sebagian terikat sederhana, wajahnya serius menatap wajan.
Erik keluar dari kamar, dia melangkah perlahan, menuju dapur. Langkahnya terhenti, tatapannya tertuju pada wanita yang selama ini dia abaikan. Selama ini dia tidak pernah memperhatikan dengan baik, rupanya dia memiliki istri yang begitu cantik.
Laras tidak menyadari keberadaannya. Pikirannya sedang berkelana. Sebagian pada rencana untuk menjebak Dewi dan sebagian lagi pada rumah tangganya yang kacau.
Sikap Erik yang tiba-tiba ingin memperbaiki hubungan, dia rasa ada yang salah pada pria itu. Sebaiknya dia berhati-hati karena bisa saja ada rencana licik yang sedang dibuat oleh Erik. Dan bisa saja, ibu Erik yang memiliki rencana itu.
Dia tidak akan membiarkan Erik menyentuhnya, sekalipun dia harus keluar dari rumah itu. Lebih baik dia menjadi janda terhormat. Uang yang dia dapat pun cukup untuk dia nikmati sendirian. Setidaknya jika mereka bercerai, dia masih bisa mendapatkan pembagian harta dari Erik.
Laras menggeleng. Terlalu cepat memikirkan hal itu. Dia harus mencari tahu apa sebenarnya yang sedang Erik rencanakan.
Api kompor dimatikan, Laras mengambil piring. Namun tiba-tiba, dua lengan kokoh melingkari pinggangnya dari belakang. Laras terperanjat, tubuhnya kaku.
“E-Erik!” serunya terkejut, "Lepaskan aku!" Dengan kasar ia melepaskan tangan Erik dan mendorong tubuh suaminya hingga sedikit terhuyung.
“Apa yang kau lakukan?!” Teriaknya marah.
Erik tidak menyerah. Ia kembali mendekat, kali ini memeluk Laras lebih erat, dagunya bertumpu di bahu sang istri. “Aku hanya ingin memeluk istriku. Apa itu sebuah kesalahan?” suaranya rendah, nyaris berbisik.
Wajah Laras memerah, bukan karena malu, melainkan amarah. “Lepaskan aku, Erik! Aku jijik disentuh olehmu dan aku muak dengan sandiwaramu ini!”
"Aku tidak bersandiwara, Laras. Aku benar-benar ingin memperbaiki hubungan kita!"
"Tidak perlu membual. Aku tahu kau memiliki rencana dan jangan kau pikir aku bodoh. Apa kau mengira dengan mengubah keinginan aku akan luluh? Atau jangan-jangan ini bagian dari rencana ibumu untuk menyingkirkan aku?"
"Apa yang kau katakan? Semua ini tidak ada hubungannya dengan ibuku?"
"Tidak perlu menipu. Aku yakin Ibumu yang punya rencana. Dia ingin membuat aku muak, tidak tahan dengan sikapmu dan setelah itu, aku akan mengajukan perceraian. Dengan demikian, aku tidak akan mendapatkan uang!" Nafas Laras memburu. Entah pemikiran dari mana, kecurigaan itu mengalir begitu saja.
"Percayalah, tidak seperti yang kau katakan!"
"Aku tidak peduli, lepaskan aku sekarang!" Teriak Laras marah.
Namun Erik justru mempererat dekapannya. “Laras… dengarkan aku. Aku tahu aku sudah banyak salah. Tapi aku ingin memperbaikinya. Ini tulus dari hatiku, bukan atas permintaan ibuku. Aku pikir, sudah saatnya kita memperbaiki semuanya."
"Aku tidak mau, lepaskan sekarang juga!" Laras meronta, mencoba memukul bahu Erik. Ingin rasanya menendang dan mencakar Erik, tapi dia kalah tenaga. Dekapan pria itu begitu erat, sampai membuat dadanya sesak.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Laras. Bagaimana jika kita pergi berlibur, hanya kau dan aku. Kita bisa melupakan semua hal buruk yang sudah terjadi dan memulai semua dari awal. .”
“Berlibur? Kau pikir semua luka dua tahun bisa hilang hanya dengan liburan? Jangan bercanda, Erik! Setelah kau pergi dengan Dewi, sekarang kau mengajakku. Apa kau ingin memperlihatkan tempat-tempat yang telah kalian kunjungi?”
“Tidak, aku serius.” Erik melepaskannya dan menatapnya dengan sungguh-sungguh. “Aku akan membawamu ke tempat yang jauh lebih bagus. Aku mohon, beri aku kesempatan. Aku ingin menebus kesalahanku dan menjadi suamimu yang sesungguhnya.”
Laras menatapnya penuh bara. Kebencian terlihat jelas di sorot matanya. Dia tahu, semua itu tidak akan berakhir.
"Please, berikan aku kesempatan!" Erik meraih tangannya, mengecup jari-jarinya.
Laras menarik tangannya dengan cepat, dan melangkah menjauh. Dia kembali sibuk menata roti ke piring. Suaranya dingin ketika menjawab, “Aku tidak punya waktu untuk berlibur, Erik. Hari ini aku harus mengajukan proposal kerja sama pada Pak Roby.”
Mendengar nama itu, mata Erik berbinar. “Pak Roby? Kau serius?"
"Ya, bisnis baru yang sedang kau kembangkan itu, bukankah kau sedang mencari investor? Aku sudah membuat proposalnya, tinggal diajukan saja."
"Oh... Itu luar biasa, Laras! Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
"Kau sibuk dengan selingkuhanmu jadi untuk apa?" Ucap Laras sinis.
Erik kembali menghampiri. Selama ini, Laras yang selalu mendapatkan investor besar. Itulah yang membuatnya tidak mau menceraikan Laras karena perusahaannya maju pesat setelah dia menikah dengan Laras..
"Kali ini, kita harus berhasil membujuk Pak Roby agar mau bergabung dengan bisnis ini. Aku yakin, bisnis ini akan berkembang pesat.”
“Ya,” jawab Laras singkat, masih menunduk menata piring, "Tapi aku tidak bisa pergi menemuinya."
"Kau tidak bisa?"
"Aku sibuk memperbaiki proposal dengan Pak Nugraha. Bisnis dengannya juga sangat penting. Utuslah Dewi, dia bisa menanganinya."
"Dewi?" Erik memandangnya dengan curiga, "Apa kau yakin dia bisa menangani bisnis ini, Laras?"
"Tentu saja, bukankah dia memiliki kemampuan?" Laras mengangkat wajah, memandangi suaminya. Kemampuan yang dia maksud adalah kemampuan Dewi dalam menggoda laki-laki.
"Apa kau membayarnya hanya untuk menjadi selingkuhanmu saja dan tidak berniat memintanya untuk bekerja?"
"Tidak, tentu saja tidak. Jika menurutmu dia dapat menanganinya, maka aku akan mengutusnya sesuai dengan perkataanmu."
"Bagus!" Laras tersenyum, senyuman yang mengandung arti terselubung.
Erik menarik napas panjang, terus terang dia ragu untuk mengutus Dewi. Dengan kemampuannya yang seperti itu, apa Dewi mampu mendapatkan kerja sama dengan Pak Roby?
Tapi jika dia tidak melakukannya, maka Laras akan menganggapnya hanya menempatkan Dewi di kantor agar mereka dapat berselingkuh dengan leluasa
“Baiklah. Kalau begitu, setelah kerja sama dengan Pak Roby berhasil, kau harus pergi denganku. Kita akan berlibur, anggap kita melakukan bulan madu yang tertunda. Kau setuju, kan?”
Laras berhenti sejenak, lalu menatap Erik dengan senyum samar yang sulit ditebak. Jika dia menolak lagi, perdebatan itu tidak akan berakhir. Lebih baik dia mengiyakan, biarkan Erik senang sesaat.
“Baiklah. Kalau kerja sama itu berhasil, aku akan ikut berlibur denganmu tapi jika tidak, jangan harap aku mau melakukannya.”
Hati Erik serasa melayang. “Terima kasih, Laras. Kau tidak tahu betapa berharganya ini bagiku. Aku akan meminta Dewi menyakinkan Pak Roby apapun caranya.”
Laras mengangguk dan kembali tersenyum. Namun Erik tidak menyadari, di balik anggukan tenang itu, Laras menyembunyikan rencana busuk. Ia tidak pernah berniat berlibur dengan suaminya. Yang ia tunggu hanyalah keberhasilan proposal itu, sebuah langkah penting dalam jebakan yang telah ia siapkan untuk Dewi.
hayuu Erik n Ratna cemuuuunguut utk tujuan kalian yg bersebrangan 🤣🤣
semangat utk mendapat luka Erik 🤣
hayuuu Briant gaskeun 😁
buat Erik kebakaran jenggot 🤣🤣